Chapter 14

3.2K 129 2
                                        

POV ADLAN

Ku dorong pintu rawat inap Adira dan memperlihatkan Adira yang sedang tertidur. Ku hampiri Adira yang terlelap seraya menggenggam tangannya.

"Wake up honey, i miss you, do you miss me?"

"Don't be like this, i can't see you weak" ucap ku dengan suara bergetar. Rasanya sangat sulit melihat orang yang aku cintai terkulai lemah tak berdaya.

Ku kecup tangannya dan dahinya berulang kali untuk menyalurkan kerinduanku.

"Huft" entak sudah berapa kali ku hembuskan nafas dengan keras hanya untuk melapangkan rasa sesak yang kian lama kian menghimpit dada.

"Dir gua sayang dan cinta sama lo, apalagi fakta sudah terungkap. Fakta yang bisa buat kita bersatu"

"Dan gua gak bakalan sia siain kesempatan ini, gua bersyukur lo bukan adik kandung gua. Karna dengan itu lo bisa pisah sama Gerry dan nyatu sama gua" ucapku dengan senyuman terkembang. Membayangkan semua itu membuatku merasa sangat senang.

☆☆☆☆☆

POV ADIRA

Aku terbangun saat merasakan ada yang menciumi tanganku dan dahiku. Tetapi kelopak mataku terasa sulit untuk dibuka. Tapi tiba-tiba aku mendengar kak Adlan mengatakan sesuatu.

"Dir asal lo tau gua sangat sayang dan cinta sama lo, apalagi fakta sudah terungkap. Fakta yang bisa buat kita bersatu" apa maksut kak Adlan dengan 'fakta yang bisa buat kita bersatu?' fakta apa

"Dan gua gak bakalan sia siain kesempatan ini, gua bersyukur lo bukan adik kandung gua. Karna dengan itu lo bisa pisah sama Gerry dan nyatu sama gua"

'Apa? Gu-gua bukan adik kandung kak Adlan? Yang berarti... Tapi apa maksut semua ini'

Perlahan aku membuka kedua mataku dan melihat kak Adlan ingin beranjak pergi

"Kak" panggilku seraya menahan tangannya agar tidak pergi.

"Ya" jawabnya dan kembali duduk

" kapan kamu bangun" ucapnya seraya membelai kepalaku.

"Apa maksut kakak dengan 'gua bersyukur lo bukan adik kandung gua'"

☆☆☆☆☆

POV AUTHOR

"Apa maksut kakak dengan 'gua bersyukur lo bukan adik kandung gua'"
Tanya Adira dengan menghiraukan pertanyaan Adlan sebelumnya.

Adlan yang mendapatkan pertanyaan seperti itu hanya diam membeku.

'Jangan dijawab Dlan, lo gak mau kan buat dia sedih?' batin sisi dewanya

'Udahlah kasih tau aja, dengan gitu lo bisa bersatu sama dia. Lagian dia juga udah tau' batin sisi iblisnya. Dan sepertinya Adlan akan memilih yang kedua karna dia menyeringai seperti menyetujui pendapat sisi iblisnya.

"Iya semua itu bener, kita tau saat lo butuhin donor darah. Dan gua seneng dengan fakta itu, karna dengan itu gua bisa jadiin lo milik gua" ucapnya dengan tersenyum lebar. Adira yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Kakak boong" ucapnya dengan suara yang gemetar. Saat Adlan ingin membuka suaranya, terdengar dorongan pintu menandakan seseorang masuk ke ruangan itu.

"Ada apa ini" tanya Sulastri bingung melihat Adira menahan tangis.

"Ma.." ucapnya dengan air mata yang mengalir.

"Sayang ada apa" ucap Sulastri seraya mendekati Adira.

"Apa bener Adira bukan anak mama sama papa?" tanya Adira seraya menatap lekat wajah Sulastri.

Incest (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang