Mondy pulang larut malam karena harus menemui Jodi terlebih dahulu. Ia tidak ingin terjadi salah paham. Jodi amat kecewa padanya karena ia telah dianggap mengkhianati perjuangan mereka. Dan itu yang perlu Mondy luruskan.Pukul 23.00 Mondy baru sampai di rumah, dan Celline yang membukakan pintu.
"Loh kok lo yang bukain Cell!" kaget Mondy."Iya. Gue kan nungguin lo pulang. Lo Cape ya?" tanya Celline mengarahkan tangannya membantu melepas jaket Mondy tapi ditepis Mondy dengan muka kesal.
Bagaimana tidak kesal lihat kelakuan over Celline? Sudah berlagak nyonya rumah saja dia. Emang dia siapa? Pacar bukan. Istri bukan."Lain kali gak usah nungguin gue!" Mondy dengan tak tahu dirinya berjalan cepat ke kamarnya. Mengabaikan Celline yang tergopoh-gopoh mengikutinya.
"Lo gak istirahat Cell?" Tanya Mondy melihat Celline masih mengikutinya hingga depan pintu kamar.Celline melempar senyum termanisnya. Senyum yang bisa melelehkan hati cowok manapun. Tapi tidak untuk Mondy yang entah karena lelah atau bad mood usai perjuangannya seharian tadi.
"Gue mau tidur!"
Mondy membuka pintu, segera masuk dan menutup pintu cepat, tak lupa menguncinya. Menutup segala akses Celline jika nekat masuk.
Mengacuhkan Celline yang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.
Celline masih saja mengetuk pintu hingga Mondy risih dan terpaksa membukakannya.
"Cell... Gue Capek! Gak bis.....!" teriakan Mondy tertahan mendapati tak hanya Celline tapi juga papa mamanya sudah ada di dibalik pintu.
"Dari mana kamu?" tanya papanya terdengar ketus.
"Kampus, rumah sakit, dan rumah Jodi!" jawab Mondy singkat, malas dan kesal."Rumah sakit? Siapa yang sakit Mon?" tanya mama sedikit panik.
"Teman mah.." jawab Mondy lagi lebih lembut pada mamanya.
Papa dan Celline menatapnya berbeda. Mondy pun paham.
"Kalo papa tak percaya, tanya om Alex. Tadi Mondy ketemu om Alex di sana." ucap Mondy sedikit ketus tertuju pada keduanya. Menatap keduanya kesal bergantian.
Tak ada respon dari keduanya
"Maaf Pa, Ma... Mondy capek, mau istirahat." Tanpa menunggu konfirmasi dari ketiga orang di depannya, Mondy kembali masuk kamar dan segera menutup pintu.
"Kamu juga istirahat ya sayang...." ucapan Mamanya yang masih terdengar oleh Mondy. Tentu saja untuk Celline.
Mondy membersihkan diri dan langsung merebahkan diri di ranjang empuknya.
Mengambil ponsel di nakas dan mengecek beberapa pesan dari sosial medianya. Setidaknya itu mungkin bisa mengalihkan kekesalannya.
Beberapa kali ia mendengus kesal. Papanya bahkan kini tak mempercayainya lagi.
Ada yang menandainya di akun Instagram.
Cindy memposting slide foto. Yang pertama foto Mondy dan Ryan saat di rumah sakit, dan juga Raya saat main-main hape dengan siku bertumpu kasur rumah sakit dan ekspresi manyun yang lucu, serta foto Miko yang tengah memandang infus Cindy dengan melongo.
-- Thanks to sahabat-sahabatku @raya22 @mondyM2 @mikosaja @Ryanthereal –
Mondy tersenyum, bahkan tertawa geli apalagi saat melihat foto Raya. Diantara slide foto-foto itu, tentu Foto Raya yang paling menarik perhatiannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/121228536-288-k74527.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CINTA dan PAPA (sudah CETAK)
FanficTelah tersedia Versi cetak di bukalapak, tokopedia atau DM Author. 18+ RAYA-MONDY, Saat menjadi pasangan, mereka serasi. Tapi tak selalu demikian adanya. bagaimana jika perjalanan mengharuskan mereka memilih antara Cinta dengan sang Papa, sumbe...