SeMen-2: Puitis

415 19 2
                                    

"Lo nggak malu apa di liatin dari tadi? " Tanya Mentari masih dengan muka kesalnya. Sebetulnya ia hanya sedikit Kesal dengan Samudera, namun karena cowok itu tampak cuek bebek maka Mentari yang melihatnya menjadi kesal sendiri.

"Nggak, ngapain malu. Mungkin karena gue ganteng jadi di liatin terus. " jawab Samudera dengan pedenya. Mentari yang di sampingnya membuang wajahnya, jika sudah berbicara dengan Samudera pasti tidak ada habisnya.

"Tau lah, gue masih kesel sama lo. " ucap Mentari mempercepat jalannya, Samudera yang melihatnya pun mempercepat langkahnya untuk mengimbangi dengan Mentari.
"Ciee, bebeb nya A'a Samudera ngambek. " ledek Samudera dengan melirik Mentari dan sesekali menjawab gadis yabg menyapanya.

"Nyengir aja terus sampe gigi lo udah ompong. " ketus Mentari karena kesal di abaikan oleh Samudera. Samudera yang melihat Mentari begitu tersenyum, Mentari marah berati gadis itu cemburu bukan?

Kemudian tangan kiri Samudera merogoh saku celana abu abunya. Lalu sebuah coklat keluar dari sakunya.

"Nih, nggak usah ngambek. Muka lo jadi jelek, mending lo marah marah aja. " ucap Samudera memberika coklat pada Mentari sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Kiraiin gue kaya di novel novel, coklatnya yang gede atau batangan tapi ternyata hanya coklat panjang yang lembek. " komentar Mentari tapi tak urung membuka choki-choki yang di berikan Samudera.

"Elah, lo kira hidup kaya di novel novel. Beb, novel itu hanya impian yang nggak terwujud. Contohnya kaya ceweknya cupu terus pacaran sama cogan. Lah kalo di dunia nyata cupu ya tetep cupu. " ucap Samudera sambil memainkan gelang yang di pakai Mentari.

"Eh tapi gara gara ngomongin novel gue jadi pengen beli. Dan thanks buat coklatnya. "Ucap Mentari tersenyum kecil, melihat itu ada sesuatu di diri Samudera yang membuatnya ikut tersenyum.

Dan sepanjang koridor sepasang sejoli itu mengobrol lebih tepatnya Samudera yang berbicara paling banyak.

***

Di ruangan IX-IPS 3 suasana yang di hasilkan begitu hening karena murid kelas itu sedang melaksanakan ulangan harian yang begitu mendadak membuat semua murid kelas itu pun mendesah frustasi di tambah pelajaran yang di ulangan itu sejarah.

"Gila, soalnya gampang banget. " ucap Samudera tersenyum kemenangan melihat soal yang di hadapannya.

Mentari yang di sampingnya berdecak kala Samudera mengatakan hal itu, untuk orang seperti Mentari, sejarah merupakan pelajaran paling menyebalkan karena harus menghapal tanggal atau nama orang yang dianggap bersejarah.
Lain hal dengan Samudera yang sangat menyukai sejarah. Katanya sejarah itu pelajaran yang paling menyenangkan karena bisa mempelajari masa lalu, masa lalu itu di pelajari agar tidak terjadi di kemudian hari. Itu yang dikatakan oleh Samudera.

"Waktunya sudah habis, silahkan kumpulkan. " ucap Bu Dewi, guru yang mengajarkan sejarah di sekolahnya. Guru itu baik namun kalau sudah marah jangan harap mendapat nilai sempurna darinya.

Samudera yang pertama kali mengumpulkan ulangan tersebut. Sementara murid lain sedang katar ketir mencari jawaban dari teman di sebelahnya atau di depan maupun di belakang.

Sama dengan Mentari, gadis itu belum menyelesaikan ulangannya. Samudera yang sudah duduk kembali melihat Mentari seperti orang yang sedang diambang kematian.

"Itu yang nomor 22 jawabannya A. "Bisik Samudera pelan namun masih di dengar oleh Mentari.

Mentari pun tak ragu lagi dengan jawaban yabg di berikan oleh Samudera. Tangannya dengan cepat menyilang jawaban yang sekiranya benar.

Tak lama Mentari pun mengumpulkan lembar ujiannya dengan berat hati karena Bu Dewi selaku guru sejarah menghitung mundur untuk mengumpulkannya.

"Bodo amat, kesel gue sama sejarah. "Gerutu Mentari setelah kembali ke bangkunya.

Samudera hanya diam sambil mengunyah permen karetnya yang ia palak dari Galang.

"Nih," ucap Samudera kala ia memberikan permen karet yang masih tersegel rapi.

"Lo mau bikin gue kena hukuman. "Geram Mentari saat Samudera memberikan permen karetnya.

"Sans, ada aku di sini. "

Setelah menimbang untuk memakan atau tidak, Mentari yang kesal dengan sejarah memakan permen karet yang di berikan oleh Samudera.

Tuk..

Bunyi gelembung yang di buat Mentari pada permen karetnya. Namun baru saja balon itu membesar, tangan Samudera dengan jahil memecahkan gelembung yang di buat Mentari sehingga permen itu lengket pada hidung dan sekitar mulut nya.
Mentari langsung menatap ganas Samudera. Ia membersihkan sisa permen karetnya.

"Dasar kuda nil laknat tuh liat muka gue jadi lengket. "Marah Mentari pada Samudera yang menatapnya dengan tatapan polos.

"Dih, siapa yang betusin? "Tanya Samudera pura pura tidak tahu.

"Kenapa gue harus sayang sama lo, kesel gue. " ucap Mentari, kesal.

Kemudian sebuah ide terlintas di kepalanya. Tangan mungilnya pun segera menjambak rambut tebal milik Samudera yang membuat cowok itu mengaduh kesakitan. Untung saja Mentari orangnya tak tegaan jadi di lepaskan jambakan itu.

"Pedes banget jambakan lo, sama kaya mulut lo. "Oceh Samudera sambil mengusap usap bekas kejahatan Mentari yang membuat kepalanya sedikit berdenyut.

"Bodo, emang siapa yang jambak? "Tanya Mentari pura pura tidak tahu. Ekspresinya sama ketika Samudera bertanya pada Mentari.

Pertikaian dua pasangan itu pun tak luput dari penglihatan membuat mereka menjadi pusat perhatian untung saja Bu Dewi sudah keluar dari kelas karena jika beliau melihat pertengkaran iti pasti Samudera dan Mentari akan terkena hukuman.

"Nih permen karet kok udah pait aja. " oceh Samudera pada dirinya sendiri.

"Iya kan sama kaya cowok, " ucap Mentari membalas celotehan Samudera.

"Kok, maksud lo? " tanya Samudera bingung dengan ucapan Mentari.

"Kan cowok itu sama permen karet sama. Manis diawal pahit di akhir, trus permen karet kan lengket sama kaya cowok lengket sana lengket sini. " cetus Mentari menjawab ke bingungan Samudera.

Cowok itu mengerutkan dahinya, mencerna apa yang di katakan oleh Mentari. "Tapi nggak semua cowok itu kaya permen karet, " bela Samudera membuat Mentari yang tadinya fokus kedepan menjadi menatap ke arah Samudera.

"Iya, kaya lo. " ucap Mentari pelan, bahkan seperti bisikan. Samudera hanya tersenyum tangannya terangkat untuk mengelus Puncak kepala Mentari, sama halnya dengan Mentari yang menikmati sentuhan yang di berikan oleh Samudera.

"Beb, lo tau kenapa gue milih lo walaupun banyak cewek di luaran sana lebih baik? " tanya Samudera lembut membuat Mentari kembali menatap iris mata Samudera.

"Tau, karena lo suka gue. " jawabnya dengan cengengesan. Sangat jarang Mentari bersikap seperti itu, gadis itu lebih memilih memamerkan muka judesnya dari pada senyum manisnya.

"Salah, jawabannya karena gue tau lo itu nggak sekuat apa yang orang liat. Di balik muka judes lo terselip wajah sakit yang tak terlihat sebab itu gue pengen ngelindungin lo, ngejaga lo dan buat lo tersenyum tulus. " ucap Samudera membuat Mentari membulatkan matanya. Karena Samudera mengatakan hal itu sangat jarang bahkan tidak pernah, Mentari ingat perkataan Samudera barusan di ucapkan ketika Samudera menembak Mentari.

"Sok puitis lo, " timpal Mentari membuat muka lembut Samudera menjadi nelangsa.

"Gue kira lo bakal senyum tulus atau nggak nangis bombay gitu," ucap Samudera memanyunkan bibirnya.

"Tapi, thanks ya atas kata kata sok puitis lo. "

***

Haiii guys....
Cuma mau bilang bacalah cerita dan vomentnya.

Udah, itu aja..
Bhubyee, kiss kiss dari akoeh (mode alay on)

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang