SeMen-17 : Apa yang Terjadi ?

139 5 0
                                    

Kali ini ketiganya telah berada dirumah Airin, rumah itu mewah namun ketika masuk keadaannya sangat sepi. Itulah yang membuat Samudera nyaman, katanya kalau sepi itu enak buat ngapain aja.

"Duduk dulu, gue mau ganti baju sama ngambil laptop. " ucapnya lalu pergi kelantai atas, yang pasti kekamar miliknya. Tak lama wanita dewasa dengan nampan yang diatasnya minuman dingin.

"Diminum den, non. " Mentari hanya menanggapinya dengan senyuman kecil. Sedangkan Samudera sama sekali tidak menjawab apapun. Cowok itu malah mengedarkan pandangannya ke semua penjuru rumah Airin.

Terlintas dipikiran Mentari untuk mengerjai Samudera dengan tiba-tiba menutup matanya dengan kedua tangan Mentari. "Hus, jangan dibuka. Ada yang ganti baju, ceweknya bohay lagi. " seru Mentari membuat Samudera penasaran. Cowok itu langsung menepis tangan Mentari membuat cewek itu memberenggut tak suka

"Mana cewek bohay nya? "Tanya Samudera polos, Mentari tertawa sampai tangannya memegang perutnya karena sakit. "Aduh! Ngakak gue. Udah tau rumah sepi, mana ada yang ganti baju disini. "

Samudera cemberut sampai Airin datang dengan kaos rumahan. Gadis itu mengikat rambut panjangnya menjadi cepol dengan tangan memeluk laptop miliknya.

"Itu diminum dulu, oh iya ini mau yang pertama ngerjain siapa? "

Mentari berdehem kemudian membuka suaranya. "Gue aja yang ngetik, nanti nih kuda nil yang ngerapihin. Nah lo yang ngerangkum. " jelasnya membuat Airin yang duduk bersebrangan mengangguk begitu juga Samudera.

Ketiganya mulai dengan pekerjaan masing-masing. Tapi yang paling tidak niat mengerjakan itu ya, Samudera. Cowok itu hanya minum lalu tiduran dengan paha Mentari yang menjadi bantalannya.

"Berat, awasin kek kepala lo. " kesal Mentari yang tidak diindahkan oleh Samudera. Malah cowok itu mengeluarkan ponselnya untuk bermain Mobile Lagend.

Airin yang berada disebrangnya hanya melihat keakraban kedua sejoli itu, seakan dirinya itu hanyalah nyamuk diantara keduanya.

"Ehm, gue mau ke dapur dulu. " lalu bangkit dari duduknya berjalan kearah dapur yang sebenarnya dirinya sama sekali tidak tahu mau berbuat apa didapur.

Seolah ingat Samudera pun ijin untuk ketoilet. Ia melangkahkan kakinya kearah dapur, "Ai, " panggil Samudera ketika melihat Airin tengah mencari sesuatu di kulkas.

Airin memutarkan badannya menghadap cowok ganteng tersebut. "Apa? "

Samudera menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dirinya bingung memulainya bagaimana, tapi ia juga penasaran dengan apa yang menjadi jawabannya atas pertanyaan yang terputar diotaknya.

"Lo kenapa suka perhatiin.. Mentari? " tanya Samudera, ragu. Cowok itu mendekat sesekali kepalanya menengok kebelakang takut Mentari datang.

Airin yang mendapat pertanyaan seperti itu langsung terdiam. Tubuhnya serasa kaku seperti tidak bisa digerakan, tenggorokannya serasa sangat kering untuk menjawab pertanyaan cowok itu.

"Gu.. Gue hanya perhatian doang. Nah iya perhatian doang sama temen baru. " ucapnya dengan nada yang dibuat agar Samudera percaya. Cowok itu menaikan sebelah alisnya, kakinya melangkah mendekat membuat tangan Airin bergetar dingin.

"Lo bohong. Kalau perhatian kenapa tatapan lo seperti, lo.. Suka dia? "

Airin membulatkan matanya. Keringat dingin didahinya pun mulai keluar, tangannya bergetar hebat. Dirinya takut dengan semuanya. Takut Samudera menjauhinya.

"Iya gue bohong. Karena sebenarnya, " potong Airin dengan suara tertahan. Tapi jawaban selanjutnya membuat kaki Samudera melemas seperti jelly.

***

"Gue anter, " ucap Langit, Zayna mengernyitkan dahinya ketika Langit berucap seperti itu. Memang hanya ada Langit dan Zayna dikelas itu. Langit yang mengerjakan piket hariannya dan Zayna sedang mencatat pelajaran yang ada dipapan tulis.

Tadinya Langit bingung melihat gadis itu tertidur di kelas. Wajahnya nampak lelah, mungkin karena pekerjaannya sebagai penyanyi kafe.

"Nggak usah, lo langsung pulang aja. " tolak Zayna yang mendapat gelengan dari Langit. "Nggak usah nolak, sekalian aja. Kan ngirit ongkos juga, " semenjak keduanya menjadi teman. Banyak hal yang diberitahu dari gadis itu. Entah tentang pelajarannya, pengalaman bersekolah di SMA Plutonium.

Karena terpaksa akhirnya Zayna menyetujui ajakan cowok ganteng tersebut. Ya, sekalian ngirit ongkos juga.

Kaduanya sama-sama berjalan dikoridor yang lumayan lenggang. Bahkan suara sepatu dan lantai terdengar nyaring dipendengaran keduanya.

"Ayo," ajak Langit ketika sudah sampai dipelantaran parkir. Cowok itu juga sudah siap dengan helm serta motor yang sudah menyala.

Zayna mengangguk kecil lalu naik keatas motor hitam Langit. Setelahnya barulah cowok itu menggas motornya, membelah ibu kota yang lumayan padat.

"Apa yang bisa bikin lo bahagia?" tanya Langit pada Zayna membuat gadis itu sedikit mendekatkan diri agar mendengar jelas ucapan Langit.

"Hm, harapan." jawabnya singkat dengan volume suara sedikit kecang agar terdengar di telinga Langit.

"Maksudnya?"

"Ya, harapan. Harapan adalah kebahagiaan gue walaupun belum terkabul, tapi dia telah ngebuat gue untuk memiliki apa yang gue mau dengan menunggu waktu yang pas. " jelas Zayna dengan mata yang melihat jalanan ibu kota. Gadis itu tersenyum kecil, rambut panjangnya berterbangan membuat Langit yang melirik dikaca sedikit.. Menggemaskan.

Tiga puluh menit kemudian motor hitam itu telah sampai ditempat yang kemarin malam ia kunjungi, rumah Zayna. Gadis itu turun dengan senyum yang mengembang di bibir pinknya. Bahkan matanya sedikit menyipit karena senyuman itu.

"Thanks, udah ngaterin gue. "

Langit melepaskan helmnya, lalu matanya menyusuri rumah Zayna. Sama seperti kemarin, kosong. "Lo nggak papa sendiri? " pertanyaan itu ditujukan untuk yang kedua kalinya pada Zayna.

Zayna terkekeh sebagai jawabannya, "nggak papa. Udah biasa, "

"Yaudah sana lo masuk. Gue liatin dari sini, " ucap Langit seperti memberi perintah pada anak buahnya. Zayna memberenggut karena Langit seperti itu.

"Iya, dadah. "

Setelahnya gadis itu menjauh dari hadapan Langit. Tapi ada yang aneh ketika gadis itu masuk, Langit dapat mendengar suara pecahan kaca serta ringisan seseorang.

"Apa yang terjadi? "

***

Haiii, udah segitu dulu aja. Lagi males ngetik tapi udah ada ide. Sorry kalo ada typo dan kata kata gaje yang membuatmu tercyduck.

Babay, aku. ❤

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang