"Pas pernikahan Arga nanti kamu harus ambil cuti, Ra. Jangan mentang-mentang liburan sekolah udah selesai terus kamu alasan nggak bisa pulang."
Ratya yang sedang mencoba lipstik baru yang dibelinya sebelum pulang ke Jember kemarin hanya tersenyum geli saat Mama bilang begitu. Ia masih melihat pantulan wajahnya di cermin kecil, tidak menghiraukan Mama. Ratya suka warna lipstik barunya, matte mocca. Ia belum bosan memandang wajahnya sendiri.
"Tumben banget deh dandan gitu." Arga yang semula berkutat dengan komputer jinjingnya sampai menyahut.
"Barang dibeli ya buat dipakek lah!" Ratya menatap Arga keki. Lalu perhatiannya beralih kepada mamanya. "Aku nggak perlu minta cuti. Karena aku juga nggak akan kerja lagi," katanya.
"Maksud kamu gimana sih?" Mama bertanya sembari menekan remote televisi berulang-ulang, mencari tontonan selain sinetron.
"Aku mengundurkan diri setelah UAS kemarin. Jadi liburan tahun ini sekaligus aku berhenti kerja dari sana," jelas Ratya seketika membuat dua orang yang ada di ruang tengah itu kaget.
"Kok nggak cerita ke aku, Ra?"
"Kamu bikin Mama jantungan aja deh, Ra! Jangan bercanda."
Mama yang menatap dengan penuh selidik langsung Ratya beri rangkulan. "Mama harus seneng dong kalau aku nggak kerja lagi di Jakarta. Aku mau cari kerja di sini biar Mama nggak kesepian."
"Jadi beneran berhenti? Akhirnya kamu sadar juga kalau hidup di ibu kota itu keras," papar Mama yang langsung membuat Arga tertawa.
Ratya ingin menyangkal tuduhan mamanya, tapi dering telepon di ponselnya mengharuskan gadis itu segera mengangkat panggilan masuk tersebut. Arga melihat adiknya menarik napas sebelum berbicara kepada si penelepon. Ratya terlihat ... gugup?
"Iya aku lagi di rumah. Baru datang tadi siang."
Arga diam-diam mencuri dengar percakapan Ratya sembari pura-pura sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan Mama kembali larut dalam acara televisi, tapi telinganya juga tajam mencermati.
"Eh, gimana? Kak Riko sekarang ada di depan? Di depan rumahku? Iya, tunggu aku bukain pintunya."
Setelah itu Ratya memutus sambungan telepon. Saat ia akan beranjak ke depan, Arga dan Mama yang sedang menatapnya penuh arti menghentikan gerakannya. Mereka berdua membuat Ratya canggung karena jelas sekali sedang menggodanya meski hanya lewat kerlingan mata.
"Pantesan tadi pakek lipstik, Ma," ujar Arga sengaja membuat adiknya salah tingkah. "Soalnya mau disamperin si doi."
Ratya mendecak jengah. Memakai lipstik benar-benar tidak ada hubungannya dengan kedatangan Riko yang tiba-tiba itu.
"Nggak usah sok tau ya!" Ratya membalas ledekan Arga dengan dongkol. Lalu tangannya bergerak cepat ingin mengambil sehelai tisu di atas meja.
"Halah nggak usah sok mau ngehapus lipstiknya." Arga lebih gesit mengamankan kotak tisu incaran Ratya. "Udah sana ke depan kasian si babang tampan udah nunggu lama."
Ratya menggeram karena Arga tidak pernah berhenti bersikap jail. Karena tidak tahan dengan tingkah usil kakaknya, gadis itu akhirnya beranjak untuk membuka pintu depan diiringi dengan tawa puas Arga. Samar-samar Ratya mendengar Mama menyuruh Arga berhenti menggodanya saat pintu yang ia buka sempurna menampakkan Riko yang berdiri di teras rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You [END]
Teen FictionEnam tahun setelah lulus SMA "Dari dulu masih suka berantem aja. Tapi keren, loh. Kalian langgeng banget," puji adik kelasnya itu. Arga hanya menanggapi dengan senyuman. Sedangkan Ratya, di bawah teriknya matahari lagi-lagi ia harus memaksakan tawa...