Jadilah Bijaksana *my fiction 13

18 17 5
                                    

Jika kalian para pembaca, ditanya tentang apa yang menurut kalian paling penting didunia ini, kalian akan menjawab apa?

Cinta? Uang? Kasih sayang?
Kepercayaan? Teman? Kebahagiaan? Atau yang lain?

Mungkin bagi kalian yang sudah punya kekasih, kalian akan menjawab cinta.

Mungkin bagi kalian yang miskin, kalian akan menjawab uang.

Mungkin bagi kalian yang kesepian, kalian akan menjawab kasih sayang dan teman.

Mungkin bagi kalian yang tertimpa masalah terus menerus, maka kalian akan menjawab kebahagiaan.

Tapi kali ini aku hanya akan membahas satu hal.

Tentang apa?

Cinta.

Apa kalian percaya bahwa cinta kalian itu cinta sejati? Bukan sekedar cinta asmara? Jika itu menyinggung mohon maaf. Tapi bisakah kalian menjawabnya jika terjadi hal seperti ini?

Jika orang yang kamu sukai mengatakan padamu bahwa ia menyukai teman/sahabatmu dan sudah hidup bersama, jadian atau menikah dengan teman/sahabatmu itu, apa yang akan kalian jawab padanya?

Apa kalian akan merelakannya bersama orang lain? Atau membiarkannya mendapatkan kebahagiaannya sendiri?

Silakan jawab disini.

Sudah?

Baiklah, aku akan memulai cerita ini.

***

Hatinya bagaikan tertusuk sebilah pedang tajam. Sekarang, kekasihnya telah berbaring dikasur rumah sakit. Sang lelaki yang mendengar hal itu segera pergi kerumah sakit itu, dia segera bertanya nomor ruangan inapnya dan langsung melesat kesana.

Didalam, nampak sang kekasih tengah berbaring dengan jarum infus dan alat bantu pernapasan, serta kepalanya diperban menampakkan noda merah disebelah kiri kepalanya.

Sang lelaki menatapnya sendu, dalam hati dia memaki merutuki dirinya yang tak bisa menjaga gadisnya.

Sial! Kenapa aku membiarkannya memakai motor tadi!? Sialan!!

Sang lelaki menjambak rambutnya kesal bercampur marah. Dia merasa tak berguna telah membiarkan sang gadis sendirian mengendarai motor.

"Avalyn.." panggilnya lirih. Sang lelaki menggenggam tangan kanan sang gadis sembari menatap gadisnya. "Maaf.. Aku tidak bisa diharapkan.." ucapnya lagi, tapi tetap tak ada reaksi apapun dari sang empu.

Seseorang masuk kedalam, "Arnold, sebaiknya kamu pulang saja. Biar saya yang menjaganya." ucap ibunya Avalyn memegang bahu Arnold.

"Tidak tante, saya mau menjaga Avalyn disini," ujar Arnold tak melepas pandangannya dari Avalyn.

"Nak, pulanglah. Orang tuamu oasti khawatir karna kamu belum pulang." ibu Avalyn melirik jam dinding. Jam itu menunjukkan pukul 17.58.

"Pulanglah," lanjutnya.

Arnold menatap ibu Avalyn sejenak, lalu mengangguk kaku, ia masih tak rela meninggalkan gadisnya disana. Dengan lesu, dia berjalan meninggalkan rumah sakit dengan pandangan kosong. Hingga tanpa sadar, dia menabrak seorang gadis.

"Aw! Hei jalan tuh liat-liat!" maki Arnold, dia langsung mengubah ekspresi wajahnya ketika seorang gadis berumur 10 tahun itu berdiri lalu membersihkan pakaiannya.

"Maaf, Kak." ucapnya menyesal. Dia menatap mata Arnold agak lama, yang membuat Arnold merasa aneh.

"Ada apa?" tanyanya pada akhirnya.

Little Short Story : Only My FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang