Approach

272 30 18
                                    

Setelah nyaris dua puluh menit, Arsad berada di pintu gerbang, akhirnya yang ditunggu datang menemuinya.

"Maaf aku telat," Aida meminta maaf.

"It's Okey."

"Lagian, siapa suruh nunggu aku?"

"Ya kagak ada."

"So?"

"Udah tinggal pulang bareng aja susah bener, pulang."

"Jalan kaki?"

"Kagak, terbang. Ya, iyalah, yok, pulang!" Ajak Arsad sambil menggandeng tangan Aida. Namun belum sempat mereka jalan, Vierna memanggil-manggil Aida.

"Aida... Aida.... tungguin gue!" Panggil Vierna sambil berlarian.

"Vierna." Sapa Aida sambil melepas genggaman tangan Arsad tadi.

"Gue, ikut ya? Nyokap gue kagak bisa jemput. Boleh ya?"

"Ya boleh, Vier." Jawab Aida.

"Tapi sebelah lo, ngebolehin nggak?"

"Loh, ngapain lo tanya gua, mau lo ikut. Ya ikut aja!" Jawab Arsad.

"Yes, tapi gue takut ganggu kalian berdua." Ejek Vierna.

"Ihhhh apaan sih kamu, Vier? Mulai deh!" jawab Aida sambil mukul-mukul badan Vierna pakai Koran yang ia bawa dari kelasnya tadi.

"Udah.... Udah.., Da. Bercanda gue."

Mereka pun pulang bertiga dengan diikuti canda tawa mereka masing-masing. Pertemuan singkat namun telah mampu mengakrabkan mereka bertiga.

***

Aida masuk ke dalam kamarnya, ditaruhnya tas ransel yang sedari tadi bersandar di punggungnya, lalu ia pun menghempaskan dirinya di kasur sehingga membentuk sebuah bintang yang besar.

Belum sempat ia memejamkan matanya, suara dering handphone-nya berbunyi. Dilihatnya handphone tersebut. Tertera nomor yang tidak dikenal, ragu-ragu ia menjawab panggilan tersebut.

"Hello?"

"Hay, Da... ini gue Vierna." jawabnya di seberang sana.

"Oh.. Kamu toh, Vier?"

"Lo tadi pegangan tangan ya, sama Arsad?"

"Kagak!!!"

"Nggak usah ngeles dah lo. Gue udah liat pakek mata kepala gue sendiri pas manggil-manggil lo."

"Apaan sih, Vier?"

"Tuh, kan, apa kata gue tadi di kantin? Lo sebenernya ada rasa sama Arsad."
Mendengar itu pipi Aida mulai memerah tanpa.

"Hedeuh! Jadi, kamu nelpon aku cuman mau ngomong ini doang?"

"Iya, ya sekalian nanya lo dah nyampek lum, tadi pas gue dah nyampe rumah, lo ngapain aja di jalan sama Arsad?"

"Resek kamu, Vier!" sangking kesalnya Aida langsung pembicaraan itu diakhiri oleh Aida.

"Maaf, Vier, aku dipanggil Ibu." Pamit Aida, dimatikannya panggilan Vierna.

"Ada-ada aja tu anak." Gumam Aida sambil senyum-senyum bayangin tangannya yang dipegang oleh Arsad.

***

Mata Aida membuka perlahan saat sinar matahari menyilaukan matanya. Ia mengucek matanya, lalu melihat jam dinding disampingnya. Pukul enam pagi. "Okey, masih ada waktu sejam." batinnya. Ia pun bergegas bangun dari tempat tidur dan pergi mandi, selepas selesai mandi suara ibunya memanggil dari ruang tamu.

ESOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang