|Part 2: Marked

70.7K 5.1K 1.1K
                                    

a.n: Silakan baca ulang Part 1; bcs aku update-nya lama. Maaf banget, anyway jangan terlalu nungguin cerita ini. Aku takut nggak bisa kasih UP dengan jadwal yang sesuai. Intinya enjoy.

Happy Reading. Jangan lupa vote dan ramaikan komentar <3

🦋🦋🦋

4 AM |

"Strike!"

Seru penuh kemenangan terlontar, bersamaan dengan jatuhnya semua pin bowling dalam satu bidikan milik Argaiska Domani.

Pemuda yang tengah shirtless, menunjukkan pahatan otot lengan dan perutnya yang sempurna itu menatap sahabat-sahabatnya. Melempar seringai angkuh, serta tatap meremehkan dalam seperkian sekon yang kini menjadi dominasinya.

"Gue menang," suara beratnya memenuhi ruangan.

Hal itu langsung membuat keempat manusia lain di sana mendengus, sesaat membiarkan Gaska mengantongi lembaran uang taruhan mereka.

"Bosen juga setiap harinya pegang duit." dengus cowok dengan kalung rantai tipis yang tanpa sadar membuat sahabat-sahabatnya menahan nafas.

"Ini orang sombong amat, gue sumpahin dicipok sama Okin!" serapah Rico.

"Okin siapa, sih?" tanya Dirga yang main billiards bareng Aldan, merespon dengan dahi berkerut.

"Anak kelas sebelah, temennya si Ragil."

"Ohh ... yang body-nya aduhai itu ya?" Cello sampai menaikkan sebelah alisnya karena ucapan Dirga barusan.

"Hooh. Cem-cemannya si Aldan waktu kelas sepuluh," jawab Rico tanpa moral.

Merasa namanya dibawa-bawa, si Aldan langsung menoleh. "HEH! APA-APAAN JADI GUE? MULUT LO DIJAGA YA, RIC!"

Lantas seperti yang bisa dibayangkan--Aldan meninggalkan permainan, keduanya berkelahi, sementara Dirga ketawa sambil tepuk tangan menyaksikan Rico dan Aldan jambak-jambakan. Laki banget emang berantemnya.

Kalau tanya soal Cello, doi alhamdulillah masih nafas. Soalnya nggak ada kegiatan lain.

Gaska menatap sahabat-sahabatnya dengan tatap menggunjing. "Dasar freak!"

Omong-omong saat ini mereka berada di private bowling alley mansion milik Ayah Gaska. Seperti biasa, menghabiskan waktu dengan olahraga malam sampai lupa waktu pulang.

Iya, lah! Orang mereka serasa liburan kalau udah datang ke mansion Gaska. Soalnya Aldan, Cello, Dirga, serta Rico dikasih akses kamar layaknya tamu VVIP walau tempat itu tidak disewakan. Enaknya temenan sama anak holkay ya gini, ikut kecipratan hoki.

"Lo pada kapan balik?" lontar Gaska to the point.

Rico yang lagi dijambak Aldan melempar senyum miring. "Dih! Kok ngusir, dipikir ini tempat punya bapak lo?"

"Kan emang, Cuk!" bisik Aldan sambil menggeplak kepala Rico.

"Hmm ... susah juga kalau mau becandain orang kaya."

"Susah juga becandaan sama orang miskin," bisik Gaska memandang Rico dan Aldan yang lanjut jambak-jambakan.

Dirga terkekeh kecil, berbicara tentang perseteruan Gaska, Aldan, serta Rico memang tak akan ada habisnya. Seolah semua hal kecil akan menjadi keributan yang lucu. Okay! Kalian bisa anggap orang-orang ini sebagai kumpulan random setengah aneh.

NAVILLERA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang