Chapter 19

2.9K 102 9
                                    

Adira duduk termenung di balkon kamarnya sambil menatap langin tanpa bintang. Langit pun seolah mengejeknya atas apa yang terjadi padanya hari ini.

'Apa kebahagiaan tidak di takdirkan untukku? Kenapa semua ini menimpaku. Setelah Gerry yang mempermainkanku, sekarang nasib pun mempermainkanku, seolah olah aku hanyalah sebuah batu yang tahan banting'

"Huft..." desah Adira dengan berat. Entah untuk keberapa kalinya ia menghela nafas berat saat teringat kejadin beberapa jam yang lalu.

Flashback on

Saat ini keluarga Wijaya tepat berada di rumah sakit tempat Adira dirawat 3 bulan yang lalu. Dimana ia dinyatakan bukanlah anak biologis dari keluarga Wijaya.

"Sebelumnya saya ingin meminta maaf memanggil kalian malam malam seperti ini" ucap dokter itu membuka pembicaraan.

"Langsung saja dok, tidak usah basa basi" jawab Brams dengan wajah datarnya.

"Baiklah" jawab dokter itu dengan senyuman canggung.

"Jadi begini, 3 bulan yang lalu saya memberikan kabar bahwa saudari Adira bukanlah anak kandung kalian. Tapi sebenarnya Adira adalah anak kandung kalian berdua" tutur dokter itu dengan hati hati. Sedangkan mereka semua yang mendengarnya sangat terkejut, terutama Adira dan Adlan.

"Apa maksut anda dokter. Saya bisa menuntut anda karna mempermainkan kami" desis Brams dengan geram.

"Maaf pak, saya tidak bermaksut mempermainkan anda" selanya sebelum Brams tambah emosi

"Ehem" deh dokter itu menetralkan suaranya sebelum berkata.

"Waktu itu, suster yang bersama saya tiba tiba mendapat panggilan akibat keluarganya ada yang meninggal. Jadi dokumen dokumen pasien yang ada di tangannya di ambil alih oleh suster lain. Dan ternyata dokumen itu belum di rapikan hingg suster yang menggantikannya salah memasukan dokumen dalam map. Karna itulah saat itu saya menyatakan bahwa Adira bukan anak kandung anda. Dan saat ini saya menyatakan dengan sebenar benarnya jika Adira adalah anak kanfung kalian" jelas dokter itu panjang lebar

"Jadi maksut anda Adira adalah putri kandung saya dok?" tanya Sulastri dengan gembira. Saat pertanyaannya di angguki oleh dokter itu, senyumannya bertambah lebar.

Flashback off

"Huft... Entah apa yang harus ku lakukan. Apa aku harus senang atau sedih" ucap Adira seraya menangis. Hatinya sangat sakit saat ini. Sakit karna ia tidak bisa bersatu dengan orang yang ia cintai apalagi sejak kembali dari rumah sakit Adlan terlihat menjauhinya.

☆☆☆☆☆

"SIAAALLLLL" teriak Adlan seraya melempar barang barang yang berada di dekatnya.

"AARRRGHHHHH" erangnya frustasi. Saat ini ia tidak bisa mengendalikan emosinya yang sampai ke ubun ubun

"Dan saat ini saya menyatakan dengan sebenar benarnya jika Adira adalah anak kanfung kalian"

Ucapan dokter itu terus terngiang di telinga Adlan hingga membuatnya semakin menggila

☆☆☆☆☆

POV ADLAN

Semalaman mataku tidak bisa terpejam. Jangankan terpejam niat untuk tidur pun tidak ada. Semua pikiranku terus melayang mengingat kemesraanku dengan orang yang aku cintai, dan semua itu terasa sangat menyakitkan saat ini. Bahagia dan sakit menjadi satu.

'Sial, kenapa aku menjadi melankolis begini'

"Aku mau seluruh kampus nanti kenal kita sebagai sepasang kekasih, bukan kakak adik"

Incest (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang