Pagi ini Aida tampak begitu rapi, tampak begitu cantik dari biasanya. Ia keluar dari pintu kamarnya dan menemui ibunya yang sedang sibuk dengan pesanan jahitanya.
"Bu Aida pergi dulu ya Bu." Pamit Aida.
"Kamu mau kemana Da?" Tanya Ibunya.
"Aida mau jalan-jalan kaluar dulu bu." Jawabnya.
"Sama Arsad?" Tanya Ibunya.
"Enggak bu, Aida sendirian." Jawab Aida.
"Ya sudah hati-hati kamu dijalan." Ujar ibunya namun tak dijawab oleh Aida, Aida makin mendekati ibunya, lalu memeluknya.
"Ibu jaga kesehatan ya bu, jangan terlalu capek kerja, makannya jangan pernah telat ya bu." Ujar Aida.
"Iya nak, makasih." Jawab Ibunya sambil memegangi tangan Aida, yang telah memeluknya dari belakang.
"Makasih Ibu udah merawat Aida sampai segede ini bu, maafin kalau Aida sering nakal dan nggak nurut sama Ibu." Ujar Aida lagi.
"Kamu kenapa sih nak?" Tanya ibunya curiga.
"Aida cuman mau bilang terima kasih nggak boleh ya bu?" Tanya Aida balik.
"Ya nggak papa tapi kok tumben-tumbenan aja." Jelas Ibunya.
"Ya sudah Aida pergi ya bu." Pamit Aida lagi sambil mencium tangan dan kening ibunya.
"Assalamu'alaikum bu." Ujar Aida lalu di balas oleh ibunya, ibunya hanya menatap kepergian Aida dengan rasa Khawatir.
***
"Bang gua kok jadi takut gini ya?" Ujar Arsad pada Abi.
"Udah jangan lo hiraukan rasa itu, mungkin lo megang gelasnya kurang rapat." Abi berusaha menenangkan Arsad.
"Iya mungkin bang." Jawab Arsad sambil membersihkan sisa-sisa pecahan gelas yang dilantai tersebut.
"Bang lo gua tinggal sebentar nggak papa kan?" Tanya Arsad sedikit ragu.
"Ngapain lo tanya kayak gitu, lo mau pergi? Pergi aja nggak papa." Ujar Abi.
"Gua pengen pulang bang, pengen ketemu Ayah. Gua takut dia kenapa-napa." Jelas Arsad.
"Lo kan bisa nelpon." Ujar Abi
"Jam segini nggak bakalan diangkat telepon dari siapa pun bang, Ayah jam segini masih tidur, semaleman kan lembur bang." Jelas Arsad.
"Y udah lo pulang dulu, habis tu balik kesini bawain gue makanan yang enak-enak, gue udah bosen makan-makanan rumah sakit." Pinta Abi.
"Siap bang, nanti gua bawain. Gua balik dulu ya." Pamit Arsad.
"Lo naik apa?" Tanya Abi sebelum Arsad keluar dari pintu.
"Gua bawa mobil bang." Jawb Arsad lalu keluar dari ruangan tersebut.
Arsad pergi keparkiran mobil dan bergegas ia menaiki mobilnya lalu pergi kerumahnya dengan sedikit terburu-buru, namun saat di pertengahan jalan Arsad melihat Aida hendak menyebrang jalan, ia pun memutuskan untuk berhenti dan turun dari mobil. Dilihatnya Aida sedang sibuk melihat kiri dan kananya akan menyebrang namun saat itu kendaraan begitu banyak yang berlalu lalang. Sampai akhirnya Aida melihat Arsad tengah berdiri di seberang jalan, ia pun melambaikan tangannya dan diseberang sana Arsad membalas lambaian tangan Aida.
Beberapa saat kemudian jalanan nampak sepi dan Aida memberanikan dirinya untuk menyeberangi jalan dan menemui Arsad. Namun naasnya sebuah mobil melaju sangat kencang dari arah samping Kanan Aida. Arsad berusaha memberi tahu Aida namun tak didengar olehnya, saat itu Aida tengah menggunakan Earphone ditelinganya sehingga ia tak mampu mendengar klakson mobil yang meleju kencang itu dan teriakan Arsad. Dan kejadian itu pun terjadi didepan mata Arsad.
Brakk !!!
Seketika Arsad merasa dunia itu hening, badannya lemas, bahkan ia berlari menghampiri Aida pun serasa terbang. Teriakan kepiluan pun serasa tak didengar oleh siapa-siapa. Di pangkunya kepala Aida yang penuh dengan darah itu.
"Tolong... tolong panggilkan Ambulan, cepat...." Teriak Arsad kepada semua orang yang sudah mengerubungi mereka berdua.
"Pangeran Kodok." Panggil Aida.
"Kamu jangan banyak bicara dulu Da, sebentar lagi ambulan akan datang." Perintah Arsad namun tak dihiraukan oleh Aida.
"Pangeran Kodok nggak boleh nangis, hapus Air matanya." Ujar Aida sambil menghapus air mata yang mengalir dipipi Arsad.
"Arsad, Kamu masih ingat ucapan ku kan, jangan pernah membenci esok, walaupun hari ini kau kepahitan yang kamu alami, dibalik kepahitan ini.."
"Cukup Da, kamu jangan banyak bicara dulu." Potong Arsad.
"Izinkan Aku bicara sebentar Sad." Pinta Aida. Saat itu Arsad hanya bisa diam dan terus meneteskan air mata.
"Dibalik kepahitan yang kamu alami sekarang, mungkin tuhan telah menyiapkan sebuah kebahagian yang lebih dari sekarnag Sad. Dan lo jangan pernah membenci hari esok mu itu. Dan satu lagi Sad, Aku benar-benar mencintai mu. Aku sayang kamu sejak pertama kita bertemu. Boleh aku minta sesuatu dari kamu Sad?" Tanya Aida.
"Sebutkan Da, sebutkan!" Perintah Arsad.
"Aku ingin kamu katakan kamu sayang aku dan aku ingin dipeluk oleh mu untuk yang terakhir kalinya." Pinta Aida.
"Aku sangat mencintai mu Da, tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengatakannya." Ujar Arsad sambil memeluk Aida.
"Aku mencintai mu Sad." Ujar Aida untuk yang terakhir kalinya.
Dunia kembali terasa terasa hening saat itu..
"Da, lo harus bangun Da, kamu kuat Da, bangun Da!, Bangun!" Pinta Arsad. Namun Aida tetap tergulai lemas sudah tak bernyawa.
"Ahhhhhhhhhhhh" Teriak Arsad penih dengan kepiluan.
***
Sore itu adalah pemakaman Aida, suasana haru, terpukul dan kehilangan nampak diwajah para sahabat-sahabat Aida terutama Ibunya dan Arsad. Tangisan tak pernah berhenti saat itu, bahkan Arsad tak percaya bahwa iya harus kehilangan Aida begitu cepatnya.
"Lo harus sabar Sad, jika terus-terusan sedih, sama saja lo buat Aida tidak tenang disana, sekarang lo harus doain dia agar tenang disana dan mendapatkan tempat yang layak untuknya." Ujar Abi yang juga hadir dalam pemakaman Aida itu bersama kedua orang tuanya.
"Bang kenapa tuhan begitu cepatnya mengambil Aida, kenapa bang? Setelah kita berpisah begitu lamanya, lalu ia pertemu, sekarang ia ambil Aida lagi bang, kenapa bang? Apa tuhan tidak mengizinkan ku untuk bahagia bang, apa hidup ku harus sepahit ini bang? Jawab bang! Jawab!" Ujar Arsad namun tak jawab oleh Abi namun Abi langsung memeluk Arsad.
"Ini cobaan buat lo Sad, dan lo harus bisa menghadapi semua ini." Ujar Vierna dari belakang Abi.
"Kita semua bersedih Sad, kita semua merasakan kehilangan ini, dan lo nggak perlu nyalahin diri lo sendiri seperti ini." Sambung Yana, namun perkataan tersebut tak mampu menenangkan Arsad, Abi terus memeluk Arsad, Abi tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang kita sayang, ia teringat akan kematian Aldi, ia pun sama terpuruknya sperti Arsad saat ini.
"Saat ini lo kehilangan Aida Sad, suatu saat nanti gue juga akan membuat lo seperti ini, dan gue harap lo lebih kuat dari pada saat ini." Ujar Abi dalam Hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESOK
أدب المراهقينBerawal dari hukuman diawal Ospek karena keterlambatan, disanalah Aida dan Arsad bertemu. Arsad sesosok Mahasiswa Kaya namun tak menunjukkan kekayaannya sedakan Aida mahasiswi sederhana namun kecantikannya mengalahkan kecantikan Bintang Kampus dikam...