19. TERCIDUK

639 102 9
                                    


Rafi dan Raya berjalan keluar beriringan bergandengan tangan menuruni anak tangga di gedung KPK. Mereka tampak serasi seperti sepasang kekasih.
Ia tak menyadari ada beberapa pasang mata yang melihatnya bahkan mengikutinya hingga parkiran.

Beberapa pasang mata yang ternyata adalah mahasiswa yang datang ke sana usai bertemu komisioner KPK guna memberikan dukungan pemberantasan korupsi.

Raya tak memperdulikan mereka. Buat Apa? Mau dibully??
Ia juga tidak tahu kalo Mondy ada di sana. Ia bahkan tidak tahu kalo Mondy telah kembali ke Indonesia sejak 3 minggu lalu.

Memang Mondy ada di sana dan Raya tak melihatnya. Raya sempat melihat Meta dan Jodi, tapi Rafi buru-buru menarik dan menggandeng tangannya untuk segera pergi dari sana. Ia tahu sedikit lebih lama disana akan berdampak tidak baik bagi mereka. Bukan tidak mungkin akan terjadi aksi pembullyan.

Itu juga dilakukan demi melindungi Raya karena yang ia lihat dari jaket almamater yang dikenakan sama dengan kampus Raya.

Mondy ada di sana bersama Meta, Jodi dan Dimas bersama beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi lain.

"Lo liat Mon! Mereka pasangan serasi bukan? Sama-sama anak dari manusia sampah di negeri ini! Anak koruptor!" Ketus Jodi dengan tatapan bengis tepat menghujam wajah Mondy dengan penekanan di akhir kalimatnya.

Mondy menoleh ke arahnya hampir mencekal kerah baju Jodi. Ia tak terima gadisnya dibilang anak manusia sampah. Bagaimana pun juga ia pernah mengidolakan Mulyono Budiman sebegai seorang politisi. Mungkin juga dia emosi karena hatinya sakit melihat kebersamaan Raya dan Rafi.

Tangannya sudah terjulur pada kerah baju Jodi dengan tatapan merah menahan emosi. Beruntung Dimas dan Meta segera merelai. Dimas melepas tangan Mondy dan menarik Jodi, sedangkan Meta menenangkan dan menahan Mondy.

"Hey Mon! Lo jangan emosi. Kita lagi dimana ini? Ingat jaga almamater bro! Maklumin aja Jodi....Lo kayak gak kenal Jodi aja Mon." cegah Dimas.

"Tapi yang gue omongin itu fakta dan kebenaran. KITA BERDIRI PADA KEBENARAN DAN KEADILAN!" teriak Jodi masih tidak terima.

Ia segera beranjak dari sana dengan emosi setelah mengacungkan jempol ke bawah tepat di depan wajah Mondy.

Mondy masih mengatur nafasnya. Bayangan Raya yang bergandengan mesra dengan Rafi memenuhi kepalanya, ucapan Jodi terngiang-ngiang ditelinganya.
Rangkulan Meta tak mampu menenangkannya, ia justru makin emosi dan menepis kasar tangan Meta.

Saat hendak berpaling, mata Mondy justru menangkap adegan mesra mereka sebelum masuk mobil, Rafi dengan gentle-nya membukakan pintu mengusap lembut kepala Raya, dan membetulkan rok Raya yang menggantung sebelum menutup pintu.

Raya tampak menikmati semua perlakuan Rafi padanya. Tak tampak kesedihan dan keterpaksaan di sana. Mondy masih bisa menangkap senyum bahagia Raya dari kejauhan.

Mondy memang belum menemui Raya sejak kepulangannya. Ia juga tak menghubungi Raya sama sekali. Katakanlah ia ingin berdamai dengan keadaan, pikiran dan perasaannya.

Yang disampaikan teman-teman BEM benar, ia tak mungkin melanjutkan hubungan dengan Raya. Tapi ia juga telah berkomitmen pada Raya sebelum pergi. Lelaki sejati tak semudah itu melanggar komitmennya.

Tak bisa berkompromi dengan semuanya, Mondy diuntungkan dengan kesibukan yang cukup menyita waktu dan pikirannya di kantor papanya.

Ia sibuk membantu papanya mengurus perusahaan, tentu saja dengan Celline. Perusahaan Papanya banyak menelan kerugian karena sering kalah tender dan bahkan harus melepas beberapa anak perusahaan untuk di akuisisi perusahaan lain.

ANTARA CINTA dan PAPA  (sudah CETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang