"Pelajar Bastian sebagai penjuru!"
"Siap, pelajar Bastian sebagai penjuru. Paskibra!"
Bastian berlari menghampiri Riko untuk berdiri kurang lebih empat langkah di depannya. Setelah itu Riko menyerukan aba-aba selanjutnya. "Bersaf, kumpul, mulai!"
"Paskibra!" Ratya dan teman-temannya menyahut lalu segera berlari untuk membentuk barisan sebanyak tiga saf. Anggota paskib yang ada di saf pertama berdiri di samping kiri penjuru dan berturut-turut meluruskan diri dengan lencang kanan.
Sedangkan yang ada di saf kedua dan ketiga tinggal mengikuti di belakangnya. Diana yang menempati posisi paling pojok belakang berteriak, "Lurus!" setelah keadaan barisan benar-benar bagus. Mendengar Diana memberi isyarat, anggota saf pertama menurunkan tangan dan kembali bersikap sempurna.
"Hadap kanan, gerak!"
Barisan pun berubah berbanjar menghadap ke lapangan.
"Langkah tegap maju, jalan!"
Suara derap kaki mereka membius semua peserta MOS. Anggota paskib perempuan terus tersenyum seiring langkah mereka makin ke tengah lapangan. Sementara anggota laki-lakinya tetap menampilkan ekspresi datar tapi berwibawa.
"Henti, gerak!" Riko melangkah maju ke depan, berdiri di tengah lapangan menghadap ke pasukan yang dipimpinnya. Kemudian menghadapkan barisan ke kiri untuk kembali bersaf.
"Hormat, gerak!"
Peserta MOS tepuk tangan melihat gerakan pasukan ini yang serempak. Tubuh mereka merinding merasakan semangat kakak-kakak kelasnya.
"Tegak, gerak!"
"Lima anggota yang memakai baju PDU adalah perwakilan sekolah yang tahun lalu menjadi Paskibraka Kabupaten," salah satu OSIS yang menjadi moderator membantu menjelaskan.
Perhatian peserta MOS langsung terpaku pada Riko dan empat siswi yang berada di saf kedua.
Satu menit pertama diisi dengan PBB dasar. Lalu setelah itu baru dilanjutkan PBB yang lebih rumit.
"Hadap kiri, gerak!"
"Tiga langkah ke depan, jalan!"
"Balik kanan, gerak!"
Ratya mengembuskan napas lalu tersenyum lebih manis. Dari tadi ia sudah menanti gerakan yang akan dilaksanakan sebentar lagi.
"Jalan di tempat, gerak!"
Semua anggota mulai mengangkat kaki rata-rata air secara bergantian. Setelah Riko melihat gerakan jalan di tempat tersebut mengalir tenang, ia melanjutkan aba-aba. "Langkah tegap maju, jalan!"
Kaki dientak sekuat tenaga. Baru dua langkah dijalani, aba-aba berikutnya terdengar lagi. "Hormat kanan, gerak!"
Bersama dengan kaki kiri menyentuh tanah, tangan kanan diangkat ke arah pelipis. Jadi hormat kanan ini dilakakukan sambil terus melangkah. Banjar kedua dan ketiga kepalanya sedikit dipalingkan ke kanan kepada yang diberi hormat sedangkan banjar pertama tetap menghadap depan untuk memelihara arah. Pada waktu penyampaian hormat kanan lengan kiri tidak melenggang melainkan tetap rapat pada badan.
"Tegak, gerak." Tangan kanan maupun kiri kembali melenggang dan pandangan otomatis ke depan.
Gerakan berikutnya adalah langkah perlahan, yaitu langkah yang biasanya dilaksanakan untuk mengantar jenazah. Lalu diteruskan dengan kembali melangkah biasa.
Setelah semua PBB ditampilkan, demo selama lima menit itu ditutup dengan menyanyikan yel-yel. Setelah bubar barisan dan melepaskan dahaga mereka menuju ruang ekskul untuk istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You [END]
Teen FictionEnam tahun setelah lulus SMA "Dari dulu masih suka berantem aja. Tapi keren, loh. Kalian langgeng banget," puji adik kelasnya itu. Arga hanya menanggapi dengan senyuman. Sedangkan Ratya, di bawah teriknya matahari lagi-lagi ia harus memaksakan tawa...