Jimin meneguk Cola miliknya hingga habis. Setelahnya Jimin berjalan ke arah seorang pemuda dengan setelan hitam yang tengah duduk disofa ruang tengah dorm. Jimin bertekat ia harus memperjelas semuanya sebelum terlambat.
"Hyung. Kau tidak ganti baju?" pemuda itu hanya menggeleng tanpa mengalihkan pandangnya dari layar handphon yang berhasil menyita seluruh perhatiannya. Dapat jimin lihat sesekali pemuda itu menyunggingkan senyum tipis yang coba ia sembunyikan.
"Pasti tidak nyaman memakai celana ketat itu seharian" Kali ini pemuda itu mengangguk dengan kedua mata yang masih saja ia fokuskan pada benda tipis digenggamannya.
"Hyung sudah makan?" Kali ini kembali terlihat gelengan yang pemuda itu tujukan untuk Jimin.
"apa Hyung menyukai Jennie" Seketika pemuda itu menatap Jimin yang duduk disebelahnya.
"apa yang baru saja kau katakan Park Jimin?" tatapan laser langsung tertuju tepat pada kedua mata sipit Jimin. Jika orang lain akan merasa ngeri dan takut melihat tatap tersebut, Jimin terlihat biasa saja. Jimin tau pemuda disampingnya itu hanya berusaha terlihat menyeramkan agar Jimin menarik kembali pertanyaan yang baru saja terlontar. Dan tentu saja pemuda itu salah.
"apa Min Yoongi memyukai Jennie Kim?" Jimin memperjelasnya. Membuat Yoongi terdiam cukup lama sampai pemuda itu bisa menguasai diri dan menjawabnya dengan tenang "Iya"
***
Jennie menyadari bahwa seseorang tengah menatapnya saat ini. Seseorang yang duduk tak jauh darinya. Seseorang yang terlihat mengobrol dengan temannya namun mata sipitnya terus tertuju pada Jennie. Dan Jennie berpura-pura tidak menyadari hal tersebut.
Tapi baru beberapa menit gadis itu kembali fokus pada makanannya, Jennie menyerah. Pemuda dengan mata sipit itu sungguh mengganggu Jennie. Tatapan itu begitu membuatnya risih.
Jennie biasanya akan bersikap acuh, tapi tidak kali ini. Jennie berjalan kearah bangku kantin yang sedang ditempati dua orang itu, yang mana salah satunya adalah si pendek dengan mata sipit yang menyebalkan.
"Ayo kita bicara" Jennie bukan tipe orang yang suka berbasa-basi.
"Hah?" pria itu terlihat bingung dengan mulut yang sedikit terbuka, tentunya ia sedikit terkejut didatangi langsung seperti saat ini. Apalagi kondisi kantin gedung bighit yang lumayan ramai. "aku?" Lanjutnya sambil menunjuk dirinya sendiri.
Jennie mengangguk menyiyakan. Jennie berjalan mendahului dan diikuti pemuda itu yang berdiri dan berjalan di belakangnya, mengekor dengan wajah penuh tanyanya. Sedangkan Hoseok yang sejak tadi mengamati, menatap kepergian mereka dengan wajah yang tak kalah kebingungan.
"Apa kau menyukaiku?" pemuda itu membulatkan matanya. Tak berapa lama dia tertawa mendengar pertanyaan konyol tersebut.
"Aku akan berpura-pura tidak mendengarnya" pemuda itu kemudian berjalan berbalik untuk meninggalkan Jennie. Namun belum sempat melangkah, sebuah kalimat yang keluar dari mulut Jennie berhasil menghentikannya.
"Aku benci tatapan itu" ucap Jennie dengan suara yang sedikit bergetar, kedua tangannya mengepal.
Pemuda itu berbalik. Kembali menghadap Jennie. Dapat ia lihat kedua mata gadis itu yang berkaca-kaca. Jennie terlihat menggigit bibir bawahnya mencoba menahan tangis yang ia sendiri tidak tau kapan akan pecah. Tentu saja pemuda didepannya tak menduga akan reaksi Jennie.
Jennie mulai bergetar. Wajahnya memerah. Beberapa potong kenangan masalalunya berputar dikepala Jennie. Jennie memegangi tembok disampingnya berusaha menahan tubuhnya yang terasa melemah.
"Kenapa kalian melakukan ini padaku?" dan tangis Jennie pecah. Tentu saja kalimat itu bukan ia tujukan untuk pemuda didepannya. Pikiran Jennie mulai kacau.
"maafkan aku" Pemuda itu panik. Dia tidak bermaksud menyinggung Jennie. Dia tidak bermaksud membuat gadis itu terisak seperti saat ini. "Maafkan aku" di mencoba mendekat untuk menenangkan Jennie. Namun gadis itu malah merosot ke lantai dan meringkuk bersandar didinding. Karena merasa semakin panik, pemuda itu menghubungi seseorang.
"Hyung, tolong ke parkiran sekarang. Jennie terlihat aneh"
***
Jennie tertidur pulas di kursi penumpang mobil Sejin. Sedangkan di bangku kemudi ada Sejin dan Jimin yang duduk disampingnya. Setelah beberapa saat lalu melihat keadaan Jennie, Sejin langsung membawa Jennie ke mobilnya dan memberikan obat penenang yang mulai ia sediakan sejak kepulangan Jennie kekorea. Sejin sudah mempersiapkan jika saja hal-hal darurat seperti saat ini akan terjadi.
"Jimin" Sejin menatap pemuda disampingnya yang menundukkan kepala karena merasa bersalah. Jimin hanya terdiam tak tau harus menjelaskan apa pada sejin tentang kejadian tadi.
"Aku mohon jangan ceritakan ini pada siapapun" Sejin menggenggam tangan Jimin.
"Jennie punya serangan panik" Jelas sejin. Mendengar itu Jimin mengangkat kepalanya menatap Sejin.
"Aku tidak berusaha menyerangnya atau apapun Hyung. Aku hanya menatapnya, itu saja" Sejin membuang nafas kasar mendengar penjelasan Jimin.
"Apa kau membencinya?" tanya Sejin pada Jimin.
"tentu saja tidak" jawab Jimin cepat. "Aku hanya sedikit tidak menyukainya" Lanjut Jimin.
"Dia bukan gadis yang jahat. Tapi melihat Yoongi Hyung dan Taehyung menyukainya membuatku sedikit tidak suka" Sejin tersenyum miris mendengar penuturan Jimin.
"Kau cemburu?" mata Jimin membulat.
"Kau terlihat sangat Jelas menyukainya" tuduh Sejin yang membuat Jimin terdiam.
"Saat aku bilang jangan menyukainya, seharusnya kau mendengarkan Hyung Jim" Jimin kembali tertunduk, apa salahnya menyukai seseorang. Kenapa dia seolah seperti pendosa saat ini.
"Aku tidak terlalu menyukainya. Hanya sedikit" bela Jimin. Tentu saja akhirnya ia harus mengaku karena telah tertangkap basah.
"Kalau kau hanya menyukainya sedikit mana mungkin Jennie sampai panik. Jennie Jelas menyadarinya jika kau begitu jatuh hati padanya"
###
Gue bimbang masa :(( Ini semua salah Jimin. Pokoknya ga mau tau Jennie buat Taehyung, Jimin jangan lenjeh. Gue takut tergoda 😔 iman gue lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Warm and Cold (Jennie Kim Taehyung)
FanfictionLet's fall for real [Shisi, September 2017]