| Part 31: Speeds 210 mph

34.7K 2.4K 5.1K
                                    

a/n: Gaska & Sea in your areaaa!! Mau tanya, dong!! Kalian udah liburan sekolah belum?

• Absen dulu pakai emoji 🦋 >>>

Jangan lupa ramaikan VOTE & KOMENTAR. Tolong tandai typo & happy reading 🧸🤎

 Tolong tandai typo & happy reading 🧸🤎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

"SEA!"

Gaska menaikkan suaranya, tetapi itu tak cukup untuk membuat langkah milik Sea terhenti.

"SEA!" Diraihnya lengan Sea dengan satu gerangan ringan. Kali ini, sukses membuat gadis itu berbalik dan menatap Gaska dengan tatapan sinis.

"I'm sorry, okay?" Nafas Gaska tak terdengar tak beraturan, suaranya bergetar, seakan ketakutan kala Sea semakin menatapnya marah.

"Gue nggak maksud buat ngomong kasar kayak tadi. Gue minta maaf."

Gadis Paradhipta itu belum membuka suara. Hanya menatap Gaska, seakan ia bisa menembus kepala cowok itu. Melihat bagaimana ego dan ledakan temperamentalnya masih bersemayam di dalam sana.

"Gue sama sekali nggak tahu kalau di kamar ada CCTV, Gaska."

Gaska mengangguk samar. "Iya, Sea. Iya, gue minta maaf."

"Bukannya lo janji bakal selalu percaya sama apapun yang gue bilang?!"

Gadis itu menaikkan suara yang membuat Gaska merasa tersinggung. Nyatanya, ini masih tentang Sea dan keegoisannya.

"Lo sadar udah berapa kali manipulasi dan bohong ke gue? BERKALI-KALI, SEA!"

Juga, Gaska dan temperamental akutnya.

"Sebelumnya gue bisa tutup mata, tapi kalau urusannya udah berhubungan sama bokap gue, rasanya wajar kalau gue jadi skeptis sama kelakuan dan omongan lo. Nggak salah, kan?"

"Dan gue cuma takut sama ayah gue. Dia nggak boleh tahu soal rekaman itu. Andai aja lo nggak punya nyokap sebrengsek Daniella, mungkin kita nggak perlu sampai kayak gini!"

Sore itu, kala langit masih mendung, selepas hujan. Argaiska Domani akhirnya berani meledakkan suara.

Hal itu langsung membuat Sea terkesiap. Sesaat, ia memejamkan kedua matanya bersama ketakutan dan keterkejutan, begitu Gaska melepaskan genggaman erat pada lengannya.

Kini, tersisa keheningan dan udara lembab di pukul setengah lima sore.

Kebisuan menyergap detik demi detik. Keduanya masih diam, sampai Sea kembali bersuara dalam satu helaan nafas.

NAVILLERA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang