"Apa menariknya dia?" Jungkook, Hoseok, Namjoon dan Jin mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Kim Taehyung.
"Bahkan dia menolak Jimin" Lanjut Taehyung. Dia terlihat begitu kesal.Banyak sekali Army diluar sana yang menginginkan Jimin tapi kenapa Jennie menolaknya, pikir Taehyung.
"Kau bahkan juga tertarik padanya hyung" Jungkook tertawa mengejek Taehyung. "Kau memandanginya terus menerus saat di Studio" Jungkook tentu menyadarinya. Semua orang menyadari itu. Mata Taehyung tak lepas dari Jennie saat mereka berada di studio.
"Aku menatapnya karena dia aneh" lagi-lagi jawaban itu. Taehyung benar-benar teguh pada pendiriannya dan begitu yakin bahwa dia tidak tertarik pada gadis itu.
"Hati-hatilah Tae. Kau bisa sangat menyukainya setelah ini" Hoseok tak mau kalah, dia juga ikut menggoda Taehyung.
"Ini pertama kalinya kau sekesal itu pada seorang gadis. Itu sangat tidak wajar" Jin benar. Taehyung bukanlah tipe orang yang akan begitu peduli pada sikap seseorang atau tingkah orang lain. Dia sendiri saja sudah aneh.
"Sejin Hyung akan marah kalau tau kau mengejek Jennie aneh Tae" Hoseok terlihat serius kali ini.
"Jennie itu sepupunya Hanna-Noona" Jelas Hoseok."Jadi karena itu Sejin Hyung dekat dengan Jennie?" pertanyaan Namjoon berhasil mewakili rasa penasaran Jin dan Jungkook. Hoseok memangguk membenarkan.
Disisi lain. Jennie sadar Taehyung sesekali meliriknya dari tempat duduk di sudut kantin yang ia tempati dengan member lain. Tapi Jennie tak ambil pusing. Jennie sudah terbiasa dengan tatapan Taehyung itu. Dan itu tak masalah baginya.
Taehyung sama saja dengan Yoongi. Mereka tipe orang yang sangat umum Jennie temukan. Andai Jimin juga seperti mereka berdua, pasti Jennie akan merasa nyaman dan tidak akan berpikir dua kali untuk menerima tawaran sebagai komposer tetap di bighit. Tapi sayangnya Jimin berbeda. Tatapan pemuda itu begitu mirip dengan seseorang di masa lalu Jennie. Seseorang yang masih saja menghantuinya sampai saat ini. Tatapan dominan yang begitu Jennie benci.
Saat melangkahkan kaki keluar kantin, Jennie terhenti saat seseorang tiba-tiba menarik tangannya dan membawa Jennie kesudut lorong menuju tangga darurat.
"Aku memakai kacamata hitam, jadi jangan menghindar" Jennie tersenyum manis menatap Jimin dan melepas genggaman pemuda itu dengan lembut.
"apa yang kau bicarakan Jim? Aku tidak punya alasan untuk menghindarimu" Jennie terlihat begitu tenang. Sangat berbeda dengan kemarin. Melihat hal itu membuat Jimin semakin khawatir dengan Jennie dan membawa gadis itu kepelukannya.
"Jangan begini. Jangan tersenyum seolah kau baik-baik saja" Jimin mendekap Jennie semakin erat. Jimin merasakannya. Tubuh Jennie yang sedikit bergetar dan membuat Jimin kembali mengeratkan pelukannya.
"Park Jimin" Suara Taehyung berhasil membuat Jimin melepaskan Jennie dari dekapannya.
Taehyung berjalan mendekat menghampiri Jennie dan Jimin. Mata Taehyung menatap sosok Jennie yang tetlihat pucat pasi dengan tatapan kosong. Wajah dan tatapan kosong itu sama persis dengan apa yang Taehyung lihat sebelumnya saat hari pertama kedatangan Jennie. Saat gadis itu berjongkok didepan mobil setelah menangis lebih dari dua jam di toilet.
"Ada apa Tae?" tanya Jimin saat Taehyung sudah berada didepannya.
"Sejin hyung memintaku membawa Jennie keruang PD-nim" Jimin melirik Jennie yang terlihat kacau, dia merasa bersalah karena bertindak gegabah.
"oh baiklah. Aku kekantin dulu menyusul Yoongi Hyung" Jimin berjalan meninggalkan Jennie dan Taehyung. Disaat Jimin tak lagi terlihat tiba-tiba tubuh Jennie ambruk. Untungnya Taehyung dapat menangkapnya sebelum Jennie terbaring di lantai.
***
Taehyung menatap Jennie yang tengah terbaring tenang. Tak jauh darinya ada Sejin yang tengah sibuk dengan seseorang di telpon. Saat Jennie pingsan Taehyung langsung menghubungi Sejin dan mereka membawa Jennie ke apartemen gadis itu yang letaknya tak begitu jauh dari gedung bighit.
Beberapa saat lalu ada dokter yang datang untuk memeriksa keadaan Jennie. Saat menjelaskan apa yang terjadi Taehyung akhirnya tau gadis itu memiliki serangan panik yang akan menyebabkan dia menangis, histeris atau bahkan pingsan seperti saat ini saat merasa tertekan.
"Kau bisa pulang ke Dorm Tae. Hanna akan ke sini untuk menjaga Jennie" Sejin terlihat telah selesai dengan seseorang yang ia hubungi tadi. Sejin duduk di pinggir ranjang Jennie,
tepat menghadap Taehyung yang duduk di kursi kecil di samping ranjang. Mereka duduk bersebrangan."Aku tidak akan kemana-mana sebelum Hyung menjelaskan semuanya" Taehyung terlihat serius dengan ucapannya.
"Kau tidak perlu tau Tae, ini bukan urusanmu" Sejin tidak ingin membuat Taehyung terlibat lebih jauh dalam masalah Jennie. Dia bahkan tidak menceritakan semuanya pada Jimin saat itu.
"Aku tak bisa tidur nyenyak sejak hari pertama Jennie datang. Dia benar-benar mengganggu pikiranku hyung." Taehyung tidak berbohong. Dia benar-benar selalu memikirkan keanehan Jennie sampai-sampai matanya susah untuk terpejam dimalam hari. Pikirannya dipenuhi oleh sosok Jennie Kim yang misterius.
"Dia bukanlah gadis yang mudah Tae. Kau tidak akan bisa mengerti" Sejin memandang Jennie penuh iba. Penyesalannya membawa Jennie pulang kekorea kembali muncul. Seharusnya dia sadar Jennie akan susah untuk disembuhkan.
"Bagaimana aku akan mengerti disaat Hyung tidak menceritakan apapun padaku. Katakan padaku dan aku akan mencoba mengerti Hyung" itulah Kim Taehyung dengan kekeras kepalaannya. Menurutnya dia berhak tau tentang Jennie yang berhasil mengacaukan pikirannya belakangan ini.
Sejin terlihat berpikir keras. Beberapa saat mata Sejin memandang Jennie dengan sayu dan selanjutnya memandang Taehyung dan berpikir lagi. Cukup lama hal tersebut berlangsung terus menerus hingga Sejin terlihat membuang nafas kasar seolah lelah dengan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepalanya.
"Baiklah, tunggu Hanna datang dan biarkan dia yang menceritakan semuanya" Sejin akhirnya menyerah. Mungkin saja membiarkan Taehyung tahu akan membantunya menjauhkan Jimin dari Jennie, pikir Sejin.
***
Taehyung mengitari kamar Jennie karena merasa bosan hanya terdiam memperhatikan gadis itu yang terus berbaring berkat obat penenang yang dokter berikan.
Saat ini hanya tinggal Taehyung dan Jennie di Kamar tersebut. Saat Hanna datang dan melihat keadaan Jennie, Hanna terlihat syok dan langsung menangis. Setelah beberapa saat berhasil tenang dengan bantuan Sejin, Hanna terisak lagi saat menceritakan tentang Jennie pada Taehyung. Dan akhirnya Sejin membawa Hanna keluar agar Hanna kembali tenang.
Saat melihat-lihat, mata Taehyung menangkap sesuatu yang aneh di sudut ruangan kamar Jennie. Sesuatu terlihat terbungkus dengan sapu tangan yang Taehyung kenali sebagai sapu tangan Jennie karena pernah melihat gadis itu menggunakannya.
Taehyung mendekat dan berjongkok tepat di sudut ruangan yang terletak dekat dengan kamar mandi itu. Diraihnya sapu tangan bergambar mawar berwarna hitam tersebut. Dan betapa kagetnya taehyung saat membuka lipatan sapu tangan tersebut. Sebuah cutter yang terlihat baru dengan bercak merah yang Taehyung yakini adalah darah terbungkus begitu rapih oleh sapu tangan tadi. Pikiran-pikiran buruk bermunculan di kepala Taehyung saat itu juga.
Taehyung berdiri dan menghampiri Jennie yang masih terbaring diranjang. Taehyung duduk di pinggir ranjang dan diraihnya tangan Jennie yang masih terkulai lemas itu. Benar saja, seperti apa yang Taehyung kira. Gadis itu, Jennie kim, bukan hanya punya serangan panik yang terlampau berlebihan. Jennie bahkan juga menyakiti dirinya sendiri saat tertekan.
Taehyung mengusap lembut pucuk kepala Jennie dengan mata yang menatap Jennie sendu.
'Seberapa dalam lukamu Jen?'
###
Dont forget to votement guys and see ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Warm and Cold (Jennie Kim Taehyung)
FanfictionLet's fall for real [Shisi, September 2017]