Jennie's
Aku terbangun dengan selimut tebal yang membungkus tubuhku. Ada Hanna Eonnie tepat disebelahku yang pipinya terlihat sembab. Dia pasti Habis menangis.
"Jen kau sudah bangun?" Hanna Eonnie membantuku duduk karena seluruh tubuhku yang masih terasa lemas.
"Sejak kapan Eonnie disini?" tanyaku pada Hanna Eonnie dengan suara parau.
"Aku datang dua Jam lalu" Hanna Eonnie terlihat menunjukkan senyumnya memaksa.
"Dimana Sejin Oppa?" tanyaku lagi. Karena hal terakhir yang aku ingat adalah Jimin yang membawaku kemobil yang disana telah ada Sejin Oppa menunggu dengan obat penenang yang mungkin telah ia persiapkan untuk berjaga-jaga, Sejin Oppa tau jelas kondisiku. Setelah meminum obat darinya aku tertidur.
"Dia kembali ke dorm bersama Jimin setelah aku datang" Jelas Hanna Eonnie. Aku mengangguk mengerti. Mataku menatap kedua bola mata Hanna Eonnie, dia jelas terlihat kacau dan aku tau apa penyebabnya.
"Jauhi Jimin Jen, dan kembalilah ke New Zealand" Hanna Eonnie terlihat berkaca-kaca, kedua tangannya sekarang menggenggam tanganku yang dingin. Aku tau dia hanya ingin yang terbaik untukku, dia tidak ingin aku terluka. Selalu saja begitu.
"Aku tidak apa-apa Eonnie. Aku bisa mengatasinya. Aku hanya lupa konsultasi minggu lalu, makanya aku.."
"Dia terlihat sama. Mereka itu sama Jen. Jimin dan Sungwoon. Kau tidak akan baik-baik saja didekatnya." Hanna Eonnie memotong ucapanku begitu saja. Dan nama itu. Sudah sangat lama aku tidak mendengar nama itu.
"Eonnie, kau sudah berjanji tidak akan menyebutkan nama itu lagi" Entah kenapa mendengar namanya membuatku merasa teriris. Nama itu berusaha aku kubur sejak tiga tahun lalu.
"Maaf" Hanna Eonnie terlihat menyesal.
"Sudahlah. Jangan bahas itu lagi Eonnie. Sebaiknya Eonnie pulang sebelum terlalu malam" Hanna Eonnie mengangguk mengerti. Aku tau dia masih ingin menemaniku disini dan memastikan aku baik-baik saja, tapi dia jauh lebih tau kalau aku akan lebih suka menenangkan diri sendiri dibandingkan ditemani seseorang.
Disaat Hanna Eonnie pergi aku kembali berbaring dan memejamkan mata, mencoba untuk tidur. Berharap aku terbangun dengan keadaan lebih baik besok pagi.
***
Aku menggenggam erat jemari seseorang yang berjalan disampingku. Cuaca saat ini sedang mendung dengan suhu sekitar 11-17 derajat celcius, namun aku malah merasakan hangat yang menjalar keseluruh tubuhku hingga pipiku terus saja bersemu merah berkat pemuda hangat disampingku. Aku begitu menikmati pemandangan padang ilalang disekitarku yang bergoyang karena angin. Musim gugur yang indah.
"Jen" Pemuda di samping ku tiba-tiba menghentikan langkahnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung celananya. Sebuah kalung indah dengan liontin berbentuk Daisy. Bunga kesukaan ku. Sudah menjadi kebiasaannya tiba-tiba bersikap manis seperti saat ini. Dan aku begitu menyukai dia yang seperti ini.
"Menikahlah denganku"
Aku terbangun dari tidurku dengan keringat yang membasahi pijama yang sedang aku kenakan. Jika sudah begini, aku tidak akan melanjutkan tidur. Aku takut mimpi tadi akan berlanjut menjadi mengerikan. Membayangkannya saja sudah membuatku begitu frustasi.
Aku berjalan keluar kamar menuju ruang kecil diapartem milikku. Walau tidak terlalu mewah dan tidak sebesar apartemen di New Zealand, aku masih bisa memiliki ruang pribadi untuk meletakkan berbagai alat musik. Setidaknya aku akan menghabiskan malam ini dengan nada-nada indah diruang kecil yang sedang aku tempati.
Namun, baru saja jemari ku menggapai Biola miliku. Suara handphone menghentikan ku, membuat ku berbalik ke kamar untuk melihat siapa yang menghubungiku ditengah malam begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Warm and Cold (Jennie Kim Taehyung)
ФанфикLet's fall for real [Shisi, September 2017]