Taehyung's
Hanna Noona terlihat begitu khawatir saat melihat Jennie yang terbaring dengan wajah pucatnya. Yang aku tau dari Sejin Hyung, Hanna Noona begitu dekat dengan Jennie. Mereka berdua anak tunggal, dan Jennie menghabiskan masa remajanya dirumah Hanna saat kedua orang tua Jennie memutuskan bercerai. Mereka berdua sudah seperti adik-kakak kandung.
Saat duduk dipinggir ranjang Jennie, Hanna Noona mulai terisak. Dia menggenggam tangan Jennie dan mengusapnya lembut. Melihat Hanna Noona yang terus saja menangis, Sejin Hyung berjalan mendekatinya. Sejin Hyung memeluk Hanna Noona, hal yang selalu Sejin Hyung lakukan ketika Hanna noona menangis untuk menenangkannya.
Setelah menangis dipelukan Sejin Hyung dan membuat kaus Sejin Hyung basah oleh air matanya, Hanna Noona berjalan keluar kamar.
"Ikuti dia, dan tanyakan langsung semua yang ingin kau tau Tae" mendengar Sejin Hyung mengatakan hal tersebut, aku berdiri dan berjalan mengekori Hanna noona.
Kami mengitari ruang tamu apartemen Jennie yang didominasi warna-warna cerah. Dan aku masih terus mengikuti langkah Hanna Noona sampai dia tiba-tiba menghentikan langkahnya. Sekarang kami tengah berdiri tepat disebuah pintu yang baru aku sadari keberadaannya di apartemen ini.
Ternyata apartemen ini memiliki ruang lain selain kamar, ruang tamu dan dapur. Ruangan yang tidak akan begitu terlihat karena berada disudut. Ada dua buah vas bunga besar terletak disamping pintu, seolah sengaja menyamarkan ruang tersebut dari setiap orang yang berada diruang tamu.
Aku menatap lekat bunga Daisy yang terlihat mengering layu yang mengisi dua vas tersebut bersama berbagai rumput liar berwarna hijau yang terlihat menguning. Bisa aku tebak bunga tersebut berada disana selama beberapa hari terakhir tanpa di ganti.
"Ayo masuk Tae" Hanna Noona membuka pintu didepannya yang ternyata tak terkunci sama sekali. Keningku sedikit mengernyit saat masuk. Kesan pertama yang aku dapat begitu berbeda saat memasuki ruangan tersebut. Jika ruang tamu, kamar dan dapur Jennie terlihat begitu hidup dengan warna-warna cerah seperti hijau dan kuning. Lain halnya dengan ruangan yang sedang aku masuki saat ini. Terlihat begitu gelap dengan warna hitam dan coklat yang menghiasi dinding sebagai walpapernya. Bahkan saat lampu ruangan tersebut dinyalakan, kesan suram tak hilang sedikitpun.
"Tempat ini tak pernah berubah sejak pertama kali dibuat" pandangan Hanna Noona mengitari seisi ruangan. Akupun juga melakukan hal yang sama meneliti tiap benda yang menempati ruangan itu.
Dapat terlihat beberapa alat musik tertata acak di ruangan kecil tersebut. Ada sebuah grand piano, biola, cello, saxophone dan klarinet. Sepertinya Jennie begitu mencintai musik klasik. Aku terkagum saat kedua mataku menatap banyak mendali dan piala. Hanya saja benda-benda berkilau itu terlihat menyedihkan karena hanya dibiarkan begitu saja di lantai sudut ruangan seolah benda-benda tersebut tidak berharga.
"Begini lah Jennie. Gelap dan tak dapat ditebak, sama seperti ruangan ini" Hanna Noona duduk disebuah bangku kecil yang terketak didepan piano. Ada kursi kecil lainnya yang terlihat serupa didepan sebuah Cello berwarna coklat gelap, aku duduk disana dan siap mendengarkan cerita Hanna Noona.
"Namanya Ha Sungwoon" Hanna Noona menyerahkan handphonenya padaku. Menunjukkan sebuah foto seorang pemuda yang wajahnya terlihat mirip dengan Jimin.
"Mirip Jimin bukan?" Hanna Noona seolah dapat membaca pikiranku, tentu saja aku mengangguk menyetujuinya.
"Bahkan hampir keseluruhan sikapnya menyerupai Jimin" Lanjut Hanna Noona. Aku masih mengamati pemuda bernama Sungwoon itu. Rahang dan bibirnya begitu mirip dengan Jimin. Dari wajahnya memang terlihat bahwa ia orang yang baik hati, seperti Jimin.
"Secara tidak langsung Jimin yang menyebabkan serangan panik Jennie kumat. Tapi bukan Jimin sumber masalahnya. Itu karena Ha Sungwoon." Aku mulai mengerti sekarang, Jennie terganggu dengan wajah Jimin dan sikapnya yang mirip Sungwoon.
"Ha sungwoon, pemuda yang membuat Jennie begitu terluka. Jennie mengalami serangan panik setelah kematian Sungwoon tepat didepan mata Jennie" aku tentu saja kaget mendengatnya, dan semuanya semakin jelas saat saat Hanna Noona menceritakan semuanya.
Setelah resmi bertunangan, Sungwoon mulai berubah. Dia bertingkah begitu posesif pada Jennie. Bahkan dia memukul Jennie hanya karena cemburu dan hal-hal sepele lainnya.
Sungwoon itu pria yang lembut, baik hati dan pengertian. Setidaknya begitu yang Jennie tau sebelum pemuda itu berubah.
Walaupun Jennie begitu mencintai Sungwoon. Ada saatnya dia merasa begitu lelah dikekang dan diperlakukan seenaknya oleh tunangannya itu. Akhirnya Jennie memutuskan untuk pergi. Dan itu menjadi keputusan yang begitu Jennie sesali sampai saat ini.
Kepergian Jennie membuat Sungwoon mencarinnya keseluruh penjuru negri, tapi Sungwoon tak juga menemukan Jennie. Butuh waktu dua minggu hingga Sungwoon mengetahui bahwa Jennie kabur ke New Zealand. Dan saat itulah bencana terjadi.
Jennie menolak kembali ke korea dan melanjutkan hubungan mereka. Dan karena hal tersebut, Sungwoon mengakhiri hidupnya tepat didepan mata Jennie dan berkata bahwa Jennie lah yang menyebabkan dia melakukannya-bunuh diri.
'aku pernah bilang tak dapat hidup tanpamu Jen. Dan saat kau pergi, aku benar-benar tak bisa hidup lagi . Kau pasti akan benar-benar menyesal atas apa yang telah kau lakukan padaku Jen. Aku selalu mencintaimu dan kau menyakitiku'
Dan sungwoon terjun dari atap gedung apartement Jennie. Kejadian yang sering Jennie mimpikan itu. Kejadian yang begitu mengerikan.
Semua orang menyalahkan Jennie. Kedua orang tua Sungwoon dan bahkan ibu Jennie sendiri memakinya saat pemakaman tunangannya itu.
Dan sejak saat itu Jennie mulai mengalami mimpi buruk dan serangan panik. Apalagi jika sudah menyangkut Sungwoon. Dia akan histeris dan menangis tak terkendali. Dia begitu tertekan.
Hanna noona mulai menitikkan air natanya lagi karena menceritakan hal tersebut padaku.
"Kenapa tidak ke psikiater dan terapi? Jennie pasti bisa sembuh jika ia melakukan itu" setauku berbagai penyakit psikologis bisa diatasi dengan terapi rutin karena itulah aku menyarankannya.
"Sudah. Setidaknya berkat terapi, Jennie membaik dan lebih bisa mengontrol diri. Tapi belakangan dia kambuh lagi. Sejak Jimin mendekatinya" kenapa semuanya semakin rumit? Aku sendiri jadi bingung harus bersimpati pada siapa. Pada Jennie dan masalalunya atau pada Jimin dan ketidak beruntungannya karena menyukai Jennie.
"Jadi bisakah kau membantu Jennie, Tae?" Hanna Noona menggenggam kedua tanganku. Melihatnya yang begitu tulus memohon tentu saja aku mengangguk mengiyakan. Dan tanpa sadar aku semakin terikat dengan kisah hidup seorang Jennie Kim.
###
Hi guys, i'm back. Jangan lupa votment
Bye... See ya...
(nemu di IG, mereka lucuk banget yaampun 😔)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Warm and Cold (Jennie Kim Taehyung)
FanfictionLet's fall for real [Shisi, September 2017]