Prolog

641 46 38
                                    

Di ujung jalan sunyi, gadis yang penuh dengan tetesan air mata itu terus memandangi laki-laki berambut hitam legam di ujung sana. Hatinya gundah, ia bimbang, dan ia bingung dengan keadaannya saat ini, yang ia tahu saat ini kesedihan tengah menyelimuti hatinya.

Tak tahan menahan semua itu, ia beranikan dirinya untuk mendekatinya, ia langkahkan kakinya. Hingga akhirnya ia berada tepat di belakang laki-laki itu. Entah dari mana keberaniannya itu datang, dengan rasa sedihnya ia memeluk laki-laki itu, jantungnya semakin berdebar bersamaan dengan tangisannya yang kian menjadi.

"Arsad, aku nggak sanggup lagi nahan semua ini, aku bener-bener cinta sama kamu. Aku nggak perduli jika selama ini kamu nggak perdulikan aku, aku nggak perduli sama prilaku acuh tak acuh mu itu sama aku sad, aku cuma tahu satu hal, aku cinta sama kamu Sad!"

"Aida, apa aku harus jawab ini semua?"

"Nggak perlu dijawab sad. Cukup kamu tahu rasa ini saja, aku udah bahagia. Tapi jujur aku belum siap denger kebenaran itu?"

"Tapi kamu perlu tahu Da...."

"Cukup Sad, biarin aku meluk kamu bentar aja, habis itu aku janji aku bakalan pergi dari hadapan mu."

ESOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang