Eleventh

2K 186 15
                                    

"Aah arra arra, arrasseo." Yoongi manggut manggut, tanda ia telah mengerti.

"Nah, sekarang cukup sampai disini. Semua akan kita bahas lagi besok. Jaljaa~"

.

.

.

.

.

Taehyung duduk dikursi balkon apartemennya yang menghadap langsung ke hamparan kota seoul yang indah.

Ditemani sinar rembulan dan bintang serta semilir angin yang berhembus menerpa wajahnya, Taehyung mengingat kembali sepercik kenangan yang ia simpan rapi dalam hatinya.

Ia termenung memikirkan kisahnya yang ia tinggalkan, sebulir air menetes dari pelupuk matanya. Rasanya sangat sesak jika Taehyung mengingat masa lalunya yang tertunda karena jarak dan waktu yang tega memisahkan mereka.

'Kookie, aku sangat merindukanmu. Apa kau baik-baik saja? Apa kau juga merindukanku seperti halnya diriku? Aku ingin bertemu denganmu. Aku ingin melanjutkan kisah kita yang tertunda. Aku ingin. . .' Batin Taehyung.

Tangisnya semakin keras kala ia mengingat wajah seseorang yang dulu memenuhi relung hatinya. Ia tak bisa menahan rasa perih dihatinya.

Ia mengusap kasar air matanya kala ada seseorang yang menepuk pelan bahunya. Ia menoleh dan mendapati Jimin tengah tersenyum kearahnya.

"Apa yang kau lakukan disini? Kenapa wajahmu nampak murung Tae?"

"Aniya, aku hanya ingin menghirup udara segar malam ini"

"Jinjja? Jika kau memang mempunyai masalah ceritakan kepadaku, aku akan siap mendengarkan apapun yang kau ceritakan Tae" ucap Jimin sambil mengusap punggung Taehyung.

"Yaa meskipun kita sering berdebat dan bertengkar, tapi aku bisa menjaga semua rahasiamu dengan rapat" Sambungnya.

Taehyung menghela nafas pelan
Mungkin dengan bercerita ke Jimin, ia akan sedikit lebih tenang.

"Apa kau ingin bercerita?"

Taehyung mengangguk.

"Baiklah aku akan mendengarkan"

"Nchim, apa yang kau lakukan saat kau merindukan seseorang?" Tanya Taehyung.

"Aku akan langsung mendatangi rumahnya dan menghabiskan waktu bersamanya"

Taehyung mengangguk lagi. "Sayangnya aku tak seberuntung dirimu Nchim, aku tak bisa menemui seseorang itu karena kita terpisah oleh jarak dan waktu."

"Kau kan bisa menelfonnya Tae"

"Bahkan aku tak mempunyai nomor ponselnya" Ucap Taehyung lirih.

"Bagaimana jika besok kita mendatangi rumah kekasihmu?"

"Tak usah Nchim, bahkan aku tak tahu apa ia masih disana atau sudah pindah" Bulir air mata berjatuhan dari pelupuk matanya. Jimin tersentak kaget melihatnya.

"Tae. . . Neo gwaenchana?"

"Aku sudah lama meninggalkannya Nchim, aku tak tahu apa ia masih mengingatku ataukah ini semua hanya harapan semu"

"Andai saja dulu aku tak meninggalkannya, mungkin aku sekarang bahagia bersamanya. Mungkin aku sudah memiliki keluarga kecil dengannya. Ah aku jadi ingat janjiku padanya, dan sayangnya aku yang mengingkari janjiku sendiri. Mungkin sekarang ia sudah membenciku saat ini. Aku tak bisa membayangkan tatapan polosnya berubah menjadi tatapan benci kepadaku. Nchim aku. ." Suara Taehyung tercekat ditenggorokan. Ia tak bisa melanjutkan perkataannya. Air matanya sudah mengalir deras memenuhi wajahnya.

KyoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang