PART 42

1.7K 92 7
                                    

Ali memetik gitar kesayangannya di pinggir kolam renang samping rumahnya. Ia duduk dibangku panjang dan bernyanyi lirih sembari merasakan semilir angin malam.

"Lo belum tidur Li?" suara berat itu menghampiri Ali dan duduk disebelah nya. Ali menoleh ke arahnya.

"Belum ngantuk kak. Lo baru pulang?" Ali meletakkan gitarnya dan berlalu menatap wajah kakaknya, Al. Al menghembuskan nafas kasarnya dan menyandarkan tubuhnya ke punggung bangku panjang itu.

"Iya tadi pas abis nganter Mira macet parah, gila!" Al berdecak kesal.

"Haha iyalah. Weekend di Jakarta kapan kaga macet kak" Ali terkekeh sambil memukul lengan kakaknya.

"Eh lo kenapa ngga pergi sama Sisi? Dua minggu terakhir ini lo jarang keluar bareng dia? Kenapa?" Al tiba-tiba melontarkan pertanyaan itu. Karna ia merasa ada yang aneh dengan Ali. Ditambah lagi Mira pernah bilang padanya kalau dia juga ngerasa aneh sama Sisi.

"Lo lagi ada masalah sama Sisi? Atau ada hal lain?" imbuh Al. Ali hanya mematung ketika Al menyebutkan nama Sisi.

"Oke kalo lo masih belum siap buat cerita ke gue. Tapi kapanpun lo butuh temen curhat, lo bisa temui gue" Al menepuk bahu Ali lalu beranjak dari duduknya.

"Kak" Ali mendongkak menatap Al yang berdiri membelakangi nya. Al menoleh.

"Gue mau cerita" tatapan Ali mulai tampak sayu. Ada kesedihan dimatanya. Al memutuskan untuk kembali duduk disebelah nya.

"Dengan senang hati, lo cerita aja Li" Al melempar senyum untuk adik tersayang nya itu. Mata hazelnya menatap mata elang milik Ali.

"Lo udah bahagia kan kak?"

"Maksudnya Li?" Al mengernyit tidak mengerti kenapa tiba-tiba Ali menanyakan tentang kebahagiaan milik Al. Bukanya pertanyaan itu lebih pantas jika Al yang bertanya dan Ali yang menjawab?

"Iya kak, maksud gue ; apa lo udah bahagia sama Mira?" Ali masih mengulang pertanyaan yang sama, hanya saja dia menambahkan nama Mira disana. Al semakin tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan Ali.

"Soal bahagia sama Mira, gue rasa lo cukup paham Li. Gue selalu bahagia kalo Mira ada dideket gue. Senyumnya adalah kebahagiaan tersendiri buat gue. Tapi-" Al menghela nafas sejenak.

"Tapi kebahagiaan gue belum lengkap kalo adik yang gue sayangi masih belum ngerasain gimana rasanya bahagia" Al memandang wajah Ali yang kini menundukkan kepalanya akibat mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan Al.

"Li, apa lo bahagia liat gue sama Mira?" Entah pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Al. Ali mengangkat wajahnya dan kembali menatap sayu ke arah Al.

"Gue selalu bahagia liat lo sama Mira kak. Bahkan bahagia gue lebih dari bahagia kalian berdua" Ali tersenyum simpul, namun senyumnya kali ini tulus.

"Tapi lo juga butuh bahagia sama cewe yang lo cinta saat ini Li" ucap Al. Ali mengerti siapa yang Al maksud dari kata 'cewe yang lo cinta saat ini'. Tentu saja Sisi.

"Gue tau kak, tapi gue lebih bahagia kalo dia bahagia meskipun itu bukan sama gue" Ali tersenyum getir, matanya mulai memanas. Al tersentak dengan kalimat Ali barusan.

"Bukan sama lo? Maksud lo apaan sih Li?" tanya Al yang memang tidak mengerti.

"To the poin aja ya, Sisi udah jadian sama Reza kak" Ali menahan cairan bening dimatanya.

"Apa?!!"

"Lo ngga lagi becanda kan Li?" pertanyaan konyol yang di ucapkan Al, padahal ia tau bahwa dalam keadaan serius seperti ini mana mungkin Ali becanda. Ali menggelengkan kepalanya untuk jawaban kalau dia sedang tidak becanda.

Aku, Kamu dan Kakak ku - [END] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang