Raya tampak kurang antusias dengan pesta kekinian yang memanjakan semua yang hadir. Bagaimana tidak, tak hanya hiburan, hidangan, tapi juga suasana nya benar-benar dibuat sesuai selera anak muda masa kini.Raya tak dapat menikmati keriuhan pesta. Bayangan pria yang ada disampingnya besok akan pergi membuatnya hanya diam sepanjang waktu di pesta. Ia bahkan tak bisa marah dengan Mondy yang tak memberitahukan keberangkatannya yang mendadak itu.
Ulah jahil Miko sepanjang pesta pun tak menggugah tawanya. Hingga sahabatnya dapat membaca ada yang salah dengan Raya. Ada apa dengan Raya?
"Lo sehat Ray? Bad Mood amat? Capek ya? Bukannya semua udah diatur EO, Lo dan keluarga tinggal setor badan doang?" cerocos Cindy begitu Raya terpisah dari Mondy yang sedang ke toilet . Ia sadar ada yang salah dengan sahabatnya. Dan boleh jadi itu karena Mondy.
Raya hanya tersenyum kecut.
Ia hanya mengesah dan menarik nafas berulang-ulang.Cindy merangkul lengannya, memberikan isyarat pada Miko untuk menjauh mencari kesibukan sendiri.
"Mondy besok pergi ke New Zealand," Ucap Raya tiba-tiba, dan langsung mengatur nafas menahan sesak di dadanya dan menahan tangis yang bisa saja merusak suasana pesta kakaknya.
"Hah?" Kaget Cindy dan dia pun melongo.
"Dia mau magang di kedubes RI di sana. Berangkat besok." Lanjut Raya sedatar mungkin.
"Oh...." Cindy masih melongo.
Otaknya mencerna ucapan Raya. Selanjutnya ia kembali merangkul Raya dan mengusap lembut lengannya."Sorry... Gue gak tahu! Sabar ya Ray?" ucap Cindy akhirnya. "Gak lama juga kan? Masih bisa Video call-an tiap hari."
Raya memaksakan diri tersenyum dan berujar pelan, "thanks."
Tak ada lagi yang mereka perbincangkan berdua selain hanya saling berangkulan. Dan begitu Mondy datang, Cindy segera tahu diri untuk menjauh.
"Ray, Mon... Gue ke sana dulu ya?"Raya dan Mondy mengangguk bersamaan dan tersenyum.
Sepanjang pesta Mondy tak henti-hentinya menunjukkan kebahagiaan dan kebanggaannya bisa bersanding dengan putri bungsu Mulyono Budiman, yang malam itu tampil mewah tak seperti biasanya.
Mondy bahkan melongo dan tak berkedip saat tadi menjemputnya di kamar hotel.
Seolah mengukuhkan hanya Raya bidadari di muka bumi ini.
Melihat Raya dengan gaun selutut dan rambut tergerai di tambah polesan make up artis profesional membuat Mondy sedih mengingat besok tak bisa lagi melihatnya.
"Kok dari tadi diem sih yank? Kenapa? Capek ya?" tanya Mondy saat mereka benar-benar telah berdua.
Raya hanya mengangkat bahu dan menggeleng pelan.
"Kamu sakit?"
Mondy menyentuh kening Raya dengan punggung tangannya.Raya kembali menggeleng.
"Hey.... Bilang sama aku. Kamu kenapa?" tanya Mondy lagi lembut."Emang kamu gak ngerasa sedih apa?" ucap Raya akhirnya dengan suara parau seperti menahan tangis.
Mondy mengesah, mendadak dadanya juga terasa sesak.
"Apa ini tentang kepergian aku besok?" Mondy memastikan.
Raya mengangguk, matanya berkaca dan ia menunduk.
"Ya Ampun Raya. Kan kita cuma pisah sebentar. Aku janji akan sering-sering menghubungi kamu. Kita akan sering video call. Hey.... Kamu tahu, aku aja bahkan gak yakin bisa jauh dari kamu atau tidak. Baru juga siang kita ketemu,tadi .... sebelum menjemput kamu, aku tu udah ngerasa kangen banget sama kamu.. Hehe.. " Jelas Mondy.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CINTA dan PAPA (sudah CETAK)
FanfictionTelah tersedia Versi cetak di bukalapak, tokopedia atau DM Author. 18+ RAYA-MONDY, Saat menjadi pasangan, mereka serasi. Tapi tak selalu demikian adanya. bagaimana jika perjalanan mengharuskan mereka memilih antara Cinta dengan sang Papa, sumbe...