Akward. Yah itulah yang mereka rasakan saat ini. Selama 15 menit di perjalanan, tapi tidak ada satu pun dari mereka yang berniat membuka percakapan. Mereka tetap fokus pada pikiran mereka masing masing.
"Ekhem" dehem Arlan mencairkan suasana. Tapi Indira tetap menatap keluar jendela dan melamun entah kemana.
"Ndi" panggil Arlan yang hanya di balas dengan gumaman.
"Masalah tadi kakak minta maaf, kakak yakin Adlan gak niat ngomong kaya gitu" ucap Arlan berusaha menjelaskan.
"Gak papa kok kak, santai aja" jawab Indira tanpa melihat ke arah Arlan.
"Kakak tau kamu masih kepikiran, tapi kakak harap kamu ngga ambil hati. Dan hadiah tadi, semuanya ak..." perkataan Arlan tiba tiba di potong oleh Indira
"Iya gak papa kok, Indi juga paham. Hadiah tadi gak usah di pake aja kalo mau kadih ke orang atau kakak buang" jawab Indira dengan hati yang terasa di sayat sayat
'Aku tau apa yang ingin kau katakan. Tapi maaf, aku tidak ingin mendengarnya' batin Indira miris
Arlan sangat terkejut mendengar penuturan Indira hingga ia menepikan mobilnya.
"Apa maksut kamu" tanya Arlan dengan penuh penekanan.
"Liat kakak Ndi" ucapnya lagi ketika Indira mengacuhkannya.
"Ndi" panggilnya yang kali ini dengan sedikit berteriak seraya membalikan tubuh Indira hingga mereka berhadapan.
"Karna semua itu memang benar, aku aja yang selama ini ngga sadar dan berharap lebih" jawabnya dengan lemah. Tak terasa air mata telah merembas di kedua pipinya. Arlan terkejut melihat Indira menangis hingga ia sangat khawatir.
'Shit, apa dia nangis karna gua bentak. Plis jangan nangis, dada gua sesek banget ngeliat lo nangis' batin Arlan dengan kesal
"Kakak gak pernah bilang kalo kakak gak suka hadiahnya, dan kakak juga gak pernah ada niat mau kasih ke orang lain apalagi mau buang semua hadiah kamu" ucap Arlan serius dengan kedua tangannya masih memegang pundak Indira dan mentap mata Indira dengan dalam.
'Apa ini, Tuhan apalagi ini, aku merasa sangat senang kak Arlan berbicara lembut padaku' batinnya seraya tersenyum, tetapi tiba tiba tubuhnya menjadi tegang. Katna Arlan sedang memeluk tubuhnya dengan erat saat ini
'Hari ini adalah hari yang menyakitkan dan menyenangkan bagiku. Yah sakit karna disadarkan pada kenyataan, dan senang karna mendapat mimpi baru. Meski ku tau ini hanya sekejab' batin Indira dengan tatapan nyalang
'Sial, tubuhku bergerak sendiri. Ada apa ini, kenapa perasaan ku menjadi tidak menentu' batin Arlan dengan kesal.
Seakan tersadar apa yang mereka lakukan Arlan pun melepaskan pelukannya. Sesaat mereka saling menatap lalu sama sama membuang muka. Dan saat ini keadaan dalam mobil lebih terasa menegangkan dari pada sebelumnya.
☆☆☆☆☆
POV INDIRA
'Sial, karna pelukan singkat dari kak Arlan gua jadi ngga bisa tidur'
"Aarrghhhhh, kok gini banget sih efeknya" teriak ku dengan kesal.
'Bodoh Ndi, lo disini mati matian ngga bisa tidur karna mikirin dia, padahal lo tau dia gak bakal mikirin lo apalagi sampe gak bisa tidur'
"Ya, gua tau gua bodoh. Tapi plis jangan ingetin kenyataan ke gua kalo dia ngga bakal mikirin gua" gerutuku dengan kesal manjawab apa yang kupikirkan dari tadi.
Merasa bosan, aku pun melirik kearah jam yang terpampang di dinding kamarku dengan indah. Dan sialnya sekarang jam 04.15 Am.
"Huft..." entah untuk ke berapa kalinya ku hembuskan nafasku dengan keras. Berharap bisa mengurangi rasa sesak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incest (TERBIT)
RomanceBagaimana bisa aku mencintai adik ku sendiri entah sejak kapan aku memiliki perasaan ini tapi yang pasti aku tidak mau ia dimiliki orang lain ~Adlan Alvaro Wijaya~ Kakak ku yang sangat posesive itu tiba-tiba bilang mencintaiku?entah apa yang harus a...