Muka dua *my fiction 3

54 23 6
                                    

"Ilya, boleh traktir gak?"

"Ilyaa.. Aku gak bawa uang! Pinjam yah?"

"Ilya, boleh pinjam uang gak? Dompetku kritis nih.."

Ilya menatap semua teman sekelasnya yang meminta uang padanya. "Maaf teman-teman. Aku ada pekerjaan. Permisi!" Ilya keluar dari kelas, dia bisa mendengar keluhan teman sekelasnya.

"Yahh.. Padahal dompetku kritis nih.."

"Besok aja deh. Mungkin dia mau pinjamin."

"Huft! Gimana nasib perutku nantinya?"

Ya, Ilya adalah orang terkaya dikelasnya. Setiap hari pasti ada yang sengaja meminta uang padanya, agar bisa jajan seenak hati.

Ilya benci itu, dia ingin punya teman yang tulus padanya. Tak menginginkan kekayaannya, siap mendengar curhatannya, memberinya kritikan, bercanda gurau, selalu bersama.

Tapi, sampai sekarang tak ada orang yang seperti itu.

Tak ada.

Satu pun.

"Maaf, aku terlambat." Ilya membuka pintu dan mengedarkan pandangannya keseluruh orang yang ada disana. "Ilya, kamu selalu terlambat!" keluh Xie. Ilya menatapnya datar lalu duduk di sebelah Abi, "Baiklah, hari ini kita akan membahas tentang jadwal patrol kita disini. Dikarenakan banyak siswa yang berkeliaran diluar kelas dan berisik. Jadwal per-hari nya ada 3 sampai lima orang, siapa yang ingin menjadi ketua kelompok?"

Seketika Ruang OSIS menghening, Ck, apa mereka tidak bisa cepat? Pikir Ilya. Ketua OSIS pun menatap satu per satu anggotanya, "Atau mau kupilihkan?" semua diam. "Kuanggap itu ya." KetOs pun menimang-nimang, "Ilya. Kamu yang kelompok pertama." seketika tubuh Ilya menegang, "Huh?" KetOs tak menghiraukan Ilya, dia tetap melanjutkan. "Anggotanya, Via, Abi, Hara, dan Hiro. Kalian mengawas hari Senin jam Upacara sampai selesai. Juga saat masuk jam pertama setelah upacara, dan jam kosong kelas." Ketua OSIS kembali membacakan ketua kelompok lain dan anggotanya. "Mulai dari sekarang! Tidak ada istilah besok." tekannya. Semua mengangguk pasrah, sekeluarnya dari Ruang OSIS, semua yang tidak hari itu mengawas masuk kembali kekelasnya masing-masing.

"Kak Ilya!" Ilya berbalik, menemukan junior-nya yang kelas 8 ngos-ngosan habis lari. "Kak! Dipanggil.. Sama Kak Namira!" ucapnya ngos-ngosan. Ilya memiringkan kepalnya bingung, "Huh? Namira?" tanyanya.

Junior-nya mengangguk, "Kak Namira bilang kalau kakak berbuat kesalahan. Dia memanggil kakak di kelas 9-D." jelasnya. Ilya mengangguk, lalu berlari ke 9-D, melewati 3 kelas yang dalam keadaan kosong.

"Namira?" yang dipanggil mendongak, ada beberapa orang yang menatap Ilya merendahkan. "Lo yang namanya Ilya?" tanya lelaki didekat Namira, Ilya mengangguk, melihat Namira yang penuh luka sayatan dilengan dan kakinya. "Lo harus tanggung jawab! Dia luka karna lo! Ayo tanggung jawab!" bentaknya, Ilya tak mengerti, "Alah.. Malah pasang muka polos. Lo itu udah nyakitin pacar gua! Apa salahnya? Kenapa malah lo buat dia luka! Jawab!" bentaknya lagi. "Bayar tanggungannya! Lo orang kaya kan? Bayar aja!" yang satu kagi menyahut.

Hmph. Dasar, akting kalian boleh juga.. Aku ikutan gak papa kan? Pikir Ilya.

"Oh ya? Emang kenapa? Dia pacarmu kan? Kau saja yang mengobatinya! Beres kan? Ngapain minta uang ke aku!" bentak Ilya. Ilya melihat Namira menegang, bibirnya menyeringai, lalu kembali datar menahan sakit, menjalankan aktingnya lagi.

Boleh juga aktingmu, Namira. Tapi aku tak sepolos itu.. Lihat saja nanti...

Ilya tersenyum sinis. Namira kaget, tapi dia kembali pada jalannya. "Lo itu gak punya otak! Nami punya luka yang parah! Lo apain dia, HAH?!" tangannya siap memukul, tapi tetap ditahan karna harga diri laki-laki akan jatuh jika memukul perempuan. "Mau memukulku, SILAKAN.." Ilya melebarkan tangannya, tersenyum sinis, orang itu terpancing.

Heh, bodoh.

Dengan santai Ilya menghindar. Orang itu terkejut, tapi tetap menyerang.

Atas, bawah, tendangan perut, samping kiri kanan, memukul selangka, hingga Ilya melayang diudara dan mendarat ditanah dengan mulus.

Semua menganga. Tak menyangka Ilya bisa melakukan itu.

"Nah, sudah selesai aktingnya?" sinis Ilya.

Semua terbelalak kaget. Ternyata dia sadar.. Pikir mereka.

"Kalian mau uang kan? Nih! Dua ribu." Ilya menyodorkan uang dua ribu rupiah kearah orang tadi. Semua diam. Ilya tak sabar, langsung mengambil tangannya dan meletakkan uang itu diatas telapak tangannya.

"Kalian memang rakus ya," ujar Ilya melangkah pergi. "Kalian butuh akting ekstra deh, kalau mau menipuku. Dasar orang tamak."

Ilya meringis dalam hati. Orang-orang bahkan ingin sekali kekayaannya.

Miris.

Sampai kapan dia akan seperti ini?

***END***

*Krik krik* Uhm. Hai? Haha aku terlalu kaku ya? :p kecewa cuma sampai sini aja? Aku udah kehabisan ide. Kalian pikirin aja tuh nasibnya Ilya. Aku sudah terlalu lelah mengetik. Aku mungkin buatnya gak nyambung karna beda ide untuk buat satu cerita, dua ide itu kujadikan satu ya jadi ginilah.

Yang pertama tentang OSIS, itu cuma sampingan doang sih. Biar Ilya ada pelarian dari temen-temennya.

Yang kedua tentang Namira yang pura-pura diajar baru nuduh Ilya. Kadang ideku emang amburadul, haha :v,

Thank you, Vanne💕

Little Short Story : Only My FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang