Parade band selesai pukul dua siang. Juara pertama diraih oleh kelas yang sudah diprediksi dari awal akan memenangkan lomba karena kebanyakan anak ekskul musik terkumpul di kelas tersebut, XI IPA 3.
"Balik yuk!" ajak Faiz, gitaris grup band kelas Ravi.
"Eh ke kantin dulu kek, laper nih. Itung-itung ngerayain kemenangan kita," sahut Dino si vokalis.
"Menang jomblo paling lama maksudnya?" sindir Faiz. Karena kelas mereka jelas-jelas tidak juara. Ravi hanya menyimak obrolan kedua temannya. Personel yang lain sudah pulang meninggalkan mereka bertiga yang memang berniat menonton sampai selesai.
"Jomblo ngejek jomblo!" sungut Dino. Lalu ia memerhatikan Ravi yang hanya diam. "Eh lagi mikirin apa sih? Nggak ngomong apa-apa dari tadi."
"Masih kepikiran salah mukul drum waktu tampil kali," tebak Faiz asal. Waktu manggung Ravi memang sempat salah main karena grogi saat ia tau Ratya sedang memotret dirinya. Mengingat itu Ravi tersenyum. Lalu ia membayangkan lagi awal perkenalannya dengan Ratya. Waktu itu saat pulang sekolah hari Selasa, jadwal ekstrakulikuler paskibraka.
"Rav, nggak ke lapangan? Cepetan, udah mau mulai ekskulnya," ajak Ratya.
Ravi masih berdiri di depan mading. Ada keragu-raguan di pancaran matanya.
"Aku nggak bawa topi, aku bolos ekskul aja deh," akhirnya Ravi mengutarakan maksudnya. Saat ekskul memang diharuskan memakai topi untuk berlindung dari terik matahari. Kalau ada yang tidak membawa, harus siap-siap dapat hukuman.
"Gara-gara nggak bawa topi aja mau bolos?" Ratya membelalakkan matanya tidak percaya. "Nih pakai punyaku aja. Aku punya dua," Ratya membuka ranselnya mencari topi sekolah. Setelah menemukan barang yang dimaksud, langsung ia sodorkan kepada Ravi.
Ravi menerima dengan senang. "Makasih. Mungkin bisa balikinnya baru lusa. Mau dicuci dulu, dibuat latian paskib bisa bau keringet."
"Iya deh, gampang," jawab Ratya. Kemudian mereka berdua mulai berjalan menuju lapangan.
"Eh, ngomong-ngomong nama kamu siapa?"
"Kamu nggak tau namaku? Padahal kita satu ekskul," Ratya terlihat tersinggung begitu mendapat pertanyaan dari Ravi. Pantas saja kalau Ratya marah, karena di awal pertemuan ekskul, semua anggota sudah berkenalan satu sama lain. Tapi Ravi belum tau namanya. Atau mungkin lupa?
"Siapa?" tanyanya ulang. Kali ini agak mendesak.
"Ratya."
Ravi mengangguk takzim. Menyimpan baik-baik nama itu di memorinya. "Sekali lagi makasih ya, Rati."
"R-A-T-Y-A. Bukan Rati." koreksi Ratya dengan jengkel. Tadi tidak tau namanya, sekarang salah sebut nama, nanti apa lagi?
"Itu panggilan khusus buat kamu, dari aku."
"Si tiang bendera malah ngelamun," kata Dino memberi julukan pada Ravi.
"Apaan ha? Dasar dinosaurus," balas Ravi pada Dino. "Kantin tutup Iz, kita makan di warung depan sekolah aja," sekarang matanya menatap Faiz.
"Oke, si gundul yang traktir," ucap Dino bermaksud menyindir Ravi yang rambutnya cepak. Lalu ia melangkah pergi tanpa menunggu komentar Ravi.
Ravi hanya bisa pasrah menerima permintaan Dino. Mumpung dompet lagi tebel. Pikir Ravi. Faiz bersorak gembira bisa dapat makan gratis.
〰〰
Ratya sampai di rumah sore saat mamanya sedang menyapu halaman. Setelah mengucap salam ia langsung mengambil tempat sampah untuk membuang daun-daun kering yang dibersihkan mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You [END]
Teen FictionEnam tahun setelah lulus SMA "Dari dulu masih suka berantem aja. Tapi keren, loh. Kalian langgeng banget," puji adik kelasnya itu. Arga hanya menanggapi dengan senyuman. Sedangkan Ratya, di bawah teriknya matahari lagi-lagi ia harus memaksakan tawa...