08. PACAR PURA-PURA

1K 116 24
                                    


Raya gelisah menanti saat pertemuan dengan Mondy. 30 menit bukanlah waktu yang singkat apalagi dengan segala pikiran tak menentu. Ia pun memberanikan diri mengirim pesan untuk Mondy.

_Kenapa gak sekarang aja sih ketemunya?_ send to Mondy.

MONDY
_Gak sabaran amat sih?_

RAYA
_Gue udah kelar kul nih!_
_Sekarang atau tidak usah sama sekali_

MONDY
_Ok. Bentar lagi Gue ke TKP. Gak sabaran amat sih Non? 😉😉😉_
_Lo yang ngutang kenapa lo yang nyolot sih!_

Raya mengelus dada merutuki kebodohannya.

"Kenapa jadi terkesan gue yang ngebet banget cepet-cepet ketemuan sama dia sih." gerutunya.

"Sekarang ketauan deh aslinya kaya apa? Pantes aja tu cowok sampai sekarang masih jomblo. Kenapa juga mesti ada barisan cewek patah hati? Belum tau aja Mondy kebanggaan mereka itu kayak apa? Beruntung lo Cin gak jadi pacaran sama dia."

Raya terus saja ngedumel sepanjang jalan menuju kantin.

Rasa penasaran dan takut akan pertemuan berdua dengan Mondy luruh berganti rasa kecewa dan kesedihan. Kecewa karena Mondy tak seperti apa yang diceritakan banyak orang dan apa yang ada dalam benaknya.
Sedih karena ia telah menyisihkan sebagian relung hatinya untuk Mondy. Bahkan beberapa hari terakhir Mondy selalu berkeliaran di kepalanya.

****

Dan disinilah kini ia berada. Di salah satu sudut kantin, tempat pertama kali mereka bertemu. Duduk ditempat yang pernah diduduki Mondy.

Pada jam nanggung begini, kantin sepi. Yang sarapan kesiangan juga paling tinggal satu atau 2 orang saja.

Sunyi....
Tapi setidak-tidaknya masih ramai oleh pekerja kantin yang hiruk pikuk memasak dan beres-beres.

Pandangannya entah kenapa fokus pada kulkas di ujung.

Kenangan waktu itu memenuhi kepala Raya. Saat ia terpeleset dan dengan sigap Mondy menopang tubuhnya dengan menahan lengannya. 

Raya bahkan terhanyut dan kembali merasakan kehangatan di kedua lengannya, seakan kejadian itu baru saja terjadi.

Raya mendekap kedua lengannya dengan tangannya, dan kini rasa hangat itu mendadak sirna bahkan ia merasa kedinginan.

Raya tersenyum kecut tanpa sadar matanya berkeca. 

Ya Tuhan kenapa Gue mikirin dia. Kenapa kepala Gue penuh dengan dia. Kenapa Gue selalu mengingatnya. 

Itu hanya accident Raya. Lo gak usah lebay deh! Gak usah diinget-inget terus! Ayo.... Pikirkan hal lain! Tegas batinnya.

Atau....... Jangan-jangan  Lo beneran jatuh cinta pada Mondy?

Ia hanya mengesah, menghapus air di kedua sudut matanya. Menarik nafas dalam-dalam menenangkan pergolakan batinnya ketika menangkap sosok Mondy berjalan ke arahnya.

"Sory. Lama nunggu?" Tanya Mondy langsung duduk di depan Raya.

Raya terkesiap tak sempat merubah rona panik dan bekas tangisnya.

"Bentar-bentar deh," Mondy menatap Raya yang menunduk.

"Lo sakit Ray?" Tanya Mondy dengan nada khawatir. 

"Nggak!" Jawab Raya cepat, "Buruan gih gue gak mau lama-lama sama lo! Gue juga gak mau ngutang lama sama lo!" Ketus Raya.

Mondy tersenyum menyeringai dan menarik nafas kemenangan.  

"Oke," jawab Mondy santai.

"Gue mau lo jadi pacar pura-pura gue! Dan hutang lo, gue anggep impas." ucap Mondy to the point.

ANTARA CINTA dan PAPA  (sudah CETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang