Semenjak kepergian Aida, Arsad tak pernah lagi kumpul bersama sahabt-sahabatnya, bahkan dikampus dia hanya diam tak mau berbicara dengan siapapun, Arsad hanya mau berbicara dengan Abi dan Ayahnya saja. Kesehariannya Arsad hanya mengurung diri dikamar sambil memandangi foto Aida. Sampai saat ini pun dia masih belum mengira bahwa Aida begitu cepat meninggalkannya. Sampai suatu saat Arsad tengah duduk sendiri disebuah taman dekat kampus, dan kebetulan Arnold, Yana, Vierna dan Maya sedang berada disana juga.
"Itu Arsad kan?" Tanya Vierna kepada teman-temannya.
"Iya itu Arsad, kita samperin yuk!" Ajak Maya.
" Yakin kita mau nyamperin dia sekarang?" Tanya Arnold.
"Kita ini, sahabatnya yank, saat dia gundah, saat dia rapuh seharusnya kita berada disana, bukan malah menjauh darinya." Jelas Yana.
"Bener tuh Nold. Kita harus bisa menghibur dia sekarang, sudah cukup keterpurukannya selama ini." Ujar Vierna Pada Arnold.
"Ya sudah kita samperin aja sekarang!" Ajak Arnold, mereka berempat pun menghampiri Arsad yang tengah sendiri disana.
"Woii Sad." Sapa Arnold dari belakang sambil menepuk pundak Arsad.
"Eh lo Nold." Jawab Arsad.
"Lo ngapain sendirian disini?" Tanya Vierna yang mampu membuat Arsad terkejut karena tak menyadari bahwa ada teman-teman lainnya disini.
"Eh ada kalian juga." Ujar Arsad sambil memperhatikan satu persatu teman-temannya itu.
"Lo kenapa jarang kumpul sama kita?" tanya Yana pada Arsad.
"Maafin gua temen-temen, gua butuh sendiri beberapa saat ini." Jelas Arsad pada teman-temannya.
"Untuk apa?" Ujar Vierna sinis.
"Tapi gua pengen sendiri sekarang." Jelas Arsad.
"Kenapa? Lo masih nggak terima Aida pergi, lo masih masih nggak terima Aida telah meninggal." Ujar Vierna dengan nada tinggi namun Arsad hanya diam tak menjawab.
"Kenapa lo diem? Jawab!" Perintah Vierna.
"Sudah Vier cukup, kita kesini buat hibur dia bukan malah marah-marahin dia." Ujar Maya berusaha menghentikan perkataan Vierna.
"Dia ini perlu disadarkan bukan dihibur sekarang, percuma kalian hibur dia kalau hatinya belum sadar." Ujar Vierna.
"Sad, dulu gue sempat suka sama lo, tapi karna gue lebih mentingkan sahabat sahabat gua sendiri, gue rela lo buat dia. Tapi kali gue ngerasa bodoh pernah suka sama lo, suka sama orang pengecut kayak lo, inget Sad, bahkan Aida pun akan marah ngelihat hidup lo nggak ada warnanya lagi, Sad. Mana Arsad yang sok cool didepan Aida, mana Arsad Pedenya selangit Mana Sad. Semua itu hilang Sad, bahkan yang lebih parahnya lagi lo udah nggak nganggep kita, lo kira kita bakalan ngingetin lo ke Aida kan. Lo salah Sad, kita bakalan berusaha melupakan kejadian itu, tapi kita juga nggak bakalan pernah lupa dengan Aida Sad. Karna Aida akan tetap disini." Ujar Aida sambil meletakkan tangan didadanya menunjukkan bahwa Aida masih tersimpan dihatinya.
Arsad saat itu hanya diam saja, dibenaknya dia membenarkan ucapan Vierna, namun saat ini dia memang butuh sendiri. Seberapa teguh pun tekad Vierna untuk meyakinkan Arsad, tetap saja hal itu tidak akan berhasil. Dikejauhan tampak Abi mendengarkan semua percakapan tersebut. Karena kasihan Abi menghampiri mereka.
"Sad, Ikut gua yuk!" Ajak Abi.
"Bang Abi disini juga?" Tanya Arsad.
"Kebetulan lewat." Jawab Abi.
"Gue laper ikut makan yuk!" Ajak Abi lagi. Arsad pun berdiri dan memperhatikan teman-temannya.
"Sorry guys, gua harus ikut bang Abi." Ujar Arsad, sementara teman-temannya hanya membalasnya dengan senyuman.
***
Didalam mobil itu, Arsad dan Abi saling berdiam diri. Abi tahu bahwa Arsad sedang tidak ingin berbicara. Namun Abi tetap ingin berbicara dengannya.
"Lo tau nggak ucapan Vierna tadi ada benarnya." Abi mengawali pembicaraannya, namun Arsad tak menggubris ucapannya tersebut.
"Lo inget saat Aida kesusahan siapa yang hibur dia, mereka semua, siapa paling khawatir saat Aida pingsan di perpustakaaan dulu. Teman-temannya dan lo inget nggak? lo malah ngejauhin dia. Dan sekarang lo mau ngejauhin mereka juga, pantas saja Vierna bilang lo pengecut." Ujar Abi panjang lebar, namun Arsad hanya menarik nafasnya panjang lebar.
"Bang lo perlu tahu, gua nggak pernah ngejauhin mereka, ok biar mereka bilang gua pengecut, tapi gua hanya perlu sendiri bang. Sudah setelah gua tenang gua bakalan nyamperin mereka." Jelas Arsad.
"Tapi nggak gini caranya Sad. Lo kan bisa nenangin diri lo dengan cara kumpul bareng mereka, dengan begitu lo bisa tenang." Ujar Abi.
"Ok, Gua ngaku salah bang. Besok gua akan nyamperin mereka." Ujar Arsad menyerah karena dia tidak ingin mendengarkan ocehan Abi lagi.
"Itu keputusan yang bagus." Ujar Abi mengakhiri pembicaraan, mereka berdua pun kembali diam.
***
Pagi ini Arsad pergi kekampus lebih awal. Dia membawa banyak barang bawaan, tidak hanya itu untuk pertama kalinya ia mengenakan mobilnya untuk pergi kekampus, hubungan dengan Ayahnya kini sudah mulai membaik, bahkan Arsad setuju jika ayahnya akan menikah lagi dengan seseorang yang ia cintai.
"Yah, Arsad berangkat dulu ya yah." Pamit Arsad.
"Ya sudah hati-hati kamu bawa mobilnya!" ayahnya mengingatkan.
"Siap Ayah." Arsad pun keluar rumah dan berangkat ke kampus dengan barang bawaan yang sudah dimasukkannya kedalam mobil oleh bi Iyem.
***
Ruangan itu penuh dengan balon-balon bermacam-macam warna. Bahkan ruangan itu ditata sedemikian rapinya.
"Waahhhh Ada acara apa nih?" Ujar Arnold terkejud melihat ruang kelasnya, menjadi ruang pesta yang meriah seperti itu.
"Tapi kok Sepi banget ya?" Ujarnya lagi.
"Yang lain pada kemana ya?" Ujarnya lalu ia masuk kedalam ruangan tersebut, namun tiba-tiba ucapan lagu selamat ulang tahun terdengar dari luar ruangan. Dilihatnya Yana masuk ruangan tersebut dengan kue berwarna hijau yang dihiasi dengan krim yang menggoda selera.
"Happy BirdDay to you, Happy BirdDay to you." Ujar Yana, Vierna dan Maya.
"Selamat ulang tahun pangeran Albino ku sayang." Ujar Yana.
"Tiup lilinnya gih!" Perintah Maya.
"Bentar-bentar, yang yiapin ini semua kalian?" Tanya Arnold.
"Bukan ini yang Nyiapin Arsad." Ujar Vierna.
"Arsad?" Arnold tidak percaya.
"Iya, itu gua buat lo Nold." Ujar Arsad dari balik pintu.
"Arsad. Ini lo yang nyiapin buat gua?" tanya Arnold lagi.
"Selamat Ulang Tahun Sahabat ku." Ujar Arsad sambil memeluk Arnold.
"Makasih Sad." Ujar Arnold mengucapkan terima kasih kepada Arsad sambil memeluknya lebih erat.
Mereka pun merayakan ulang tahun Arnold dengan meriah, kebersamaan mereka pun kita kembali terlihat, Arsad kini tidak terlihat sedih lagi walaupun dalam hatinya masih belum menerima atas kepergian Aida. Tapi Arsad kini sadar bahwa kehadiran para sahabatnya adalah sesuatu hal yang sangat berharga bagi hidupnya. Tanpa mereka kehidupan Arsad tak ada Artinya.
"Thanks guys lo selalu ada buat gua." Ujar Arsad.

KAMU SEDANG MEMBACA
ESOK
JugendliteraturBerawal dari hukuman diawal Ospek karena keterlambatan, disanalah Aida dan Arsad bertemu. Arsad sesosok Mahasiswa Kaya namun tak menunjukkan kekayaannya sedakan Aida mahasiswi sederhana namun kecantikannya mengalahkan kecantikan Bintang Kampus dikam...