01. PERTEMUAN TAK SENGAJA

2.1K 183 40
                                    


Semua memang takdir, tapi tak ada juga yang kebetulan.
Raya tahu persis dan dapat merasakan bagaimana masa kecilnya kurang mendapatkan  perhatian dari papanya yang amat sangat sibuk, sejak aktif di partai, menjadi anggota Dewan hingga kini menjadi pejabat penting di negeri ini. Papanya benar-benar merintis karier dari nol.

Tapi sesibuk apa pun papanya, ia tetap menomor satukan keluarga. Ia akan selalu berusaha ada di saat keluarga membutuhkannya.

Kesepian? Raya tak pernah merasakannya, setidaknya dia memiliki Ranty dan Rinto, yang biasa dipanggil mbak Anti dan Mas Ito. Ketiganya begitu kompak sebagai kakak adik dalam keluarga.

Raya pun tak pernah memilih Mondy menjadi kekasihnya. Bahkan Raya tak mengenal Mondy sebagaimana cewek-cewek kampus lain yang berusaha  melakukan segala cara agar bisa mengenal dan mengambil hatinyanya.

Pertemuan mereka pun bisa dibilang tak disengaja.

Apa Raya kurang bergaul? Hm.... mungkin. Yang jelas ia malas memperhatikan cowok-cowok di kampus dan malas juga diperhatikan cowok-cowok. Ia lebih memilih fokus kuliah. Atau mungkin memang belum ada pria yang mampu menarik perhatiannya. Setidaknya sampai saat ini.

Selama ini banyak cowok yang menggoda dan mengejar-ngejarnya. Apalagi setelah ia tahu siapa Raya Mahira Mulya. Tak hanya cantik tapi juga kaya raya. Pria mana yang tak ingin menjadikannya kekasih bahkan calon istri. 

Raya tak suka tampak menonjol di kampus, karena akan amat mengganggu privasinya. Dan itu juga yang menjadi alasan kenapa ia tak tertarik untuk aktif dalam berbagai kegiatan kampus.
 
Ia hampir tak pernah nonkrong-nongkrong di kampus, ngerumpi di luar jam kuliah, kecuali saat kuliah kosong atau jadwal jam  kuliah yang nanggung.

Jadi bagaimana Raya bisa tahu ada cowok kece bernama Mondy dan bisa bertemu dengannya, hingga jatuh hati padanya?

Ia memang pernah beberapa kali mendengar nama itu disebut-sebut kaum hawa di kampusnya, tak terkecuali Cindy, sohibnya. Ia juga sering mendengar nama itu menjadi topik utama. Ia juga sering mendengar 'barisan cewek patah hati', tapi  Ia pun tak pernah kepo dan penasaran sedikitpun.

*******

Semester empat ini nampaknya Raya akan banyak waktu luang di kampus.

Setidaknya di hari Rabu iya harus menunggu, karena dalam sehari ada 2 jadwal mata kuliah nanggung, yang pertama pukul 07.30 -09.00 dan mata kuliah kedua baru dimulai jam 10.00.

Untuk mengisi waktu 1 jam-an itu,  Ia dan 3 sohibnya, Miko, Cindy, dan Ryan memilih nongkrong di kantin.  Kalo kata Miko dan Ryan sambil bersosialisasi.  Walau sebenarnya itu modus mereka untuk mencari cewek.

"Ah... itu mah eLo nya aja yang pengen ngecengin cewek-cewek," protes Cindy waktu itu.
"Udah.... Lo jujur aja Mik, Yan! Kita bantuin kok. Cewek mana yang sedang Lo incer? Yang mana? Mana?" tanya Raya.

Raya dan Cindy mulai menscanning sekitar kantin yang kebetulan lebih sering di huni cewek.
Cindy menjuluki Miko sebagai Raja patah naksir. Karena selalu gagal naksir cewek. Pertama kali dikenalkan Cindy kepada Raya, Miko langsung terpikat, bahkan sebelum tahu Raya itu siapa.

Tapi karena Raya tak merasakan apa pun padanya dan hanya menganggap dia sebagai sahabat, akhirnya Miko pun dengan legowo menerima. Belakangan ia baru menyadari ternyata itu takdir baiknya. Lebih menyenangkan menjadi sahabat Raya ketimbang ..... seandainya jadi pacarnya.
Ia tak akan bisa sedekat ini dan sebebas ini berbicara dengan Raya.

"Eh, Mik. Jangan-jangan Elo dulu naksir Cindy juga ya?" tebak Raya waktu itu.
"Ih.... amit-amit Ray. Bosen Gue liat dia. Lo bayangin aja, dari SMP, SMU hingga sekarang bareng terus.... Sudah untung kelas XI dan XII kita gak sekelas. Eh.... di sini ketemu lagi sama dia. DLL deh judulnya, Dia Lagi Lagi.... Dia Lagi." Miko bersandar di kursi kantin menjulurkan lidah pada Cindy di depannya.

ANTARA CINTA dan PAPA  (sudah CETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang