Bagi Poppy, melihat gempa bumi dan gunung meletus bukanlah masalah yang besar.
Karna ada yang jauh lebih berbahaya daripada itu semua.
Seperti sekarang ini, Poppy sedang menghindari monster yang sedang mengamuk karena ulahnya yang tak disengajai.
"POPPY, KENAPA KAU RUSAKKAN PROYEKKU?!"
Suara menggelegar itu terdengar hingga seluruh rumah. Poppy berusaha untuk menghindari kakaknya dengan bersembunyi.
Poppy waktu itu tak sengaja melihat proyek yang dibuat oleh kakaknya, rumah minimalis. Kakaknya adalah salah satu mahasiswi yang mengambil Jurusan Arsitektur. Proyek rumah minimalis itu adalah tugas terakhir di semester ini.
Hari untuk presentasi tinggal 3 hari lagi. Waktunya tidak cukup untuk membuat ulang proyek itu. Mengingat membuatnya membutuhkan waktu sekitar 7 hari 2 malam.
"Duh, gimana ya ini. Kakak pasti marah sekali. Padahal aku tidak sengaja merusaknya.." gumam Poppy mencari tempat persembunyian.
"POPPY, DIMANA KAU!"
Poppy semakin takut ketika mendengar suara kakaknya yang sangat marah.
"POPPY! MUNCUL SEKARANG JUGA! ATAU KAU TAK AKAN KUAMPUNI!!"
Dengan tubuh yang bergetar hebat, Poppy akhirnya menurut. Ia tau kalau kakaknya itu tak main-main dengan ucapannya.
"Ma-maaf, Kak.. a-a-aku...." ucap Poppy terputus-putus.
"Poppy," panggil kakaknya dengan tatapan setajam elang. Poppy tak berani menatap kakaknya sekarang, tubuhnya masih bergetar hebat dengan bibir yang terbuka saking gemetarnya ia.
"Poppy, lihat aku."
Suara kakaknya melembut, tetapi tetap tak menghilangkan nada tegas dan tajam.
Dengan perlahan, Poppy menatap kakaknya dengan kekuatan yang masih ia punya.
Sepasang mata Emerald itu menatap Poppy masih dengan tatapan tajamnya. Poppy menelan ludahnya susah payah, ketika melihat kakaknya itu menyipitkan matanya, membuat mata Emerald itu lebih tajam menatapnya.
"Apa, yang kau bilang tadi?" tanyanya dengan penekanan yang sangat tajam.
Poppy berusaha tidak terbata-bata sekarang, "Maaf, Kak. Aku ... tidak sengaja.."
Ia menundukkan kepalanya lagi. Membuat kakaknya semakin marah, "TATAP AKU, POPPY."
Kepala Poppy dinaikkan keatas secara paksa oleh kakaknya. Tangan dan kakinya mendingin karna takut, ia pun memberanikan diri lagi untuk melihat mata kakaknya.
"Aku benar-benar tak sengaja, Kak. Aku-aku, tidak tau kalau itu.. adalah proyek kakak."
Poppy berusaha melepaskan tangan kakaknya yang memegang kepalanya, lalu menurunkannya pelan ke samping tubuhnya.
"Aku-aku akan menggantinya, Kak. Aku mohon, tolong maafkan aku."
Tatapan tajam itu pun akhirnya hilang saat melihat mata Poppy yang mulai mengeluarkan air mata. Poppy dapat merasakan kalau tubuhnya dipeluk oleh seseorang. Dan tentu saja kakaknya yang melakukan itu.
"Hm. Baiklah, kakak memaafkanmu. Kalau kau melihat sesuatu yang aneh, jangan disentuh sembarangan ya, Poppy. Kau sudah besar. Jangan meresahkan kakak seperti ini lagi."
Poppy membalas pelukan kakaknya, mengangguk kecil sambil berkata, "Terima kasih, Kak Ashlynn."
***
"Bagaimana, Kak?" tanya Poppy setelah Ashlynn pulang dengan wajah yang biasa saja.
Ia berharap kalau hasil rumah minimalis yang ia buat bersama Ashlynn sebagai pengganti itu cukup bagus untuk dijadikan bahan presentasi.
Ashlynn menatap Poppy sebentar, lalu mengambil minum yang ada di atas meja.
"Ya, begitulah."
Poppy mendelik, "Begitu apanya?"
Ashlynn meletakkan kembali gelas ke atas meja, "Biasa saja."
Poppy menghembuskan napas, ia senang, lega, dan kesal disaat yang bersamaan.
Ia senang karna proyek itu tak begitu buruk, lega karna hasilnya tidak mengecewakan, dan kesal karna ternyata proyek yang ia buat itu biasa saja, padahal proyek itu ia buat susah setengah mati.
"Uh, begitu ya."
Ashlynn tersenyum kecil, lalu menatap Poppy, "Terima kasih."
Poppy langsung mengerjabkan matanya, "Huh?"
"Hasil proyek itu tak mengecewakan. Nilai kakak cukup untuk masuk ke semester selanjutnya."
Ashlynn langsung memeluk Poppy, "Kamu hebat."
Poppy langsung tersenyum sangat lebar. Ia balas memeluk Ashlynn.
Kata-kata Ashlynn terngiang-ngiang dikepalanya. Ia rasa baru kali ini Ashlynn memanggilnya dengan sebutan 'kamu', dan itu pasti karna ia melakukan hal yang sangat bagus.
"Oh iya," kata Ashlynn. Ia melepas pelukannya, membuat Poppy menatapnya bingung.
"Aku masih belum puas, Poppy. Tidak apa-apa kan, kalau dilanjutkan hari ini?"
Poppy merinding.
Dan sepertinya, hanya ia yang tau apa maksudnya.
***END***
A/N:
HAH.
AKHIRNYA FICTION INI SELESAI JUGA.
TANGANKU SUDAH CAPEK.
AKU TAK BISA MENULIS APAPUN DISINI, KARNA AKU MASIH ADA SEDIKIT URUSAN DENGAN SESEORANG.
JADI SAMPAI SINI SAJA DULU.
JANGAN LUPA VBO^^
SEE YOU NEXT FICTION
🌈Vanne💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Short Story : Only My Fiction
Kısa HikayeHanya sekumpulan cerpen fiksi yang kubuat karna lenggang waktu. Disini aku tak akan membahas cerita orang lain, atau pun spoiler. Aku hanya menceritakan tentang cerita fantasiku ke kalian semua, para pembaca. Just Read it!