Seorang gadis mengembangkan rok bunga-bunga yang dipakainya lalu berputar ke kiri dan ke kanan dengan senyum centil. "Aku pakai ini cantik tidak?"
Lawan bicara yang ada di depannya mengerutkan dahi sembari meletakkan jari jempol dan telunjuknya di bawah dagu sebelum menjawab, "Emm ... lumayan."
Gadis tadi melengos dengan keras. "Biasanya kalau laki-laki bilang lumayan itu arti sebenarnya adalah jelek."
"Iya, memang benar."
"Kamu jahat, Mas!" Gadis itu menekan dadanya seakan merasa kesakitan.
Lalu,
"WUUUUUU...."
Sorakan itu membuat Ratya mengedarkan pandangannya ke lapangan upacara. Di sana sedang berlangsung demo ekskul teater.
Drama komedi yang ditampilkan membuat peserta MOS antusias dan merasa terhibur karena dapat melepaskan penat sejenak dari rentetan kalimat seru yang terkadang juga agak nyelekit dari anak OSIS. Bisa lebih nyaman lagi apabila cuaca mendukung. Namun alam berkata lain, para murid baru itu harus mau merelakan panas terik menyapa kulit mereka.
Tidak sedikit peserta MOS yang bolak-balik mengelap keringatnya lalu bisik-bisik dengan teman di kanan-kiri mereka. Panas, capek, laper, mungkin demikian tiga hal yang paling umum mereka keluhkan.
Bibir Ratya tertarik ke atas. Ia melipat tangannya di depan dada dengan gaya yang dibuat-buat. "Rasain, dulu aku juga gitu. Sekarang gantian kalian," katanya sambil mengangkat sedikit dagunya.
Tiba-tiba ia mendengar derap sepatu mendekat. Ratya menoleh ke kanan dimana pemilik sepatu itu menghentikan langkah dan langsung membuang muka ke sembarang arah setelah tahu itu adalah Riko yang lengkap dengan pakaian putih-putih atau sering disebut PDU (Pakaian Dinas Upacara). Dulu Riko juga menjadi Paskibraka Kabupaten, makanya dia mempunyai setelan baju kebanggaan tersebut. Hari ini, Riko akan memimpin demo ekskul Paskala.
"Jatuh."
Ratya melirik Riko, gadis itu berusaha menerjemahkan maksud kakak kelas galaknya. Apa dia disuruh push-up? Tapi bahasa lain push-up biasanya adalah 'turun'. Lagian, ia tidak melakukan sesuatu yang salah. Jadi apanya yang jatuh? Hatinya? Ihhhh.... Ratya langsung bergidik saat menyadari pikirannya melenceng kemana-mana.
Riko menggeram. "Topi kamu jatuh, Ra."
Ratya menunduk dan melihat topi yang berwarna merah seperti baju PDL yang ia kenakan memang sudah tergeletak di ujung sepatunya. Ratya langsung membungkuk untuk mengambil pelindung kepalanya itu sembari melirik sekilas ke arah sepatu pantofel Riko yang mengkilap. Uh, lalat pasti langsung kepleset kalau berani nempel disitu.
Setelahnya, Ratya meringis malu karena ketahuan teledor menjaga topinya. Lalu ia pergi dan tidak lupa mengucapkan terima kasih. Rasa takutnya kepada Riko sedikit berkurang. Kan sekarang sudah menjadi senior. Pasal satu menjelaskan, bahwa senior tidak pernah salah. Sedangkan pasal dua, jika senior bersalah maka kembali ke pasal satu. Begitu kata Ratya.
Hatinya ingin ikut berkumpul bersama teman-teman ekskulnya yang sedang menunggu giliran demo di bawah pohon mangga, tapi langkah kaki membawanya berjalan lurus ke arah lain. Keberadaan Afka dan Naja lebih menarik perhatian Ratya.
Sambil mengelap sisi topi yang berdebu karena sempat jatuh tadi, tanpa terasa jarak Ratya semakin dekat dengan kedua teman dekatnya. Gadis itu bisa melihat jelas gerak-gerik Naja yang sedang kebakaran jenggot.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You [END]
Teen FictionEnam tahun setelah lulus SMA "Dari dulu masih suka berantem aja. Tapi keren, loh. Kalian langgeng banget," puji adik kelasnya itu. Arga hanya menanggapi dengan senyuman. Sedangkan Ratya, di bawah teriknya matahari lagi-lagi ia harus memaksakan tawa...