| Part 44: His Annabelle

21.1K 1.5K 785
                                    

a/n: Happy new year, everyone!! Today is the sixth blank page of a 365-page book. Let's write a better one 💗

Part ini akan cukup panjang. Jadi, ambil posisi ternyaman kalian sebelum mulai membaca!

🦋🦋🦋

"Wah, Gaska? Kamu di sini ternyata, nak?"

Gaska terkejut bukan main ketika melihat kemunculan Agnia, begitu ia keluar dari kamar Cello.

"Cello juga di kamar?" tanya Agnia sambil menoleh ke arah pintu kamar putranya yang telah tertutup rapat.

"Cello ... d-dia masih ada extracurricular basket, tante."

"Ooh ... tente justru nggak tahu kalau Cello ikut extra basket di sekolahnya."

"Kamu udah makan, Gaska? Makan bareng tante sama Cassie, ya?"

Gaska buru-buru menggeleng. "Nggak usah tante―"

"Kok nggak usah? Biasanya kamu sama temen-temen kamu yang lain kan suka makan bareng di sini," sela Agnia seraya berjalan ke ruang tengah dan menaruh dua kantung makanan di atas maja. Wajah wanita itu terlihat kelelahan, pakaiannya bearoma daging yang bercampur dengan asap kendaraan.

Pekerjaan orang dewasa selalu terlihat sangat merepotkan dan berat, ya?

"Udah ayo! Tante ambilin nasi, kamu pasti pulang sekolah belum makan. Sambil nunggu Cello pulang, kan?" bujuk Agnia sekali lagi.

"Saya ke sini mau ambil buku kok tante, udah ada di tas. Saya langsung pulang aja, takut dicariin ayah kalau pulang telat," ucap Gaska memberi alibinya dengan sangat lancar.

Detik selanjutnya Agnia menghela nafasnya pelan. Terutama kala Gaska sudah mendekat dan meraih tangannya untuk bersalaman.

"Ya sudah. Hati-hati di jalan, ya, nak? Kapan-kapan main ke sini lagi. Ajak yang lain juga biar Cello ada temannya."

Wanita berparas ayu itu kemudian tersenyum kepada Gaska. "Kamu tahu sendiri, kan? Cello itu pendiam sekali, kalau nggak ada yang ngajak ngobrol atau main yaa kerjaannya cuma di kamar sendiri."

Gaska menganggukkan kepalanya, hingga tertunduk dalam tanpa sadar. "Iya, tante."

Suaranya terdengar begitu berat. Terutama saat Agnia kembali bersuara, sambil mengusap pundak kanannya.

"Anak sekolah sekarang kalau bawa tas kayak mau pindah rumah, ya?" gurau Agnia melihat tas sekolah Gaska yang terlihat begitu berat.

"Herannya, tas Cello itu nggak pernah sepenuh kamu gini."

Wanita itu tertawa, sementara wajah Gaska mulai berubah pucat.

"Pasti bawaan bukunya banyak, ya, nak?"

"Ternyata bener kata Cassie, kamu emang rajin dan pinter. Terima kasih ya sudah sering bantu kerjain tugas sekolah Cassie," lanjut Agnia.

Tak sanggup mendengar lebih banyak pujian,

Gaska pun memilih pamit. "Iya, tante. Saya pulang dulu." Keluar melewati pintu rumah Cello dengan ransel sekolah di punggung, yang terasa begitu penuh.

NAVILLERA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang