Angan-anganku *my fiction 7

36 19 6
                                    

"Haish... Padahal tadi aku mau menghajarnya!" protes sang gadis. Lelaki yang mendampingi sang gadis menghela napas. "Princess, anda tidak boleh memukul orang. Jangan lakukan kejadian tadi lagi, Princess."

Melysa memutar bola matanya, "Oh Steve, wahai ksatria ku yang pemberani dan bijak. Aku mau bebas! Aku tak mau di kurung berbagai aturan seperti ini!" protesnya lagi,  Steve menghela napasnya lagi. "Princess, kalau seperti itu sama saja anda ingin menjadi rakyat biasa." Melysa tak peduli, dia tetap mengoceh. "Huh! Andai peraturan Princess itu lebih sedikit dibanding Prince." gumamnya, Steve tersenyum kecil, sifat Princess-nya ini memang agak kekanakan, makanya suka berkeliaran.

"Oh! Hai Lizzie!" sapa Melysa pada gadis yang berjalan kearahnya. "Hai juga, Princess Melysa, Steve." Lizzie yang menggenggam keranjang berisi berbagai buah dan rempah-rempah ditangannya, menarik perhatian Melysa. "Kau baru dari pasar? Apa saja yang kau beli?" tanya Melysa, Lizzie mengangkat tangannya dan menunjukkan keranjang itu didepan Melysa. "Beberapa buah dan rempah-rempah. Bibi sampai sekarang masih sakit," ujar Lizzie menghela napas. "Kalau begitu, aku boleh ikut kerumahmu?" tanya Melysa, Steve tersentak dan langsung memotong. "Tidak, Princess. Tidak boleh." Melysa mendelik pada Steve. "Steve, aku hanya mau berkunjung dan memasak sebentar! Aku tak akan lama!" Steve menggeleng tegas. "Tetap tidak boleh, Princess. Nanti saya dimarahi King dan Queen kalau Princess sampai masuk rumah orang lain."

Melysa berdecak. Ternyata orang tuanya masih mengkhawatirkan soal Melysa yang pergi kerumah temannya tanpa memberitau mereka, dan Melysa hampir terbunuh kalau Steve tidak datang tepat waktu. "Kalau begitu, kau ikut saja. Tidak susah, 'kan?" Steve diam lalu mengangguk. "Baiklah. Tapi jangan terlalu lama, Princess." Melysa mengangguk.

Mereka bertiga bersama menuju kerumah Lizzie. "Bi, bibi udah minum obat, belum?" tanya Lizzie menatap bibinya yang terbatuk-batuk. "Sudah.. Liz.. Eh? Ada Princess Melysa rupanya.." bibi Lizzie menatap Melysa dan Steve. "Siang, Bi. Saya mampir sebentar tidak apa, 'kan?" tanya Melysa, bibi Lizzie menggeleng. Melysa duduk disofa sambil menatap seluruh rumah Lizzie.

"Bibi mau makan buah? Tadi aku ada beli." Lizzie mengeluarkan buah dari keranjangnya. "Iya. Kamu juga makan ya, Princess." tawar bibi Lizzie. Melysa menggeleng, "Tidak, Bi. Saya hanya mau mampir sebentar, lalu kembali. Tidak perlu repot-repot." Melysa mengingat tujuannya kemari, "Oh iya! Aku boleh memasak sesuatu untukmu, Bi?" tanya Melysa mulai bersemangat.

Steve yang mendengar itu terlonjak kaget.

"Princess, anda tidak boleh-"

"Steve. Bisa kau hanya diam mengawasi? Kau membuatku terjerat aturan." Melysa membalas perkataan Steve tanpa memperdulikan bahwa memotong perkataan orang lain bukan tata krama yang baik untuk seorang Princess. Steve kembali terdiam, dia hanya disuruh menjadi bodyguard atau ksatria Princess Melysa. Tapi mengatasi sikap Princess-nya ini membuatnya kewalahan. "Princess. Sudah waktunya." Steve menarik paksa Melysa keluar dari rumah Lizzie. "Hei! Aku belum-" Steve lebih dulu memanggil kudanya lalu mendudukkan Melysa diatas kuda itu.  "Ck, dasar keras kepala." gumam Melysa, Steve membopong kudanya ke istana. Lalu Melysa turun dan segera berlari menuju istana, meninggalkan Steve disana.

"Hah.. Akhirnya bisa bebas." Melysa mengedarkan pandangannya keseluruh tempat. "Hm. Aku ke perpustakaan saja, deh." Melysa menaiki tangga di sebelah kiri, hingga sampai ke lantai 3, dengan pintu yang menyambutnya dengan tulisan perak disana.

'PERPUSTAKAAN'

Melysa membuka pintu, melihat-lihat sejenak, lalu mengambil buku bagian.

'SEJARAH
KERAJAAN POLLIAMPH'

Little Short Story : Only My FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang