Dan benar saja semua prediksi Raya, Cindy langsung heboh.Tak hanya Cindy, tetapi juga Miko dan Ryan. Bahkan hampir semua anak-anak di kelas Raya memperbincangkan Mondy. Untung tak memperbincangkan accident nya. Padahal bukan tak mungkin ada yang melihatnya mengingat kantin saat itu cukup ramai.
Raya mengingat ulah Cindy, Miko dan Ryan kemarin saat didepan Mondy yang menurutnya sedikit lebay.
Cindy bahkan berani colak-colek pada Mondy dengan gaya centilnya. Bahkan dengan terang-terangan ia meminta nomor hape Mondy.
Mondy tampaknya sudah terbiasa dengan perilaku cewek-cewek macam Cindy. Ia pun dengan enteng meladeni.
"Gue misscall ya Mon!" celetuk Cindy girang.
"Nah tu bunyi, disave ya Mon." Ucap Cindy lagi.
Mondy menganggguk tanpa mengecek ponselnya.
Raya yang melihat sohibnya mendadak alay hanya geleng-geleng kepala dan menjulurkan lidah, mencibir ke arah lain.
"Huwek!"
Rasanya ia mau muntah."Hehe... Lo cemburu ya?" sergah batin Raya yang dengan tegas dibantah otak warasanya. "Gak lah!"
******
Meski anak seorang pejabat Raya tak suka di antar jemput sopir, apalagi di kawal. Biasanya kalo Mas Rinto tak menjemputnya ia lebih suka naik taksi atau nebeng mobil Cindy. Pak Atmo, sopirnya, hanya akan menjemput jika Raya minta. Itu pun atas paksaan teman-temannya. Misalnya saat mereka mau hang out bareng atau Cindy tidak bawa mobil.
Bahkan Raya tak segan-segan naik kendaraan umum.
Kebiasaan ini yang sering mendapat complain dari keluarganya terutama sang mama.
Tapi Raya keukueh toh selama ini ia aman nyaman saja, dan papanya yang semula khawatir pun akhirnya merelakan. Tentu saja itu hanya di depan Raya. Di belakangnya ia tetap menyiapkan orang-orang khusus yang sering kali ditugaskan untuk memata-matainya, menjaga putrinya dari jauh.
Pengecualian untuk hari ini. Raya ogah meminta sopir menjemputnya dan ogah mengikuti ajakan Cindy untuk ngemall.
Entah kenapa ia merasa mood-nya tak terlalu baik. Ia ingin segera pulang. Ia sudah cukup pusing dengan tugas-tugas perkuliahan yang segunung. Belum lagi suasana hatinya seminggu terakhir yang kurang bagus, mungkin efek PMS.
Raya mengorder taxi on line lalu menunggunya di dekat gerbang kampus. Dengan begitu si sopir taksi online tak kesulitan menemukannya.
Siang terik itu gerbang nampak ramai, masih banyak mahasiswa-mahasiswi yang menunggu jemputan atau sekedar menunggu transportasi on line seperti halnya Raya.
10, 15, hingga 20 menit, taxi online yang dipesannya belum juga datang. Raya mulai gelisah.
"Waduh, kayaknya ada yang gak beres nih!" batinnya.
Raya mengecek aplikasinya dan si driver ternyata telah melakukan cancel pada orderannya.
Ia sempat mendengar orang disekitarnya berbisik-bisik tentang adanya demo, sehingga memacetkan jalan.
"Mobil gak bisa lewat. Nha pacar Gue, Gue suruh balik lagi ambil motor. Kalo motor kan bisa lewat jalan-jalan tikus gitu." Ucap seorang wanita di dekat Raya.
"Lha terus kalo lo dijemput motor Gue gimana? Masak bonceng motor bertiga gitu?" komplain temannya.
"Ih, enak ja Lo! Lo order ojek online aja deh! Bukannya tadi banyak juga ojek online lalu lalang?" jelas wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CINTA dan PAPA (sudah CETAK)
FanfictionTelah tersedia Versi cetak di bukalapak, tokopedia atau DM Author. 18+ RAYA-MONDY, Saat menjadi pasangan, mereka serasi. Tapi tak selalu demikian adanya. bagaimana jika perjalanan mengharuskan mereka memilih antara Cinta dengan sang Papa, sumbe...