05. BULLY

957 116 10
                                    

Cindy tak ke kampus lagi hari ini karena sakit.
Miko pun tak nampak batang hidungnya. Jadilah Raya dan Ryan hanya berdua saja di kantin.

Mondy yang telah siap dengan aksi 'Rabu menggebu' nya pun di buat sibuk oleh 2 orang cewek pengurus BEM, siapa lagi kalo bukan Meta dan Nadin, si sekretaris dan Bendaharanya.

Ditambah lagi Dimas si ketua SENAT yang mendadak nongol di ruang BEM menanyakan ini itu yang sebenarnya tak terlalu penting.

"Sory, Gue Laper!" Hanya kalimat itu yang terlontar dari bibir Mondy sebagai upaya ngeless sebelum akhirnya kabur mengabaikan tereakan Mita dan Dimas.

"Emang gak bisa nahan lapar bentaran ya? Bukannya ini penting?" protes Dimas yang diamini 2 cewek di depannya.

Mita hanya mengangkat bahu, sedangkan Nadin tampak manyun.

"Mungkin dia kalo lagi laper gak bisa mikir. Iya kan?" Tebak Nadin yang terkenal lola tapi tajir dan cantik. Dia satu-satunya pengurus yang dianggap tidak kompeten tapi paling tajir dan royal, posisinya sebagai wakil bendahara pun hanya sebagai status belaka. Pasalnya anak-anak lebih memanfaatkan dia karena paling gak sayang keluar duit.

Posisi kantin yang tak jauh dari Ruang BEM cukup menguntungkan bagi Mondy. Bahkan begitu keluar dia bisa melihat keadaan di kantin.

"Alhamdulillah, Thanks God!" Pekik Mondy tertahan. Dia tak ingin Meta atau yang lain mendengar.

Raya ada di sana.

"Hai... Kok sendirian?" sapa Mondy yang langsung duduk di sebelah Raya.

"Hm.... Dia lagi. Si Rabu menggebu." Gumam Ryan hampir tak terdengar.

"Yang lain kemana?" lanjut Mondy.
Raya hanya meliriknya sekilas sedikit mengangkat bahu dan kembali fokus pada jus mangga di depannya.

"Eh... Hallo Bro!" Mondy berganti menyapa Ryan yang duduk di depan Raya lalu bertos ria.
"Hanya berdua, wah Gue ganggu nih?" Mondy melirik Raya.
"Apaan sih!" ucap Raya ketus melirik sekilas lalu kembali fokus pada minumannya, dilanjutkan menyendok bakso, cuek.

Mondy tersenyum pada keduanya, meski hatinya mengesah.
"Bener-bener ya ni cewek. Angkuh amat. Datar amat... Liat ke arah Gue juga kagak." Keluh Mondy dalam hati.

Mondy pun kembali memutar otak mencari cara berkomunikasi yang efektif dan efisien pada cewek datar di sampingnya.

Saking khusuknya berfikir, ia tak menyadari dua orang dihadapannya itu kini telah berdiri.

"E. ...Eh... Pada mau kemana?" Tanya Mondy gugup. Hampir saja ia menahan tangan Raya, tapi segera di tarik kembali tangannya karena ia sadar itu tak sopan dan ia akan dianggap melecehkan Raya.

"Mo pada kemana sih?" tanya Mondy lebih keras lagi.
"Pulang!" Jawab Raya cepat tanpa menatap Mondy.

"Mo Besuk Cindy, Mon." jawab Ryan tanpa menoleh.

"Lo mau ikut?" Tanya Raya refleks yang langsung disesalinya. Maksudnya sekedar basa-basi, tapi.....

"Aduh... kenapa Gue nawarin ikut sih?" sesal Raya dalam hati, "Kayak Gue ngarep banget dia ikut lagi."

"Lha bukannya masih ada matkul satu lagi ya?" Tanya Mondy.

"Iya, tapi kita mau bolos. Penting jenguk Cindy lah ketimbang nunggu Pak Kusno." jawab Ryan.

Raya mengangguk setuju dengan ekspresi menggigit bibir menggemaskannya masih menyesali tawarannya tadi. Ia sungguh bukan bermaksud mengajak Mondy.

Keduanya langsung melangkah tanpa menunggu jawaban dari Mondy.

Baru saja Mondy membuka mulut, terdengar suara berisik dan ribut-ribut yang langsung mengambil alih perhatian mereka.

ANTARA CINTA dan PAPA  (sudah CETAK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang