Part 29 (a)

583 61 1
                                    

Pintu ruang ekskul paskibra terbuka lebar. Kipas angin besar yang menggantung di tengah atap berputar dengan kecepatan sedang cukup membuat udara sekitar yang panas jadi sedikit sejuk. Tidak ada kegiatan yang berarti di ruangan 3x4 meter itu.

Anggota paskib perempuan duduk menyebar di berbagai titik, menunggu anggota laki-laki selesai salat Jumat dengan kesenangan masing-masing. Ada yang berkumpul di pojok kanan depan--menonton film, sibuk bermain ponsel, sampai ada yang tidur.

Ratya sendiri memilih duduk di sebelah almari yang berisi sejumlah piala hasil menang di berbagai lomba PBB sambil menyalin catatan biologi milik Afka.

"Hei! Ngapain sih? Masuk aja nggak apa-apa."

Ratya mendengar Fani mempersilakan seseorang yang sepertinya tidak berharap disapa. Buktinya terlihat tarik menarik lengan antar keduanya yang diakhiri menyerahnya Fani. "Ya ampun, ya udah deh terserah."

Fani masuk ruangan, langsung bergabung di bioskop mini itu. Makanan ringan yang dibelinya dari kantin diserbu dengan ganas, membuat si empu jajan itu setengah protes.

Tanpa mengindahkan Fani yang kebingungan menghadapi kelaparan teman-temannya, Ratya menanyakan sesuatu. "Tadi di luar ada siapa, Fan?"

"Temen kamu Ra, si Najwa." Fani menatap Ratya sebentar, lalu kembali fokus ke makanannya. "Ish, udah dong ini buat aku. Yah waferku habis."

Tidak mendengar rengekan Fani lagi, Ratya menutup asal buku tulis Afka dan punyanya sendiri. Ia bergegas keluar ruangan.

"Na? Kok belum pulang?"

Naja yang duduk di bangku panjang itu menoleh, matanya kian melebar saat menyadari Ratyalah yang menegurnya. "Mau hias kelas bareng buat persiapan lomba kebersihan."

Ratya mengangguk pelan, lalu mulai beranjak untuk mengambil posisi duduk di samping teman yang sudah lama tidak ditemuinya sejak hari Senin lalu itu. Jika kejadian di taman saat Naja memakan roti bisa disebut pertemuan, itulah pertemuan terakhir mereka.

"Terus kamu ngapain disini?"

Naja membuka dan menutup mulutnya dengan canggung. Kata-kata yang ia rangkai rasanya sulit dikeluarkan. Apalagi sikap santai Ratya membuat Naja semakin merasa tidak nyaman. "Keliling sekolah aja sih, sambil nunggu temen kelas lengkap. Terus capek jadi istirahat dulu." Akhirnya jawaban sembarangan ia lontarkan.

Ratya sebenarnya merasa kurang puas dengan pengakuan Naja. Tapi ia tidak memperpanjang urusan, lebih baik beralih ke hal yang lain. Sedikit merepotkan teman, misalnya. "Na, tolong diktein dong. Tinggal perbedaan sel prokariot sama eukariot."

Naja menerima buku tulis Afka dengan sukarela. Ia mulai mencari kata kunci yang Ratya tuturkan. Saat menemukannya, Naja segera menyuarakan isi catatan itu. "Ribosom sel prokariotik berukuran kecil."

Alih-alih menulis apa yang ia dengar, Ratya justru sibuk meneliti raut wajah Naja yang sedikit aneh. Ada kekakuan yang terpancar di matanya. Sikapnya pun agak berbeda. Biasanya Naja akan mengomel jika diminta untuk mendikte sebuah bacaan karena menurutnya itu sangat membosankan. "Na, kamu kenapa sih?"

"Sebenernya aku mau tanya, kamu sempat atau masih marah sama aku nggak? Gara-gara anu, itu loh bekal."

"Ha?" Ratya kaget sampai pulpennya jatuh. Tidak segera mengambil pulpen, Ratya menatap Naja yang masih bersedih, langsung paham kemana arah pembicaraan mereka. "Itu udah lewat berapa hari sih, Na? Hampir seminggu kali, nggak usah dibahas lagi. Aku keselnya sama Arga doang, ih. Lagian kalau aku marah, kita nggak akan duduk sebelahan gini."

"Iya juga ya." Naja mengembuskan napas lalu tertawa kecil menyadari tingkah konyolnya. "Kita kalau marahan kan nggak pernah lama."

"Emang kemarin kita marahan? Enggak, ya."

I Choose You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang