...
Jangan bingung ya. Kalau semisal nggak ada flashback, part ini adalah lanjutan Part 35. Happy reading.Ratya menyurukkan kepalanya ke dada Arga supaya rona pipinya tertutupi. Mendapat reaksi yang tiba-tiba seperti itu, mulanya Arga sedikit tersentak karena merasa de javu dengan kejadian di UKS dulu. Tapi detik berikutnya ia terkekeh puas ketika saudara kembar kesayangannya itu berhasil ia buat salah tingkah. "Aku kangen banget sama kamu," bisiknya di telinga Ratya sembari melingkarkan lengannya di punggung sang adik.
Bibir Ratya terangkat membentuk senyuman. Kalimat andalan Arga itu secara impulsif membuatnya mengingat peristiwa pada pertengahan kelas dua SMA silam. Yaitu momen mendebarkan sekaligus melegakan. Mengharukan juga menyesakkan dalam satu waktu.
"Mau ikut ke studio? Sekarang anak-anak banyak yang lembur. Aku udah janji mau bawain makanan," kata Arga. Lalu ia mengurai pelukannya.
Ratya tampak berpikir sejenak dan tidak lama kemudian ia mengangguk. Buat apa liburan kalau hanya di rumah saja.
"Ya udah kamu ganti baju dulu sana," suruh Arga.
Ratya mengangkat alisnya, lalu menunduk untuk memperhatikan bagy pants yang ia kenakan. Kemudian matanya bergerak pada atasan lengan pendek yang ia rangkap dengan kardigan. Menurut Ratya, penampilannya sudah rapi dan pantas untuk dibawa jalan-jalan.
"Mau ke studio kamu aja, kan? Pakai baju kayak gini emang kenapa?" tanya Ratya sangsi.
Arga mencari-cari jawaban. Sedangkan Ratya tidak mau menunggu lama. Di saat Arga masih berusaha memberi alasan yang pas, Ratya memilih berjalan ke teras samping rumah. Di sana ia berpamitan pada Anila yang sedang menggendong putra pertamanya.
"Ga, nunggu apa lagi sih?" teriak Ratya sudah masuk ke dalam mobil.
Arga berlari menyusul.
"Nggak mau pakai lipstik dulu? Atau ... parfum? Sisiran dulu kek minimal," kata Arga setelah membuka pintu mobil. "Aku tungguin kok kalau mau dandan. Nggak usah buru-buru," tambahnya.
"Nggak! Udah aku begini aja," tegas Ratya. Ia heran kenapa Arga bersikap aneh.
Terdengar helaan napas dari Arga. Pemuda itu pun duduk di balik kemudi. Arga tidak membantah lagi karena ia percaya, meski tanpa polesan make up adiknya memang sudah cantik.
Di samping Arga yang fokus menyetir, perhatian Ratya sudah terserap pada keramaian kota. Tampak di etalase toko mainan dipajang terompet yang biasanya banyak dicari anak kecil untuk menyambut tahun baru. Mengingat pergantian tahun sudah tinggal beberapa hari lagi, Ratya tersenyum karena mamanya belakangan ini suka menyinggung soal resolusi di tahun depan. Sebenarnya Ratya paham arah pembicaraan Mama pasti tentang pasangan. Tapi Ratya selalu menghindari topik itu. Bukannya tidak mau mencari pendamping hidup, tapi ia belum bisa membuka hati untuk siapa pun setelah seseorang itu dulu pernah menyakiti perasaannya.
"Ra," panggil Arga.
"Kenapa?" Ratya membuyarkan lamunan dan beralih menatap Arga.
"Dari tadi kamu nggak buka WhatsApp?" tanya Arga yang tetap konsentrasi menyetir.
"Iya."
Arga menoleh dan mendecak. "Pantesan," keluhnya.
"Kenapa?" desak Ratya.
Lewat matanya Arga menunjuk ponsel miliknya yang ada di atas dasbor. "Mama spam aku terus. Kamu lihat sendiri. Pasti kamu bakal ngambek kalau aku tetep ngerahasiakan ini."
Ratya mengernyit bingung. Akhirnya ia mengambil ponsel kakaknya. Setelah dibuka, layar ponsel langsung menampilkan room chat Marin--Mama Rinda, mama kandung mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You [END]
Teen FictionEnam tahun setelah lulus SMA "Dari dulu masih suka berantem aja. Tapi keren, loh. Kalian langgeng banget," puji adik kelasnya itu. Arga hanya menanggapi dengan senyuman. Sedangkan Ratya, di bawah teriknya matahari lagi-lagi ia harus memaksakan tawa...