3 hari sudah Raya kembali ke rumahnya sendiri dan tidak pernah keluar rumah sama sekali.
Setidaknya itu kesepakatan dengan papa dan ia mematuhinya.Bagaimana pun Raya tak merasa terpenjara seperti saat tinggal di rumah Rafi.
Setidaknya Raya lebih bisa melakukan banyak hal di dalam rumah luasnya sendiri. Rumah tempat dia dibesarkan.Tak bisa keluar rumah bukan berarti kesepian. Raya punya seribu satu cara untuk mensiasatinya.
Seperti sore ini, ia meminta Cindy dan Miko untuk datang. Mereka yang memang sudah kepo akut dan kangen Raya pun langsung menyanggupi.Begitu bertemu mereka berpelukan erat, sampai-sampai Miko yang turun belakangan dari mobil karena menyetir meneriakinya.
"Hello! Nona-nona..... ada saya! WOY!"
Keduanya melepas pelukan dan tertawa. Tanpa mempedulikan Miko, Raya menarik Cindy masuk ke dalam rumah. Tentu saja lewat pintu samping karena masih ada beberapa tamu papanya. Miko hanya mengekor dibelakang mereka.
"Tamu bokap Lo banyak juga Ray." Komen Cindy yang hanya mendapat anggukan Raya.
"Biasa kale," ucap Raya santai."Iya, Emang lagi ada apa sih? Muktamar? Rakernas?" Tanya Miko.
"Yang jelas bukan lagi arisan! Haha...." Jawab Raya asal.
"Eh Ray. Gue masih penasaran Lo minggat kemana aja sih selama ngilang kemarin? Ini beneran Lo kan Ray? Lo sehat kan?" tanya Cindy menatap intens Raya dari ujung ke ujung, depan belakang, kiri kanan, membolak balikkan tubuh Raya seperti sedang mengecek kondisi Raya.
"Iya Cindot. Gue sehat lahir batin apalagi sekarang ada kalian. Dan sudah balik ke rumah Gue. Gue seneng banget. Gue kangen sama Lo!" Mereka kembali berpelukan.
Miko hanya geleng-geleng kepala. Dasar cewek-cewek alay!
"Tunggu deh... Lo bilang sudah balik ke rumah. Berarti kemarin Lo sengaja menghilang gitu?" tanya Cindy serius.
Raya memutar bola matanya mencari alasan. Hampir saja ia keceplosan, dan akhirnya...
"Ya... anggap saja gitu deh!"
Di desak bagaimana pun juga Raya tak menceritakan perihal kepergiannya beberapa waktu lalu. Hingga Cindy dan Miko pun menyerah. Toh kini Raya sudah di hadapannya dan baik-baik saja.
"Eh Ray, banyak tamu di rumah Lo! Apa papa Lo juga kena kasus seperti om Lo. Itu tuh ... yang anggota dewan Suwarno Hadi...." Cindy mengingat-ingat.
Raya mengernyit, "Emang kenapa dengan om Warno?"
Kali ini Miko yang berbicara, "Emang ya.... Lo kemana aja sih bisa Kudet gitu! Bukannya Lo selama ini paling gaul dan up to date dalam hal apa pun? Kita kesini tu mau memastikan aja, papa Lo......" Miko enggan melanjutkan dan melirik Cindy seakan meminta Cindy melanjutkan. Selain takut Raya sedih, mereka juga tak ingin menyinggung sahabatnya.
"Lo googling aja deh. Baca-baca berita! Jangan chatingan doang ma Mondy!" bentak Cindy kemudian karena tak sanggup berkata.
Raya hanya tersenyum mendengar ejekan temannya.
Akhir-akhir ini ia memang kurang update. Sejak dari rumah Rafi, ia merasa sering mudah lelah dan malas. Waktunya ia habiskan di depan laptop dan tidur.
Beberapi hari ini karena belum boleh bepergian ia hanya beres-beres kamar, main dan kadang chating atau VC sama Mondy.
Kadang ia masih begitu takut pada ancaman yang diberitahukan papa dan Rafi saat menjemputnya paksa di kampus.
Raya bahkan tak berani melihat tayangan televisi dan mengikuti pemberitaan negri ini.
"Iya.... ya Gue kebanyakan molor sih!" ngeles Raya akhirnya dengan garuk-garuk kepala,
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CINTA dan PAPA (sudah CETAK)
Fiksi PenggemarTelah tersedia Versi cetak di bukalapak, tokopedia atau DM Author. 18+ RAYA-MONDY, Saat menjadi pasangan, mereka serasi. Tapi tak selalu demikian adanya. bagaimana jika perjalanan mengharuskan mereka memilih antara Cinta dengan sang Papa, sumbe...