NAVILLERA [SELESAI]

| Part 19: Lighter & Candy Birthday

a/n: Geez! Aku kembali setelah 1.000 purnama. Semoga buat yang nungguin masih mood baca 🤠💗

Oh! Random question: Kalau ada dialog Bahasa Inggris lebih suka dikasih translate atau nggak?

Kalau lupa alur bisa baca ulang part sebelumnya. Tolong, tandai TYPO & happy reading <3

Now playing:

🦋🦋🦋

"Make a wish!"

Sea menatap kosong pemantik api yang menyala di hadapannya. Di sudut koridor sekolah paling sepi, kini tatapnya bertemu dengan pendar dari pemilik netra gelap tanpa sorot hangat.

Dingin.

Entah bagaimana, Darian Cello Rishandi kini terasa begitu asing.

"Gue harap mereka masuk neraka." Sea mengatakan permintaan dalam satu helaan nafas. Mengabaikan bagaimana perubahan ekspresi wajah Cello setelahnya.

"Mereka siapa?"

"Gaska & Noah," jawab Sea lantas meniup pemantik api di tangan Cello dengan cepat dan bertepuk tangan. "Yeay!"

Tak berkomentar, cowok dengan seragam tanpa badge itu justru kembali menyalakan pemantik api dengan ukiran naga di tangannya. "Gue harap lo ikut masuk ke neraka."

Sea mendesis tajam kala melihat Cello membuat permintaan, lalu meniup pemantik apinya sendiri. Ah! Seharusnya ia memasukkan nama cowok itu ke daftar musuhnya. Seperti Gaska dan Noah, sikap Cello semakin hari membuatnya kesal saja.

"Ada masalah apa lagi sekarang?"

"Helm."

Astaga! Sea reflek memutar kedua bola matanya. "Gue bakal ganti 3 kali lipat. Tarik doa lo yang tadi!"

Well, seburuk-buruknya hubungan mereka saat ini, Sea tetap ingin mendengar Cello mendoakan hal baik kepadanya. Walau tidak tulus, setidaknya khusus hari ini jangan terlalu kejam.

"Gue bayar helm lo lima kali lipat kalau lo kasih doa baik ke gue," kata Sea saat mendapati lawan bicaranya hanya diam.

"Gue nggak bisa kasih doa baik ke orang yang baru aja berharap sahabat gue masuk neraka."

Sea tertawa getir, tahu betul jika yang Cello maksud adalah Gaska. "Tapi gue juga sahabat lo," gerutunya pelan sekali.

Cello kembali diam. Sialnya, itu semakin membuat Sea kesal dan sakit hati. Gadis itu memiringkan sedikit kepalanya, kembali berucap dengan tatapan yang kini berubah sendu saat menatap figur yang kini menjulang tinggi di hadapannya.