Chapter 11

3.6K 132 10
                                        

Setelah sampai dipuncak Adira dan Gerry menuju ke kursi yang telah disediakan. Dari atas sana Adira dan Gerry dapat melihat seluruh kota Bandung. Memang sangat aneh karna Gerry jauh-jauh membawanya dari Jakarta kesini, walaupun apa yang ia lihat saat ini sangat memuaskan.

Dengan bulan purnama yang bersinar serta bintang yang bertaburan dilangit. Apalagi dengan lampu-lampu rumah yang terlihat kecil dan indah dibawah sana.

Angin sepai sepoi menerbangkan rambut Adira dan Gerry yang menambah suasana romantis diantara mereka.

'Tapi, apakah Gerry menikmati semua ini?. Apakah saat ini ia sedang bersandiwara dengan semua ini, atau benar-benar bahagia?" batin Adira bertanya.

Ia semakin bingung dengan keadaan saat ini, di satu sisi ia tetap ingin seperti ini bersama Gerry tanpa ada kata berpisah, dan disisi lain ia ingin terbebas dari perasaan ini yang hanya akan menyakiti perasaannya nanti.

"Indah ya" ujar Gerry tepat berada dipuncak kepala Adira. Karna saat ini mereka dalam posisi Adira bersender ke dada bidang Gerry dan Gerry dengan dagu yang berada di puncak kepala Adira.

Perkataan Gerry membuyarkan lamunan Adira hingga ia terkejut pertanyaan Gerry hanya dibalas Adira dengan gumaman dan anggukan kepala.

'Tuhan apa yang harus ku lakukan, meninggalkan Gerry atau menetap dengan resiko tersakiti hingga ia yang mengakhiri semuanya'

"Dir"

"Hm"

"Aku masih bingung dan ingin meyakinkan sesuatu" ucap Gerry dengan membelai rambut Adira dengan lembut. Hal itu bisa membuat Adira merasa nyaman hingga ia memejamkan matanya.

"Kamu harus janji sama aku" tutur Gerry seraya menunduk melihat ekspresi wajah Adira.

"Janji apa"

'Apakah aku harus berjanji untuk tidak meninggalkanmu hingga kamu sendiri yang meninggalkanku' batin Adira dengan sendu.

"Aku mau kamu janji untuk menungguku. Sampai aku bisa memastikan semuanya" jawab Gerry dengan mantap.

'Setidaknya tunggulah aku hingga aku bisa yakin langkah apa yang harus ku ambil' batin Gerry meyakinkan dirinya sendiri.

☆☆☆☆☆

Setelah mengantar Adira ke rumahnya Gerry langsung menuju ke rumah Putra. Tak ia hiraukan jam yang menunjukan 00.30 tanda hari telah larut.

Sesampainya dirumah Putra ia langsung mengeluarkan kunci serep rumah Putra. Karna Putra maupun Gerry sering berkunjung tanpa memberitau terlebih dahulu hingga berinisiatif memberikan kunci masing-masing.

Setelah di depan kamar Putra, Gerry langsung masuk kedalam kamar tanpa mengetuk pintu.

Putra yang merasa ada seseorang masuk kewilayah pribadinya mendongakan kepalanya dari layar laptop.

"Hai Ger ada apa, tumben jam segini kesini" sapa Putra. Dia tidak akan marah jika Gerry yang masuk kedalam kamarnya walau dengan tanpa izin.

"Sampai kapan gua harus jalani semua ini" tanya Gerry setelah duduk di ranjang samping Putra.

Putra menaikan alisnya tanda tidak mengerti. Setelah ia memahami apa yang di ucapkan Gerry ia hanya menyunggingkan senyumnya tanda mengejek.

"Kenapa, lo beneran suka sama dia" tanya Putra tanpa mengindahkan pertanyaan Gerry.

"Gua cuma butuh jawaban, bukan ejekan" jawab Gerry dengan wajah datar. Putra yang melihat itu hanya tersenyum dengan puas. Seakan mendapat ide Putra langsung menjawab dengan senyuman

Incest (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang