Hari ini tepat Abi seminggu dirumah sakit, dan hari ini juga Abi di izinkan untuk pulang, tapi dalam benak Arsad ada yang aneh selama seminggu ini, keluarga Abi tak satu pun yang datang menjenguknya. Bahkan sampai saat kepulangannya pun tak ada yang menjemput. Karna keanehannya tersebut Arsad memutuskan untuk mengatarnya pulang dan melihat kondisi keluarga Abi bagaimana terhadapnya.
"Aneh aja Nold udah seminggu lo, dia nggak dijenguk keluarganya, bahkan sekarang pulang aja nggak ada yang jemput." Ujarnya dengan Arnold dalam telephone.
"Mungkin dia nggak tinggal sama orang tuanya kali sob." Balas Arnold diseberang sana.
"Mungkin, echmm Nold, gua boleh pinjem mobil lo ya?, buat ngaterin bang Abi." Pinta Arsad.
"Okey pakai aja, lagian lo udah dikasih mobil sama bokap sendiri kagak lo pakek." Ledek Arnold.
"Lo tau sendiri kan gua sama bokap kayak apa?, udah ah males gua bahas itu. So lo yang nganterin kesini apa gua yang kerumah lo nih?" Tanya Arsad.
"Gue aja yang kesitu bro, gue juga lagi dijalan nih, lagi males dirumah." Jelas Arnold.
"Sip dah kalau gitu, gua tunggu dirumah sakit." Ujar Arad
"Okey."
Arsad pun menutup panggilannya tersebut, lalu ia kembali masuk keruangan tempat Abi dirawat, disana nampak Abi tengah sibuk memandangi jendela ruangan tersebut, entah apa yang sedang ia perhatikan, namun pandangannnya itu penuh arti, dan kesedihan yang mendalam.
"Bang, lo kenapa?" Tanya Arsad.
"Sad, lo tau betapa bahagianya jika seperti mereka, meraka yang hidup sehat, mereka yang hidup tanpa obat, mereka yang bisa bebas makan apa aja dan mereka yang bisa berbuat sesuka mereka tanpa harus ada larangan. Gua iri Sad." Ujar Abi dengan nada sendu.
"Makanya lo harus bisa sembuh bang, lo harus lawan penyakit lo itu!, kalau lo diemin aja, lo nyerah tanpa ada usaha, lo nggak bakalan bisa jadi mereka." Jelas Arsad.
"Gue bisa bertahan kok Sad, gue udah ngejalanin hidup dengan penyakit ini bukan sebulan dua bulan tapi udah tahunan, dan gue masih hidup." Ujar Abi.
"Iya lo bisa ngejalanin, tapi tubuh lo nggak bang, lo harus bangkit. Lo janjikan bakalan sembuh. Lo harus inget Aldi, gimana kecewanya dia jika lo aja kayak gini bang. Gua tau lo cuman sok tegar bang, sok kuat, padahal lo menderita bang, gua tau semua itu. Jika lo terus nyerah bukan hanya Aldi yang kecewa, tapi gua juga." Ujar Arsad meyakinkan Abi, seketika Abi langsung membalikkan badannya setelah mendengar Ucapan Arsad, tampak matanya berkaca-kaca.
"Gue boleh meluk lo Sad?" Abi bertanya pada Arsad.
"Lo nggak perlu izin bang, jika dengan itu lo bisa tenang kenapa nggak." Ujar Arsad sambil melangkahkan kakinya menuju Abi, lalu dipeluknya Abi, pelukan yang menurutnya bisa membangkitkan semangat Abi kembali.
"Gua yakin lo bisa bang, gua yakin lo kuat." Ujar Arsad menyemangati Abi sambil menepuk-nepuk punggungnya.
"Thanks Sad." Air mata perlahan-lahan mulai jatuh dipipi Abi. Bahagia atau sedih entah yang mana saat ini ia sedang rasakan, disatu sisi dia sedih karena mungkin dia tak akan lama menikmani kebahagiaan ini, disatu sisi dia bahagia karena merasa Aldi hadir disosok Arsad saat ini.
***
Arnold telah menunggu Arsad dan Abi didepan rumah sakit berserta mobilnya, sementara Arsad dan Abi tengah berjalan menuju mobil tersebut.
"Gue kan ada mobil Sad, ngapain lo nyuruh dia nganterin gue?" tanya Abi.
"Mobil lo lagi dipakek Vierna bang. Jadi gua mutusin gua yang ngaterin lo pulang." Jelas Arsad.
"Kemana Vierna?" Tanya Abi penasaran.
"Nggak tau bang, mungkin pulang." Jawab Arsad.
"Hei bang udah sehat lo?" Sapa Arnold sambil menepuk pundak Abi saat mereka udah dekat dengannya.
"Ya lo bisa liat sendiri." Jawab Abi.
"Buru-buru banget lo sembuh bang, kan enak dirawat bisa malas-malasan." Canda Arnold.
"Kagak enak ah, perawatnya nggak ada yang cantik-cantik, Arsad nggak bisa milihin gue rumah sakit yang bagus, yang susternya cantik kek gitu." Abi balas Bercanda.
"Disangka gua anterin lo kehotel gitu bang, aneh lo." Sela Arsad yang dibalas gelak tawa Abi dan Arnold.
"Ya udah, naik gih lo bang." Perintah Arsad sambil membukakan pintu mobil tersebut.
Abi pun masuk kedalam mobil tersebut disusul dengan Arsad dan Arnold, yang duduk didepan, sementara Abi sendirian dibelakang.
***
Perjalanan hampir setengah jam meraka lalui untuk menempuh rumah Abi, sesampainya dirumah Abi yang besar dan dihiasi taman bunga yang indah, mereka bertiga pun turun, rumah itu nampak sepi.
"Rumah lo sepi amat bang?" Arnold penasaran.
"Iya semenjak Aldi nggak ada rumah ini emang sepi, Ibu aja jarang keluar semenjak kejadian itu, entahlah semuanya serasa sepi semenjak itu." Jelas Abi.
"Bokap lo bang?" Arnold masih penasaran.
"Bokap gue jam segini masih kerja." Jelas Abi lagi.
"Jadi itu alasan keluaga lo nggak jenguk lo bang?" Kini pertanyaan itu muncul juga, setelah beberapa hari ini ia pendam.
"Bukan, gue emang merahasiakan ini semua, gue bilang ma keluarga gue lagi nginep rumah temen." Jelas Abi.
"Seminggu gila, nginep dirumah siapa lo bang seminggu?" Tanya Arnold dengan sedikit tertawa.
"Ya siapa aja." Jawab Abi.
"Dan orang tua lo percaya begitu aja?" tanya Arnold kembali.
"Ya harus percaya gimana pun caranya." Jawab Abi.
"Sampai kapan lo bakalan sembunyiin ini semua bang?" Arsad mulai bicara lagi.
"Gue nggak mau buat mereka khawatir Sad, cukup mereka sedih kehilngan Aldi dan gue nggak mau menambah kesedihan itu lagi." Jelas Abi.
"Nggak dengan cara seperti ini bang." Ujar Arsad.
"Please tolong jaga rahasia ini sama orang tua gua Sad!" Pinta Abi pada Arsad.
"Untuk kali ini mungkin gua bisa bang, tapi alam nggak bakalan tinggal diam, alam yang akan membongkar semuanya. Dan saat itu pula keluarga lo juga akan merasa khawatir dan kecewa bang." Ujar Arsad dengan nada serius.
"Tapi gue belum siap Sad." Ujar Abi.
"Mau nunggu sampai kapan bang?" tanya Arsad ulang.
"Nunggu gua siap." Jawab Abi.
"Sudah-Sudah sampai kapan bakalan debat didalam mobil kayak gini, kita kan udah nyampek." Arnold mencoba mencairkan suasana lagi.
Perdebatan tersebut pun akhirnya berhenti dan satu persatu mereka turun dari mobil, dan meraka pun masuk kerumah Abi. Tampak didalam rumah itu tertata rapi, dan indah sekaligus bersih, namun satu jadi perhatian Arsad, Foto keluarga Abi, ya tampak disana Aldi dan Abi dengan bahagianya dibingkai foto tersebut.
"Itu dia adek gue, Aldi." Jelas Abi. Namun belum sempat Arsad menjawab Ibu Abi datang dan tampak terkejut melihat Arsad.
"Aldi..." Panggil Ibu Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESOK
Teen FictionBerawal dari hukuman diawal Ospek karena keterlambatan, disanalah Aida dan Arsad bertemu. Arsad sesosok Mahasiswa Kaya namun tak menunjukkan kekayaannya sedakan Aida mahasiswi sederhana namun kecantikannya mengalahkan kecantikan Bintang Kampus dikam...