Arisa yakin.
Bahwa dunia ini sebentar lagi akan musnah.
Fakta bahwa setiap manusia menghilang bak ditelan bumi terus merajalela. Dan yang paling banyak, adalah anak sekolahan.
Entah kenapa itu bisa terjadi.
Setiap harinya, pasti ada saja manusia yang menghilang. Entah itu pagi, siang, dan sore. Memang belum ada berita tentang menghilangnya orang di malam hari, tapi tetap saja itu mengerikan.
Arisa tak pernah melihat kejadian ini secara langsung. Tetapi ia pernah mendengar sesuatu yang aneh. Suara rintihan kesakitan dan dan suara ... cipratan?
Tapi raibnya, suara itu langsung menghilang setelah 3 detik. Mencurigakan. Arisa pernah mendengar suara itu tapi ia tak pernah menemukan apa penyebabnya.
Arisa pun menceritakan hal ini pada teman-temannya. Tapi teman-temannya mengira bahwa itu mungkin hanya ia yang salah mendengar. Karna mereka juga ada ditempat Arisa waktu itu, tapi mereka tak mendengar apapun.
Arisa bingung. Ia memang mendengar suara itu, walau hanya sebentar. Tetapi seharusnya, setidaknya ada satu orang yang juga mendengar suara itu.
Arisa membayangkan jika ia adalah seseorang yang mempunyai kekuatan khusus.
Dapat mendengar jarak jauh, dapat mendengar apa yang tak bisa orang lain dengar. Ia mencari tau, mencari dan mencari, sampai menemukan fakta bahwa hanya ia yang tau kejadian yang sebenarnya, dan hanya ia satu-satunya orang yang mempunyai kekuatan itu.
Lalu diasingkan, dibuang, tak diberi makan. Semua orang menganggapnya gila, sehingga tak ada yang mau mengajaknya hanya untuk sekedar bertegur sapa.
Dikucilkan, dianggap tak seharusnya ada didunia ini. Dan akhirnya-mati.
Arghh! Berhentilah memikirkan itu Risa!
Ia menundukkan kepalanya hingga wajahnya bertumpu pada meja dan ia memejamkan matanya.
Jangan pikirkan hal-hal seperti itu! Imajinasimu sudah terlalu jauh, Arisa! Sudah, hentikan!
Arisa mengangkat kepalanya, kembali pada buku yang ada dihadapannya.
Lebih baik, aku lupakan saja kejadian itu. Jangan diingat. Jangan diingat. Jangan diingat, Risa. Jangan.
Arisa memfokuskan pikirannya pada buku yang ia baca. Sampai tak menyadari, bahwa ada seseorang yang memperhatikannya dari jendela luar perpustakaan.
Orang itu terpaku saat mendengar isi pikiran Arisa, lalu dengan cepat pergi dari sana.
Arisa menutup bukunya karna ia sedari tadi tak bisa fokus, lalu mengembalikan buku itu pada tempatnya semula.
Arisa mengambil tasnya, lalu pergi dari perpustakaan.
Suara sepatu yang bergesekan terdengar jelas dikoridor itu. Dan Arisa-lah pemilik suara dari sepatu itu.
Setelah ia berbelok untuk menuruni tangga, ia masih tak menyadari, bahwa ada seseorang yang bersembunyi dibalik dinding lorong, sambil menatap kosong kebawah.
Sekilas, matahari sore mulai memasuki jendela, sehingga menyinari tubuh orang itu.
Dan kita dapat melihat jelas nametag-nya.
'Reina Mitekoro Hoshizora'.
***END***
Nah, akhirnya ide mengalir juga, walau udah lamaaaa banget ga update.
Oh iya, kalian pasti menyadari bahwa G.A sudah tak menjadi karyaku yang selanjutnya kan?
Aku memutuskan untuk unpublish G.A karna aku belum menemukan ending dan alur yang tepat. Dan maaf untuk orang yang sudah terlibat dalam pembuatan G.A karna aku tak ingin membuat cerita semacam itu lagi.
Kali ini, aku akan memikirkan alur, dan ending yang sesuai. Aku tak mau cerita selanjutnya nanti jadi seperti G.A yang tak jelad alur dan endingnya.
So. Thank you so much to read this story.
Don't forget to VBO, 'Kay?
Love Rainbow, Vanne🌈
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Short Story : Only My Fiction
Truyện NgắnHanya sekumpulan cerpen fiksi yang kubuat karna lenggang waktu. Disini aku tak akan membahas cerita orang lain, atau pun spoiler. Aku hanya menceritakan tentang cerita fantasiku ke kalian semua, para pembaca. Just Read it!