SeMen-9 : Langit dan Airin

149 10 0
                                    

Samudera : bep, gue nggak masuk. Tapi nanti gue jemput, love you

Pesan itu sudah dibaca Mentari namun tetap saja gadis itu ada sesuatu dihatinya yang merasa kehilangan. "Men," panggil Galang yang sedang berkunjung kekelasnya. Memang Samudera,Mentari,Farhan berada dikelas yang sama sedangkan Galang berada dikelas sebelah.

"Apa?" tanya gadis itu bingung. Ia menatap lawan bicaranya yang menduduki bangku Samudera.

Galang terkekeh dengan pertanyaan dari gadis yang berada disebelahnya. "Kangen Sam ya? "Tanya Galang membuat Mentari menaikan alisnya.

"Kangen? Nggak lah, " balasnya pada Galang yang sudah tertawa melihat wajah mentari yang memerah.

Mentari kesal hingga bersiap untuk menghajar sahabat pacar laknatnya. Namun Galang sudah lebih dulu pergi dari kelas Mentari membuat gadis itu hanya menghela nafas kasar.

Lima menit kemudian guru sejarahnya masuk. Wajahnya memang manis, tapi kalau sudah marah ia melebihi singa yang akan menerkam mangsanya.

"Selamat pagi, "ucap Bu Dewi dengan senyum manis yang terlukis dibibirnya.

Murid yang didalam kelas itu pun membalasnya, mata bu Dewi menangkap kursi kosong yang berada disamping Mentari. "Pacar kamu mana? "Tanya Bu Dewi membuat pipi Mentari memerah.

"Nggak masuk bu, " jawab Mentari masih dengan pipi yang Memerah. "Bu katanya Mentari kangen sama Samudera. " celetuk Farhan membuat seisi kelasnya heboh.

Bu dewi dengan cepat mendiamkan murid-muridnya dengan menggebrak papan tulis. Kelas itu pun hening, tak ada suara sedikitpun. Farhan yang biasanya berceloteh akhirnya bisa diam karena amukan bu Dewi.

"Oke, kalian akan berkenalan dengan teman baru. Kamu masuk," ucap Bu Dewi membuat seisi kelas mengerutkan dahinya begitu pula dengan Mentari.

Gadis cantik masuk dengan senyum tipis yang tersungging dibibir tipisnya. Wajahnya tampak pucat namun tetap cantik menurut pandangan Mentari.

"Hai, Nama gue Queena Airin Rawnie. Kalian bisa manggil apa aja tapi lebih sering dipanggil Airin, Salam kenal. " kata gadis itu memperkenalkan dirinya, siswa cowok yang berada dikelas itupun langsung heboh dengan pertanyaan bodoh yang sana sekali tidak penting .

"Airin,  berarti gue boleh manggil sayang dong. Dan boleh minta id linenya? " seru Farhan dengan kencang membuat sorakan membahana didalam kelas Mentari. Sungguh Mentari pusing dengan sorakan tersebut.

"Farhan, nanti saja kalau mau mintanya, " jeda, "dan Airin bisa duduk di sebelah Mentari." ucap Bu Dewi membuat mata Mentari membulat.

"Bu, ini tempat Samudera. " sahutnya yang dibalas Anggukan oleh guru sejarah itu.

"Tapi Samuderanya nggak ada, jadi biarin Airin disana. " guru sejarah itu pun memberitahu tempat yang diduduki oleh Mentari. Gadis itu hanya diam sekali mengangguk.

Airin mulai berjalan ketempat dimana kursi kosong disebelah Mentari, "hai, gue Airin. " ucap Airin setelah sampai dan duduk disebelah Mentari.

Mentari menoleh, wajah cantiknya tertutupi oleh wajah juteknya yang membuat semua orang gemas dengan sikapnya itu. "Udah tau, dan lo udah tau juga kan nama gue? "Tanyanya ketus yang dijawab anggukan oleh Airin.

Kini keduanya sama-sama terdiam. Mentari mendengarkan penjelasan sejarah yang di jelaskan oleh Bu Dewi sedangkan Airin diam menatap Mentari dengan tatapan yang sangat aneh.

****

"Dimana sih, kok nggak ketemu-ketemu. " ucapnya gemas sendiri sambil menyusuri bandara yang padat oleh wisatawan atau penjemput seperti Samudera.

Samudera mencari orang yang sama sekali tidak ingin ditemuinya setelah beberapa tahun lalu. Tapi jika bukan keinginan ibunya pasti tidak akan ia temui.

"Sam, "panggil seseorang dengan tangan yang menggeret koper hitam serta tas punggung yang ia bawa.

Samudera, cowok yang dipanggil itu memutarkan tubuhnya dan mendapati seseorang tersenyum tulus kepadanya. Namun siapa sangka jika senyum itu adalah luka bagi Samudera.

"Langit, "gumam Samudera menatap cowok yang mendekat dengannya. Pelukan hangat dari Langit bisa mengantarkan dirinya ke memori masa lalunya.

Samudera langsung saja mendorong tubuh Langit agar menjauh dengannya. Langit menatapnya dengan tatapan teduhnya. "Gue minta maaf, " ucapnya lirih membuat siapa saja akan bersimpati dengan dirinya.

Samudera tersenyum, jenis senyuman yang menutupi lukanya. "Nggak usah dibahas, mama udah nunggu lo. " balasnya yang masih dengan senyuman.

Samudera berjalan lebih dulu diikuti Langit dibelakangnya. Setelahnya kedua cowok itu berada dimobil milik Samudera. Mobil itu hening, hanya radio yang mengisi suara selama diperjalanan.

Jika saja dulu insiden itu tak akan terjadi pasti semuanya tidak akan seperti ini. Jika saja Langit bisa berhati-hati pasti tidak akan membuat Samudera membencinya. Jika saja dulu ia bisa menjaganya pasti dia masih berada disini.

Tiga puluh menit kemudian mobil hitam itu sampai diperkarangan rumah milik keluarga Pratama. Langit lebih dulu turun, dipandanginya rumah yang dulunya Sumber kebahagiaan tapi sekarang sudah berbeda.

"Lo masuk aja, gue harus jemput cewek gue. " ucapnya setelah itu mobil hitam itu pergi keluar namun sebelumnya koper Langit sudah dibawakan oleh pelayan.

"Semoga gadis beruntung itu bisa ngebuat lo senyum lagi ya. "Gumamnya pada dirinya sendiri dan melangkah masuk kedalam rumah dulunya.

***

Haii. Vote and commentnya ya, makasih yang udah baca cerita aku. Hehehe. Semoga bisa ketemu di chapter selanjutnya.

See you 😘

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang