SeMen-7 : Bersalah

182 11 0
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi lima menit yang lalu, namun cowok itu belum juga mau pulang kerumahnya malah ia lebih betah duduk di kursi yang berada di kelasnya.

"Mau sampai kapan lo disini kuda nil, " ucap Mentari pada Samudera yang berada di sebelahnya. Gadis itu sudah lelah menunggu untuk Samudera berbicara namun tetap saja caranya tidak berhasil.

Samudera menghela nafas kasar tangannya bergerak mengacak rambut tebalnya. Mentari segera menghentikan gerakan Samudera dengan menggelengkan kepalanya membuat si empunya menolehkan kepalanya. "Gue pulang dulu, " Mentari beranjak dari kursinya, namun cekalan tangannya membuat ia berhenti untuk pergi dari tempat duduk itu.

"Kenapa? " suara Mentari terlihat lelah, wajahnya masih pucat tapi tidak separah tadi saat di UKS.

Samudera menatap Mentari lembut, kemudian digenggamnya tangan mungil Mentari. "Gue anter, " kalimat yang pertama kali diucapkan Samudera setelah berdiam tanpa berbicara pada dirinya.

"Nggak usah, lo pacar gue bukan supir gue. Lo pulang aja, " Mentari melepas genggaman keduanya membuat Samudera mengerucutkan bibirnya, sungguh mood Samudera sangat cepat berubah.

Samudera menggeleng dan kembali menggenggam Mentari, ditariknya namun pelan. Ia tidak ingin Mentari kenapa-kenapa.

Koridor dalam suasana yang lumayan lenggang, hanya sedikit siswa yang berada disana mungkin untuk kerja kelompok, eskul bahkan nyolong wifi perpustakaan.

"Lepas nggak, lo ngebuat gue kaya sapi. Kuda nil, " perintah Mentari yang sudah pasti tidak dihiraukan oleh cowok itu. Dia terus saja menggenggam Mentari sampai akhirnya keduanya berada di pelantaran parkir.

Kini genggaman itu Samudera lepas, kemudian ia menghadap ke Mentari yang mengerucutkan bibirnya. Gadis itu kesal ralat, sangat kesal dengan sosok yang dihadapannya ini.

"Ayo, maaf ya gue nggak bawa helm buat lo. " ucap Samudera yang sudah siap diatas motornya. Mentari menghela nafas kemudian ia menaiki motor tersebut. "Udah? "

Lea mengangguk dan motor Samudera sudah berjalan keluar dari pelataran parkir SMA Plutonium. Jalanan tampak padat, mungkin jam pulang sekolah dan kerja sehingga jalanan menjadi membludak.

Tiga puluh menit kemudian, keduanya sampai di depan pagar rumah Mentari. Gadis itu turun dari motor Samudera, "Kalau butuh sandaran ke gue ya, " ucap Mentari sesudah turun dari motor Samudera. Samudera yang sedang ditatap Mentari, menatapnya balik dan mengangguk.

Setelah itu barulah motor Samudera menjauh dari pengelihatan Mentari membuat gadis itu menghela nafasnya pelan. 'Lo itu adalah Samudera, tenang. namun jangan salah jika Samudera akan lebih buruk jika menyangkut perasaannya. '

***

"Gue kangen kalian, "ucap seseorang lirih memandang foto ketiga anak kecil. Salah satu dari anak kecil tersebut adalah dia. Hatinya terasa sesak kala melihat senyum dari masing-masing anak kecil yang tampak bahagia, sebelum badai datang merusak semuanya.

"Langit, "panggil seseorang dengan wajah berumur, cowok itu mendongak dan mendapati neneknya, Cloud.

Cloud mendekati cucunya yang sedang duduk di tepi tempat tidurnya dengan memengang bingkai foto, setiap melihat itu pasti Cloud merasa sedih. "Oma, kenapa semuanya harus terjadi? Kalau aja Langit ngejaganya dengan baik semuanya nggak kaya gini, "ucap Langit dengan lirih. Mata hitamnya berkaca-kaca jika sekali mengedip akan jatuh air matanya.

Dengan lembut Cloud mengelus kepala Langit agar sedikit tenang, "nggak ada didunia ini yang terjadi karena seseorang. Ini semua udah diatur sama tuhan, " suaranya terdengar lembut namun terasa menyakitkan untuk didengar.

'Takdir? Kenapa harus menimpa keluarga yang seharusnya bahagia malah membuat salah satunya mempunyai perasaan dendam yang seharusnya nggak dimiliki. '

"Udah, besok 'kan kamu mau ke Indonesia. " ucap Cloud membuat sudut bibir Langit terangkat.

'Dan mungkin ini cara tuhan untuk gue dan dia menyelesaikan apa yang seharusnya selesai. '

Cloud bangkit dari duduknya tapi sebelum itu ia menatap Langit lekat dengan tatapan kamu-harus-kuat. Langit tersenyum seakan ia sudah baik-baik saja, padahal hatinya masih terasa sesak.

Setelah itu Langit menaruh bingkai foto yang terdiri dari dua cowok berumur 6 dan 7 tahun. Sedangkan satunya lagi seorang gadis yang kecil. "Gue kangen lo Rain, Sam. "

****

Holla mungkin ini part paling pendek dari yang lain. Dan aku lagi seneng banget karena tanggal 24 🌹. Hehehe, semoga suka.

See you 💙

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang