Dan akhirnya doa Ratya dikabulkan. Saat ia sedang berkumpul di kantin bersama anggota ekskul paskibra, Arga tiba-tiba mau membongkar dinding yang sempat ia bangun di antara dirinya dan Ratya. Namun, rengkahan dinding itu justru mengenai zona yang selama ini aman. Arga tanpa sadar telah menyelesaikan masalah untuk membuka perkara lainnya.
"Pinjam HP-mu, dong!" seru Ica.
Ratya menyerahkan ponselnya kepada Ica. "Tapi di HP-ku nggak ada game," terang Ratya.
"Nggak masalah. Aku mau numpang buka Instagram. HP-ku ketinggalan di kelas," jawab Ica.
"Nggak ada chat dari siapa gitu, Ca? Kali aja kamu bisa ngulik Ratya lagi deket sama siapa. Hehe," ujar Gita tiba-tiba ikut nimbrung.
"Kamu tuh semua dikepoin," sahut Ica lalu tertawa pelan.
Ratya tidak menanggapi, ia hanya melirik layar ponselnya. Ica benar-benar membuka Instagram, bukan mengeduk informasi seperti yang Gita sarankan.
"Beneran nggak lagi dekat sama siapa-siapa? Aku pernah lihat di HP Ravi ada banyak foto candid kamu, loh Ra. Kalian berdua cuma teman atau...," Sasa yang duduk di sebelah Gita mulai ikut terpancing juga.
"Nggak mungkin. Kamu salah lihat, Sa," elak Ratya.
"Serius. Beneran foto kamu," kata Sasa dengan yakin. "Jujur aja nih, kadang kita sering ngomongin kamu sama Ravi," lanjutnya lalu nyengir. "Meski kalian jarang ke mana-mana bareng, tapi kelihatan aja gitu kalau kalian kayak lagi suka-sukaan."
"Kita bukannya mau ikut campur, sih. Tapi kalau emang sama-sama naksir kenapa nggak diusahakan buat ngomong? Salah satu dari kalian harus ada yang berani memulai," ujar Gita seperti sudah paling berpengalaman di bidang percintaan.
Ratya tetap mempertahankan wajah datarnya meski sebenarnya ia sangat tersipu saat itu. Untung saja teman-teman yang lain tidak mendengar obrolan ini meski berada di meja kantin yang sama.
"Kamu suka sama Ratya, ya, Rav?"
Pertanyaan Sasa yang terlalu frontal membuat kepala Ratya tiba-tiba berdenyut. Gadis itu langsung menunduk, malu saja rasanya jika harus melihat Ravi yang baru datang dari mengantre bakso.
"Aku udah cerita ke Ratya tentang foto di HP kamu itu. Ratya nggak marah kok meski kamu foto dia diam-diam. Kalau mau ngungkapin perasaan sekarang aja Rav. Mumpung suasana lagi mendukung," kata Sasa makin ngawur.
Karena suara Sasa keras, seisi kantin langsung hening. Ratya tidak mengira kejadiannya akan begini. Ragu-ragu Ratya memperhatikan sekitar, hampir semua yang ada di kantin sekarang melihat ke arahnya. Sedangkan Ravi masih berdiri sambil membawa mangkuk yang berisi bakso lengkap dengan kepulan uapnya.
"Ratya bilang dia nggak lagi dekat sama siapa-siapa. Kamu nggak ada saingan, Rav. Tunggu apa lagi?"
"Sa, udah!" Ratya akhirnya bersuara. Dia tidak tahan dengan ucapan-ucapan Sasa. Kenapa jadinya seperti Ratya sedang memohon agar Ravi menyatakan cinta kepadanya?
"Aku nggak suka sama Ratya. Kamu jangan ngarang cerita yang bikin Ratya baper," sahut Ravi.
Sasa seketika tutup mulut. Sedangkan Ica lalu memelototi Sasa dan Gita bergantian. Kemudian Ica mengusap pundak Ratya agar tenang.
"Kamu jangan cerita halu ke temen-temen, Ra. Nanti takutnya malah jadi gosip yang makin kacau lebih dari ini," kata Ravi terlihat marah.
Diserang dengan kata-kata yang menyakitkan seperti itu tidak membuat Ratya langsung sakit hati. Pertama, karena ia sudah sering mendapat mental building saat diklat di ekskul paskibra. Kedua, entah kenapa pernyataan Ravi menurut Ratya belum seberapa tajam jika dibandingkan dengan kata-kata Arga yang kecewa karena menjadi saudara kembar Ratya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You [END]
Teen FictionEnam tahun setelah lulus SMA "Dari dulu masih suka berantem aja. Tapi keren, loh. Kalian langgeng banget," puji adik kelasnya itu. Arga hanya menanggapi dengan senyuman. Sedangkan Ratya, di bawah teriknya matahari lagi-lagi ia harus memaksakan tawa...