Mark melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Doyoung baru saja mengabarinya kalau Ibu Koeun sudah tiada. Sebenarnya siang ini, ia ada schedule meeting dengan salah satu klien perusahaannya, tapi ia langsung membatalkannya setelah mendengar kabar itu.
Mark tidak mengetahui bagaimana keadaan koeun sekarang? Karena setelah malam itu, mark memutuskan untuk memberi jarak pada koeun. Ia masih belum bisa menerima keputusan koeun untuk mempertimbangkan anak ingusan itu menjadi kekasihnya. Koeun juga tidak menghubunginya lagi?? Mungkin saja gadis itu sibuk berkencan?? Pikirannya cukup terbebani dengan hal itu, tapi mark tidak ingin mengambil pusing, itulah sebabnya belakangan ini ia lebih memilih menyibukkan dirinya dengan pekerjaan.
Lagipula seharusnya sekarang ia fokus dengan kehadiran herin bukan?? Tidak dipungkiri, ia memang mengakui kalau herin adalah cinta pertamanya?? Tapi anehnya sekarang perasaan itu tidak sejelas dulu?! Mark belum yakin sepenuhnya untuk menjalani hubungan yang serius dengan herin?? Meskipun kakeknya sudah menuntutnya untuk segera mengenalkan kekasihnya, dan hal itulah yang belakangan ini juga membebani pikirannya.
Mark sudah sampai di rumah duka. Tidak begitu banyak orang yang hadir, dan langkahnya terhenti saat ia melihat satu papan rangkaian bunga, ucapan berduka cita, dari yuta?? Bos di tempat koeun bekerja?! "Bos mu bahkan sampai mengirim ini secara pribadi, koeun-ah.. Bos mu memang sangat perhatian?!" Mark menggerutu pelan sebelum ia kembali melanjutkan langkahnya.
Mark bisa melihat koeun berpakaian serba hitam dan seperti biasa rambutnya diikat seperti ekor kuda dan juga ada pita kecil berwarna putih di rambut gadis itu. Koeun menundukkan kepalanya sambil memeluk bingkai foto mendiang ibunya. Koeun bahkan tidak menyadari kehadirannya. Mark sangat yakin kalau koeun pasti sedang menangis hebat.
Mark langsung menyalakan dupa yang ada di dekat peti mendiang ibu koeun. Kemudian ia membungkukkan tubuhnya di depan foto mendiang ibu koeun. Setelah itu mark langsung menghampiri koeun.
Koeun akhirnya menyadari ada seseorang yang berdiri di hadapannya. Dengan perlahan ia mengangkat wajahnya yang penuh dengan air mata dan melepas bingkai foto mendiang ibunya "Mark? Kau.. hiks.. kau datang..??" ucapnya sesegukan.
Tanpa basa basi mark menarik koeun ke dalam pelukannya. Dan mark bisa mendengar dengan jelas tangisan koeun yang semakin kencang.
"Mark.. eomma hiks.. eomma sudah pergi.. ia meninggalkan ku mark hiks.." Koeun mengatakannya sambil menangis tersedu-sedu.
Mark mencoba menguatkan dirinya, ia tidak ingin ikut menangis karena ia tau itu akan membuat koeun semakin bersedih. Mark mengeratkan pelukannya "Gwenchana koeun-ah.. mungkin ini memang yang terbaik untuknya. Menangislah.. kalau itu memang membuat perasaan mu jadi lebih baik" dengan lembut mark mencoba menenangkan koeun sambil mengusap rambut koeun.
Mark melepaskan pelukannya, setelah tangis koeun sudah mereda. Ia bisa melihat mata foxy gadis itu membengkak. Dan tanpa sadar, tangan mark terulur untuk menghapus sisa air mata di pipi koeun.
"Aku minta maaf.. karena membiarkan mu melewati ini semua sendiri.. dan seharusnya kau juga menghubungi ku eoh?! Bagaimana kalau doyoung hyung tidak mengabari ku hum?? Koeun-ah lain kali apapun yang terjadi padamu, kau harus memberitahu ku?!" kata mark mengeluh dan itu membuat koeun akhirnya tersenyum tipis.
"Apa kau tau eoh?! Aku sangat mengkhawatirkan dirimu.." kata mark dengan lantang menambahkan perkataannya.
Entah dorongan dari mana? Kali ini koeun yang memeluk mark. Koeun merasa pelukan hangat dari mark bisa membuatnya merasa lebih baik "Gomawo.. uhm.. aku juga minta maaf mark.. aku senang karena kau ada disini sekarang" ucapnya masih sambil memeluk mark.
Mark pun juga merasa enggan untuk melepas pelukan koeun. Mark merasa sangat nyaman dan satu hal yang ia sadari adalah detak jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Mark rela terus seperti ini jika memang itu bisa membuat keadaan koeun lebih baik.
Sampai semenit kemudian, koeun melepaskan pelukannya saat melihat doyoung, jaehyun, dan herin sedang berjalan ke arah mereka.
Mark tersentak saat koeun tiba-tiba melepaskan pelukannya. Namun ia mengerti mengapa koeun melepaskannya? Mungkin karena kemunculan ketiga orang yang sekarang ada di hadapan mereka.
"You are strong koeun.. Aku turut berduka cita sedalam-dalamnya" tutur jaehyun sambil mengelus rambut koeun.
"Uri koeunnie.. Aku juga turut berduka cita.. Jangan bersedih lagi, ada kami disini.." kali ini doyoung yang bicara dengan sangat lembut.
"Koeun-ssi.. Aku turut berduka cita" sambung herin singkat.
Koeun mencoba memaksakan senyumnya, meskipun itu sangat sulit baginya untuk tersenyum sekarang.
"Yaa.. Mark! Bagaimana bisa kau sudah ada disini?! Aigoo.. kau pasti sangat mengkhawatirkan uri koeun, dan langsung bergegas kesini setelah menerima panggilan ku?! Setidaknya kau seharusnya menunggu kami dan kita pergi bersama-sama?!" Cerocos doyoung pada mark yang berdiri di sebelah koeun.
"Sudahlah.. berhenti mengomel seperti ahjumma.. yang terpenting ia sudah ada disini sekarang, lagipula koeun pasti membutuhkan mark disini.." Kata jaehyun menenangkan doyoung.
Koeun bisa melihat ekspresi wajah herin yang berubah drastis setelah jaehyun selesai bicara.
"Aniya oppa.. tidak seperti itu.. Mark juga belum lama sampai.." kata koeun menimpali, ia merasa tidak enak pada herin dan ia juga tidak ingin membuat herin salah paham.
"Terima kasih.. kalian sudah menyempatkan waktu kalian untuk datang kesini.. geundae.. dari mana oppa tau tentang ini?? Aku bahkan belum sempat mengabari kalian??" Tanya koeun merasa heran.
"Ah.. soal itu.. Aku tau dari donghyuk koeun-ah. Anak itu menelpon ku tadi, ia yang memberitahu ku. Ia juga bilang akan segera kesini setelah cafe tutup. Untung saja ada dia, kalau tidak? mungkin kami tidak akan tahu?! Lain kali jangan sungkan untuk menghubungi kami koeun-ah" kata doyoung menjelaskan.
"Uhm.. mungkin donghyuk tahu dari bos kami. Maafkan aku karena membuat kalian khawatir.." tutur koeun menyesal.
"Mwoya?! Bahkan dua orang itu mengetahuinya lebih dulu?! Cih.. setidaknya aku yang ada disini sekarang. Lebih bagus jika mereka tidak datang kesini!" – Mark mengumpat di dalam hatinya.
Jaehyun, Doyoung dan Herin pamit pada koeun dan mark untuk melayat mendiang ibu koeun, hingga sekarang hanya mark yang menemani koeun.
"Koeun-ah.. Aku berjanji mulai sekarang, aku tidak akan pernah meninggalkan mu sendirian.." Ungkap mark yang mampu memecahkan keheningan diantaranya dan koeun.
Koeun yang mendengar itu, langsung menatap dalam kedua bola mata pria di sampingnya itu, dan ia tidak melihat ada kebohongan disana.
Mark yang sadar koeun sedang menatapnya, menampilkan senyum manisnya, membuat koeun jadi ikut tersenyum. Mark mengacungkan jari kelingkingnya "Aku janji padamu.." katanya lagi meyakinkan koeun. Koeun tersenyum kemudian mengaitkan jari kelingking mereka.
***
Mau peluk koeun juga disini TT
Untung udah diwakilin sama mark hehe..
Hope you guys like it - Happy reading ^^
See you in next part..
Thanks..

KAMU SEDANG MEMBACA
"Marriage"
RomanceHanya cerita biasa yang menceritakan tentang tiga pria yang diberi perintah untuk menikah muda oleh kakek kesayangan mereka. Mark : "Menikahlah dengan ku.. kau adalah orang yang paling mengerti diriku" Jaehyun : "Aku akan memberikan mu kesempata...