03. BARISAN CEWEK PATAH HATI

1.5K 150 12
                                    


Selama perjalanan Mondy masih senyum-senyum sendiri.

"Gue kenapa ya? 😂😂😂" batinnya geli sendiri.
"Astagfirullah...." Mondy menarik senyumnya.

Kita tidak boleh terlalu. Terlalu senang pun tak boleh.
Kata orang kalo ketawa dan senang terus nanti akan menangis. Ih, amit-amit, jangan sampe.

Tapi jujur, Mondy senang dan bersyukur, hari ini berlimpah anugerah.

Aksi damai demo-nya berjalan lancar, aman, damai dan membuahkan hasil. Kuliah pun tak tertinggal, dan... nasib mempertemukannya kembali dengan cewek cuek nan menggemaskan yang beberapa hari ini hampir tak pernah absen singgah dikepalanya.

"Padahal dari gaya dan perangainya dia bukan 'gak gaul' lho! Masak sih dia sampai gak tahu Gue, gak kenal Gue? Bahkan gak pengen kenal sama Gue? Kurang tenar apa coba Gue? Kurang keren apa?" Mondy bicara sendiri.

"Tapi dia asik juga diajak ngobrol." ocehnya lagi,
"Ya Tuhan, semoga saja dia segera menghubungi Gue. Bilang makasih sekali lagi kek, mau balas jasa kek, nanya sampai rumah atau belum kek, atau...
Mudah-mudahan saja ada yang ketinggalan yang membuatnya harus nyari Gue..." Mondy mengoceh penuh harap.

"Hm... Mimpi kali Lo Mon!" protes sisi lain batinnya.
Ia pun mengesah kecewa sampai.....

"ALHAMDULILLAH, YES!" teriak Mondy begitu menyadari ada helm ojek online bergelantungan di tangan kirinya.

Ia ingat saat Raya kerepotan menulis nomor diponselnya, ia mengambil alih helmnya.

Dengan semangat 45 Mondy melajukan motornya agar segera sampai rumah.

*****

Sementara di rumah Cindy, Raya pun sudah tak sabar, dan menyiapkan semangat 45 untuk mengungkapkan perasaan nano-nano dari mulai malu, kesal, hingga monumental hari ini 😱😱😱.

Ia sudah tak sabar ingin menceritakan pengalamannya hari ini, khususnya part terakhir saat ia diantar Mondy sampai ke rumah Cindy.

"Ih, tapi apa bedanya Gue sama Cindy. Jadi sama-sama alay bin Lebay dong!" Raya ragu.

"Ray, Lo kok ada di sini?" Sapa suara yang amat dikenal Raya.

Raya pun menoleh.

"Lo baru pulang juga Cin? Mm... Gue nebeng di rumah Lo ya? Biasa, nunggu jemputan, hehe.." Raya nyengir.
Ternyata Cindy juga baru sampai rumah.

"Syukur deh... Gue gak nunggu Lo lama. Emang dari mana aja sih, kok baru nyampe?" tanya Raya.

Cindy langsung menariknya duduk keberanda dengan tak sabar. "Lo sih Ray pakai alasan gak enak badan. Coba tadi Lo ikutan. Gue jamin gak bakal nyesel." Cindy pun mulai mengoceh.

"Hari ini tu hari spesial buat Gue. Lo tahu Ray, Gue udah lama banget kan pengen ngobrol sama Mondy eh tadi kesampean. Sumpeh orangnya asik banget ya Ray?"

"Pantes aja ada klub barisan cewek patah hati gara-gara dia," Cindy tertawa.

Raya pun melepas tawa yang dipaksakan.
Masak iya sohib lagi happy kita nggak ikut happy.

"Lo tahu tadi Gue kemana?" Pertanyaan retorik Cindy.

Raya hanya mengesah memutar bola matanya lalu menggeleng agar Cindy puas.

"Gue tadi habis ikut Mondy demo!" Antusias Cindy.

"WHAT???" Kaget Raya membolakan matanya.

"Biasa aja keles, orang yang ikut juga banyak. Lagian ya Ray, Gue gak ada kesempatan deketan sama Mondy! Cuma ngobrol sebentar itupun saat pengerahan sebelum demo. Saat sampai di lokasi ketemu juga kagak. Hah..." Cindy berjeda nampak sedikit sesal.

ANTARA CINTA dan PAPA  (sudah CETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang