Dua Minggu Kemudian....
Malam ini Aida menunggu Arsad selesai dengan pemotretannya, rasa lelah dan bosan menunggu campur raduk menjadi satu dibenaknya. Aida duduk di depan teras Fakultas Sains ditemani sebotol minuman yang ia bolak-balik arahnya sehingga menimbulkan gelembung-gelembung Air yang semakin lama semakin menyatu lagi menjadi air yang temang.
"Lo ngapain sendirian disini?" Suara Abi tiba-tiba terdengar dari belakang tubuh Aida sehingga berhasil membuat Aida terkejut.
"Eh kakak, E-ehmm lagi nungguin seseorang." Jawab Aida.
"Arsad?"
"Iya kak."
"Nggak punya perasaan banget tu cowok, nyuruh lo sendirian nunggi disini." Ujar Abi dengan muka kesal.
" Nggak kak, emang Ida yang mau nunggu disini kok."
"Dia kemana?"
"Masih sesi pemotretan Bulan Fakultas kak." Jawab Aida datar.
"Udah ikut gue pulang aja!" Ajak Abi sedikit sambil menarik tangan Aida.
"Ta... Tapi kak." Tolak Aida, namun tak digubris oleh Abi, ia terus menarik tangan Aida sambil terus melangkahkan kakinya, namun seketika langkah itu terhenti saat ia mendengar teriakan lantang yang ditujukan kepadanya.
"Bang Abi, Hentikan!!!" Teriak Arsad. Dan Seketika Abi membalikkan badannya ke arah Arsad.
"Aida nggak mau ikut lo bang, ngapain lo paksa buat ikut." Ujar Arsad dengan muka merah penuh emosi dan cemburu.
"Wajar gua maksa dia, secara lo biarin dia sendirian nunggu lo, lo tahukan ini jam berapa?, ini jam sebelas malam bro, lo mau dia kenapa-napa ditempat sepi kayak gini?" Jawab Abi dengan nada tinggi dengan tangan yang masih mengggenggam tangan Aida.
"Kak, Arsad nggak nyuruh Aida kak, ini inisiatif Aida sendiri. Arsad nggak salah kak." Bela Aida.
"Diem lo Da, orang kayak dia ni nggak perlu lo bela, dia harus gue kasih pelajaran." Ujar Abi.
"Okey bang gua ngaku salah, tapi modus lo ke Aida basi bang." Ucap Arsad dengan emosi.
"Hemm, gue modus?, ngaca sono lo?" Jawab Abi sambil tersenyum sinis.
"Sudah CUKUP!" Teriak Aida.
"Kalian berdua bisa diem ngga sih, kayak anak kecil." Sambung Aida.
"Okey sekarang keputusan ada ditangan lo, Da. Lo ikut gue apa dia?" Tanya Abi.
Namun Aida lama menjawab, dalam hatinya penuh kebimbangan, disatu sisi dia tak ingin mengecewakan Abi tapi disisi lain ia lebih memilih Arsad.
"Maaf kak, aku udah janji ikut Arsad." Jawab Aida dengan penuh penyesalan.
"Okey, itu keputusan lo, dan gue terima."
"Lo liat kan bang, Aida lebih memilih gua dari pada lo." Ujar Arsad disetai senyum sinis dan kemenangannya.
"Kali ini lo aman, tapi sekali lagi lo buat Aida nunggu lo sendirian apa lagi sampai dia tersakiti gara-gara lo, nyawa lo taruhannya." Ucap Abi kepada Arsad, lalu Abi pergi meninggalkan mereka berdua. Sementara Aida dan Arsad diam menatap kepergiannya.
"Maafin aku Sad!" Ucap Aida Kepada Arsad sambil menundukkan kepalanya.
"Ngapain lo minta maaf ma gua?" tanya Arsad.
"Gara-gara aku kamu jadi berantem sama kak Abi." Ujar Aida.
"Bukan salah lo, dianya aja yang berlebihan. Udah pulang yuk!"

KAMU SEDANG MEMBACA
ESOK
Ficção AdolescenteBerawal dari hukuman diawal Ospek karena keterlambatan, disanalah Aida dan Arsad bertemu. Arsad sesosok Mahasiswa Kaya namun tak menunjukkan kekayaannya sedakan Aida mahasiswi sederhana namun kecantikannya mengalahkan kecantikan Bintang Kampus dikam...