Ini hanya FIKSI, okay? Jangan tanya apa aku pernah ke Psikiater atau tidak. Jelas saja tidak pernah! Mahal tau! Jadi jangan ada yang tanya begituan karna ini hanya fiksi semata.
Segitu dulu, selamat membaca!
VannesicaFimaze💞
**
Psikologi.
Sesuatu yang mengajarkan tentang sikap, fungsi mental, proses mental manusia secara ilmiah.
Itu yang kutahu tentang psikologi. Kalian ingin tahu pengalamanku saat mengunjungi Ahli Psikologi, Psikiater?
Ini adalah penggalan pengalamanku, yang sulit kulupakan, karna itu kutuliskan disini.
Penggalan kenaganku, yang takkan pernah bisa ku lupakan. Yang sangat ...
**
"Apa? Psikiater?" tanyaku.
Namaku, Fola Florence, aku sekarang berada di sekolah Pure Sign Senior High School. Aku sekarang kelas 12, tingkat terakhir sebelum aku menginjakkan kakiku kedunia perkuliahan. Disebelahku ada Meri Doukhan, dia bukan dari India, kalau kalian berpikir begitu maka kalian salah besar!
Meri mengangguk semangat. "Ya, Fol. Aku ke psikiater kemarin!" seru nya, aku memiringkan kepalaku bingung.
"Kenapa? Apa ada sesuatu dengan mentalmu?" tanyaku polos, dia menjitakku, menjawab tak suka.
"Bukan, Fol! Aku kemarin mau mengetes tentang kepribadianku. Aku tidak punya masalah jiwa!"
Aku meringis, karna jitakan nya yang 'melegenda' itu.
"Kamu tau, Fol? Psikiater-nya tampan banget! Cool, baik lagi!" Seru Meri semangat. "Kamu harusnya ikut aku kemarin! Sayang, lho. Sekalian cuci mata." ucapnya nyengir.
"Cuci muka apanya, oppamu udah kamu buang ya?" tanyaku menyindir, dia menoleh, tersenyum miring.
"Ya, ya. Aku sudah tak mau dengan ArKor lagi. Sudah saatnya maju ke reality, Fol!" aku terkekeh, "Memang setampan apa dia?" Meri duduk di kursi didepan mejaku.
"Gimana jelasin nya ya..." Meri menopang dagu, berpikir. "Pokoknya tampan deh! Kamu harus lihat! Sayang, aku tak sempat berfoto dengan nya. Dia sibuk banget." ucap Meri agak kecewa.
"Kamu tau? Dia juga seorang penulis, lho! Dia penulis 'The Mysterious Departure'! Aku beruntung banget!!"
Teman-teman yang lain melototi Meri karna dia berseru--berteriak terlalu keras. "Maaf, hehehe.." ujar Meri cengengesan.
"Memangnya kenapa kamu mau ke psikater, Mer?" Meri masih menopang dagu. "Kan sudah kujawab tadi, aku mau mengetes kepribadianku." Ucapnya malas, nah-nah, tadi dia bersemangat kenapa sekarang dia lesu?
"Maksudku kenapa kamu mau mengetes kepribadianmu? Psikiater itu bayaran nya mahal, lho. Kenapa mau repot-repot ke sana? Kan bisa ke Mbah dukun." aku nyengir dikalimat terakhirku, Meri terkekeh kecil. "Aku kan, sering emosian. Makanya mamaku saranin ke Psikiater biar bisa mengatasi emosiku, Fol."
"Gimana bayaran nya?" tanyaku, Meri menggeleng, berkata mantap.
"Kamu lupa aku ini siapa, Fol?"
Tentu saja aku tau, dia anak dari pemilik perusahaan keju ternama di kota ini, tentu saja orang tuanya kaya. Meri waktu itu risih karna banyak teman-teman sekelasnya yang berteman dengan Meri karna hartanya. Saat bertemu denganku, dia malah tersenyum karna aku mengeluarkan ekspresi datar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Little Short Story : Only My Fiction
Short StoryHanya sekumpulan cerpen fiksi yang kubuat karna lenggang waktu. Disini aku tak akan membahas cerita orang lain, atau pun spoiler. Aku hanya menceritakan tentang cerita fantasiku ke kalian semua, para pembaca. Just Read it!