Part 39

758 70 0
                                    

"Kamu istirahat aja hari ini. Biar aku dulu yang bicara sama Najwa berdua. Besok kamu bisa ketemu dia kalau kamu udah mendingan."

Masih dengan duduk lemas di sofa ruang tengah, Ratya mengangguk tanpa berniat untuk membantah usul Arga.

"Ya udah aku mau pamit dulu sama Mama." Arga menuju dapur di mana Rinda sedang menghangatkan soto agar dimakan Ratya.

Ratya menatap punggung Arga yang menjauh, sekalian meneliti tiap sudut rumah yang jarang ia kunjungi semenjak lulus kuliah. Ratya biasanya pulang tiga bulan sekali. Itu pun hanya menginap satu sampai dua hari. Ia hanya tinggal lebih lama di saat sekolah sedang libur semester saja.

Gadis itu memutuskan memilih tinggal bersama tantenya yang berada di Jakarta dengan alasan ingin merasakan kerja di ibu kota setelah wisuda. Tentu hal itu mulanya tidak disetujui oleh mamanya. Tapi Ratya bersikeras, untuk pertama kalinya ia benar-benar menentang nasihat Mama dengan gigih. Akhirnya Mama mengalah dan membiarkan Ratya berangkat ke Jakarta walau sejujurnya masih berat hati.

Meski akhirnya Ratya mendapat pekerjaan sebagai guru matematika di sebuah SMA, hal itu rupanya belum bisa membuat hatinya puas. Karena pada dasarnya Ratya ke Jakarta tidak benar-benar untuk mencari kerja. Ia ingin jauh dari Malang agar kenangan masa remajanya bersama Ravi di Kota Apel itu bisa memudar. Atau setidaknya ia tidak perlu berdebar lagi saat mengingat kebersamaannya dengan Ravi karena sudah menjauhi tempat yang penuh kenangan itu.

Bulan-bulan pertama mengajar bisa Ratya lalui dengan baik. Murid-murid menerimanya dengan hangat. Mereka menghormati Ratya selayaknya mereka menghargai para guru yang lebih senior darinya. Anak didiknya juga menurut pada nasihat yang ia berikan. Meski ada satu-dua siswa yang bandel, Ratya tidak menjadikan itu masalah. Wajar bila ada murid yang sedikit menguras emosi. Intinya Ratya mulai menikmati profesinya.

Memasuki bulan keenam ia berstatus menjadi guru, Ratya berencana mengajak tante dan sepupunya makan malam di sebuah restoran. Ratya ingin sekali-kali mentraktir dua orang yang sudah berbaik hati membiarkan dirinya menumpang hidup di rumah mereka.

"Kak, sering-sering deh ngajak kita ke restoran kayak gini." Saat itu Lena, sepupu Ratya berseru senang saat mereka tiba di restoran.

Tante Rasti mencubit lengan putrinya. "Kamu jangan ketagihan, Len! Biar uang kakak kamu ini ditabung. Jangan dihabiskan untuk beli makanan terus."

"Nggak apa-apa, Tante. Mumpung Lena kuliahnya lagi libur. Jadi kita bisa jalan-jalan," kata Ratya lalu tersenyum. "Len, kamu masuk dulu sama Tante, ya. Kamu cari meja nanti aku nyusul. Mau jawab telepon dulu." Ratya mengacungkan ponselnya yang tiba-tiba berbunyi.

Lena mengangguk dan sejurus kemudian mengajak mamanya memasuki restoran. Ratya tetap berdiri di samping mobil tantenya sembari bercakap-cakap dengan Bu Nuri, guru matematika khusus kelas tiga di SMA tempatnya bekerja. Bu Nuri meminta Ratya untuk menggantikan dirinya mengajar di kelas XII IPA 3 pada jam pertama besok karena ia harus menjaga anaknya yang akan operasi ceasar.

"Iya, Bu. Jam pertama saya kosong. Saya baru ada jadwal di X IPA 1 di jam ketiga."

"Terima kasih Bu Fara," ucap Bu Nuri kentara senang.

Ratya yang memang dipanggil Fara oleh guru dan siswa itu tersenyum meski tahu Bu Nuri tidak bisa melihat lengkungan bibirnya untuk saat ini.

"Saya nggak tega membiarkan anak saya menjalani operasi sendiri. Suaminya masih bertugas di Aceh," cerita Bu Nuri tanpa Ratya minta.

Ratya mengingat menantu Bu Nuri memang seorang tentara angkatan laut. "Iya, Bu. Saya doakan semoga operasinya lancar. Ibu dan bayinya semoga sehat semua."

I Choose You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang