SeMen-21: Baikan?

146 8 0
                                    

Dengan tubuh yang menyender pada motor, Samudera tengah memperhatikan satu persatu orang yang lewat di hadapannya. Bukan untuk iseng atau genitin cewek di sekolahnya. Hanya saja ia harus berbicara penting pada gadis yang mengisi hatinya, Mentari.

Lima menit kemudian barulah seorang gadis tengah berjalan pelan. Wajahnya sangat kusut ketara sekali kalau sedang memikirkan sesuatu. Samudera yang melihatnya jadi menyalahkan dirinya, andai saja hari itu ia dan Airin tidak berpelukan pasti semuanya tidak akan serumit ini.

Cowok itu segera menegakan tubuhnya lalu menghalang jalan agar Mentari berhenti, gadis dengan wajah lelahnya hanya menghembuskan nafas lelahnya. "Mau ngapain? " tanyanya dingin, tapi tatapannya sendu.

"Gue harus bicara sama lo, " balas Samudera dengan tangan yang menarik Mentari agar ikut dengannya. Awalnya Mentari diam namun setelah tersadar barulah ia menepis tangan besar Samudera.

"Nggak ada yang perlu dibicarakan. Udah ah, gue mau pulang. " baru saja berbalik, tangan Mentari dicekal oleh Samudera. Gadis itu memutar tubuhnya agar berhadapan dengan Samudera.

Samudera dengan tatapan teduhnya berhasil membuat Mentari diam seolah dirinya adalah patung. "Gue kangen lo, lo mau kan ikut gue. Sebentar aja, " dengan berat hati Mentari mengangguk mengiyakan ajakan dari Samudera.

Cowok itu menyuruh Mentari untuk naik keatas motor, "Men, pegangan. " ucap cowok itu pelan namun dapat didengar oleh Mentari. Gadis itu gamang, disatu sisi ia sangat ingin memeluk Samudera dari belakang tapi disisi lain ia juga memiliki ego yang tinggi membuat dirinya cuek dengan keadaan.

Alhasil ia hanya mengeratkan pegangannya pada tas hitam milik Samudera. Cowok itu menghela nafasnya ketika Mentari hanya memegang tasnya tanpa memeluk dirinya dari belakang.
Butuh tiga puluh menit agar sampai ke tempat cowok itu maksud. Diperjalanan pun sama-sama terdiam, Mentari hanya fokus ke sekelilingnya dan Samudera kedepan agar motornya tidak oleng.

"Men, "panggil Samudera yang kini sudah duduk di atas ayunan. Cowok itu mengajak Mentari ketaman bermain anak-anak.

Gadis itu menoleh, mendapati wajah capek Samudera. "Apa? "

"Sorry... Semua kesalahan gue sama lo. " Samudera menundukan wajahnya. Mentari terdiam, ia tak tau harus berbicara apa pada cowok yang ada disebelahnya.

"Udah gue maafin. "

Setelah berucap itu Mentari bangkit dari duduk diayunan. Gadis itu menjauhi Samudera agar cowok itu tidak mengetahui kalau dirinya akan menangis.

Namun tiba-tiba bahunya ditahan oleh seseorang. Ketika ia mau berbalik orang itu tetap menahannya. Mentari tau orang itu Samudera, cowok itu tidak mau menatap wajah Mentari karena kalau sudah begitu Mentari akan menangis.

"Jika satu masalah membuat kita renggang, bagaimana kalau ada seribu masalah yang harus kita hadapi. Apakah kita harus berpisah? " jeda Samudera membenarkan suaranya yang sudah serak.

"Ketika kita dihadapi dengan masalah, seharusnya kita perlu bicara. Bagaimana kita meneruskan hubungan kalau salah satu ada yang merasa egois? Ya, gue tau bahwa semua manusia punya egoisnya masing-masing tapi yang harus lo tau, lo harus tetap menjaga ego lo demi sebuah hubungan. "

"Kita tetap jalan bersebelahan dengan bergandeng tangan, namun Siapa tau kedepannya. Apakah kita masih bergandengan atau kita memilih jalan yang berbeda. Gue disini hanya untuk berbicara sama lo. Jujur gue rindu lo. "

"Rindu dengan semua omelan lo, Mentari. Gadis pertama yang bisa bikin gue jatuh hati. Gadis dengan wajah juteknya ngebuat siapa saja gemas pada lo, termasuk gue. Lo perempuan yang masuk dikehidupan gue dan mengambil alih isi hati gue. Dan gue cuma cowok absurd yang tiba-tiba dateng lalu bilang'gue sayang lo'. "  jelas Samudera dengan nada lirih. Mentari yang mendengar hanya bisa terdiam mendengar semua yang cowok itu katakan.

Samudera melepaskan pegangannya pada bahu Mentari. "Sekarang lo boleh pulang. Gue harap lo bisa ngerti yang tadi gue omongin. "

Mentari tidak berbalik, ia tetap berjalan dengan langkah pelan. Samudera tersenyum kecil melihat punggung Mentari dari arah belakang. Kemudian ia berbalik, melangkah menjauhi gadis yang ia suka.

Keduanya berjalan dengan arah yang berbeda. Tapi tiba-tiba saja Mentari berbalik serta berlari, menubruk punggung Samudera. Gadis itu menangis dalam diam, tangannya dengan erat memeluk pinggang Samudera.

"Maaf... Kuda nil, " ucap Mentari pelan. Dengan pelan ia melepaskan pelukannya pada pinggang Samudera. Cowok itu berbalik, melihat Mentari yang menunduk dengan tangan yang menghapus air mata yang jatuh dipipinya.

Samudera, cowok itu memeluk Mentari. Mengelus punggung Mentari agar tenang. "Sam, maaf karena gue nggak bisa nahan ego gue. Maaf karena gue nggak bisa percaya sama lo. Tapi, mulai hari ini gue akan coba semuanya. " jelas Mentari dalam pelukan Samudera.

Ditemani dengan matahari terbenam, membuat langit yang dihiasi warna jingga. kedua sejoli itu menyalami perasaan satu sama lain. Samudera dan Mentari adalah seseorang yang saling membutuhkan, melengkapi dan menyatukan semua perbedaan yang ada di keduanya.

***

Hallo! Jangan lupa votenya guys.

See you ❤

SeMen CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang