Seorang gadis berumur lima tahun menangis di pinggir jalan, kabar bahwa orang tuanya sudah tiada membuatnya sangat sedih. Dulu dia bingung saat mengunjungi tempat kakek neneknya, semua orang mengenakan pakaian hitam, dan suasananya suram. Mereka menatapi dua batu yang ujungnya seperti penghapus pensil. Tertulis nama kakek nenek nya disana, gadis itu masih bingung. Ada apa ini? Kenapa semuanya sedih? Dimana kakek dan nenek? Sang gadis hanya diam sambil menatap orang tuanya polos, ingin bertanya, tapi dia masih tau sopan santun, dia pendam rasa ingin taunya, sampai langit menghitam pertanda hujan akan turun. Semua yang merasakan bajunya basah segera pergi bubar tapi anehnya hujan itu tak membuat baju gadis itu basah. Seakan tak ingin membuat sang gadis sakit akibat dinginnya air mata sang langit. Dia berdiri sendirian disana. Semua memanggilnya untuk segera berteduh, tapi sang gadis masih terfokus pada 2 batu mirip penghapus pensil didepannya ini.
Kini ia tau kenapa ada batu itu disana.
"Ke-kenapa...? Hiks!.. Ayah.. Ibu.. a-aku.." dia menangis sejadi-jadinya. Umur lima tahun bukanlah masa bayi lagi, dia mengerti semuanya, sebab akibat, hidup mati, baik buruk, karma, semuanya.
"Hei." dia mendengar ada orang yang memanggilnya, tapi tak dihiraukannya. Orang itu kembali menguncang bahunya, sang gadis menghapus air matanya kasar. Menatap orang itu datar, sangat datar, air matanya tak tumpah lagi. Menyebabkan matanya sembab karna menangis cukup lama. "Kamu kenapa menangis disini?" tanya orang itu, sang gadis memperhatikan pakaian orang itu, anak SMA ya.. Pikirnya. "Kau mau apa?" orang itu tersentak sejenak, gadis dihadapannya ini tidak memanggilnya embel-embel 'kakak' seperti anak kecil lainnya, sangat datar, dan tegas. "Kakak tanya, kenapa kamu nangis disini?" tanya nya lembut, sang gadis dihadapannya menatapnya datar, lalu membuang muka. "Bukan urusanmu, lebih baik kau menyelesaikan tugasmu yang menumpuk itu." orang itu terkejut lagi. Anak usia lima tahun ini sangat berani mengatakan kenyataan. Tugasnya memang menumpuk. Apa dia bisa membaca situasiku?
"Bagaimana kamu tau kalau kakak punya tugas menumpuk?" tanya nya bingung, sang gadis tak menjawab, langsung melangkah pergi. "Hei!" orang itu makin penasaran saat sang gadis melangkah pergi. Dia memegang tangannya membuat sang gadis menatapnya marah. "Lepas!" ucap sang gadis, orang itu tak melepaskannya. Dia membungkukkan badan menatap sang gadis yang merasa takut. "Tenang saja. Katakan apa yang terjadi." sang gadis kembali menangis, teringat semua keluarganya sudah tak ada lag.
Apa aku bisa mempercayai orang ini? Bagaimana kalau dia membunuhku?
Orang itu tersenyum tipis, melonggarkan pegangan tangannya lalu memegang pundak gadis itu. "Katakanlah." ucapnya lembut, gadis itu langsung menangis deras, menjelaskan dengan suara bergetar, seperti mempercayai orang yang baru saja ia anggap jahat. "O-orang tuaku.. Su-sudah.." ucapnya terbata, orang itu masih menunggu.
Persetan dengan tugas, dia harus menolong anak ini. "Me-ning-gal.." dia menghapus air matanya kasar, menatap orang didepannya yang syok mendengarnya, tatapannya datar. "Kau juga mau membunuhku?" tanya sang gadis, orang itu tersadar, menggeleng, tapi dipotong sang gadis. "Oh, tentu saja." dia tertawa hambar, orang itu semakin merasa iba. "Kau mau membunuhku, apa lagi yang bisa aku harapkan dari diriku ini? Tak punya orang tua, kerabat sudah mati semua." dia kembali tersenyum kecil, lalu tertawa kembali. "Benar, lebih baik aku menyusul mereka disana." gadis itu menatap bintang dilangit malam.
Orang itu berdiri, membawa sang gadis berlari. Sang gadis yang bingung malah menurut, mereka sampai disebuah rumah.
"Val! Val!" panggil orang itu, orang bernama Val muncul dari pintu.
"Kenapa, Rav?" tanya Valdo.
Raven menunjuk gadis disebelahnya dengan dagu, Valdo mengernyit. "Dia yatim, Val." Val yang mengerti langsung menarik gadis itu masuk bersama Raven dibelakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Short Story : Only My Fiction
Cerita PendekHanya sekumpulan cerpen fiksi yang kubuat karna lenggang waktu. Disini aku tak akan membahas cerita orang lain, atau pun spoiler. Aku hanya menceritakan tentang cerita fantasiku ke kalian semua, para pembaca. Just Read it!